Peringatan (trigger warning): Artikel ini mengandung konten eksplisit tentang perundungan ekstrem yang dapat memicu kondisi emosi dan mental pembaca. Kami menyarankan Anda tidak meneruskan membacanya jika mengalami kecemasan dan meminta bantuan profesional.
Seorang bocah korban perundungan ekstrem di Singaparna, Tasikmalaya, PH (11) depresi hingga akhirnya meninggal dunia. Keluarga mengungkap kondisi terakhir korban.
"Kami nggak nyangka kalau anak kedua saya mau meninggal. Tapi makin hari makin parah sakitnya ngelamun kejang, Pak," ucap ibunda PH, Ti (39), seperti dilansir detikJabar, Rabu (20/7/2022).
Ti mengatakan PH sempat mengalami muntah dan kejang-kejang sebelum meninggal dunia. Secara psikis PH murung dan sering melamun.
Hingga akhirnya, nyawa PH tak tertolong usai dibawa ke rumah sakit umum daerah setempat. PH meninggal dunia pada Minggu (17/7/2022).
Ti mengungkap perwakilan keluarga pelaku sudah meminta maaf.
"Kami mah sudah ikhlas Pak menerima takdir ini. Berharap jangan ada lagi kejadian yang sama. Kalau keluarga (terduga pelaku) itu ada datang tapi perwakilannya, RT-nya saja," kata Ti.
Keluarga korban saat ini mendapatkan pendampingan dari KPAI Tasikmalaya. Pasalnya, kondisi kedua orang tua korban walau mengaku ikhlas tapi secara psikis masih terguncang.
Diberitakan sebelumnya, PH mengalami depresi usai mendapatkan perundungan ekstrem dari teman-temannya. Ia dipaksa menyetubuhi kucing. Tak berhenti di situ, pelaku merekam dan menyebarkan videonya di media sosial.
Polisi Turun Tangan
Kepolisian sektor Singaparna belum menerima laporan maupun pengaduan terkait kasus perundungan ekstrem ini. Meski begitu polisi tetap menyelidiki kasus tersebut.
"Belum menerima laporan maupun pengaduan tapi kami lakukan pendampingan dengan KPAID. Kita telusuri kebenaran kasusnya," ucap Panit Reskrim Polsek Singaparna, Aipda Dwi Santosa, di kantornya, hari ini.
"Kalau kasus kematian korban ada, tapi kami belum pastikan apa penyebabnya. Informasi beredar memang karena bully tapi kami belum sejauh itu," ujar Dwi.
(sip/rih)