Bocah Korban Bully 'Setubuhi Kucing' Alami Kejang Sebelum Meninggal

Kabupaten Tasikmalaya

Bocah Korban Bully 'Setubuhi Kucing' Alami Kejang Sebelum Meninggal

Deden Rahadian - detikJabar
Rabu, 20 Jul 2022 17:27 WIB
Makam PH (11), bocah asal Tasikmalaya yang meninggal usai dirundung.
Makam PH (11), bocah asal Tasikmalaya yang meninggal usai dirundung. (Foto: Deden Rahadian/detikJabar)
Tasikmalaya -

Peringatan (trigger warning): Artikel ini mengandung konten eksplisit tentang perundungan ekstrem yang dapat memicu kondisi emosi dan mental pembaca. Kami menyarankan Anda tidak meneruskan membacanya jika mengalami kecemasan dan meminta bantuan profesional.

Kisah PH (11) bocah kelas enam SD di Singaparna, Tasikmalaya berakhir tragis. Ia mendapatkan perundungan ekstrem oleh rekan sebayanya, hingga berujung depresi dan meninggal dunia.

Kedua orang tua korban menyebut, PH sempat mengalami muntah dan kejang-kejang sebelum meninggal dunia. Secara psikis pun, PH murung dan sering melamun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ibunda dari PH, Ti (39) berharap kejadian serupa tak terulang kembali. Perwakilan keluarga terduga pelaku pun sudah menyampaikan permohonan maaf.

"Kami mah sudah ikhlas pak menerima takdir ini. Berharap jangan ada lagi kejadian yang sama. Kalau keluarga (terduga pelaku) itu ada datang tapi perwakilannya, RT-nya saja. Kami enggak nyangka kalau anak kedua saya mau meninggal. Tapi makin hari makin parah sakitnya ngelamun kejang pak," ucap Ti.

ADVERTISEMENT

Keluarga korban saat ini mendapatkan pendampingan dari KPAI Tasikmalaya. Pasalnya, kondisi kedua orang tua korban walau mengaku ikhlas namun secara psikis masih terguncang.

Seperti diketahui, PH mengalami depresi usai mendapatkan perundungan ekstrem dari teman-temannya. Ia dipaksa menyetubuhi kucing, dan aksi itu direkam kemudian disebarkan di media sosial.

Hingga akhirnya, nyawa dari PH tak tertolong usai dibawa ke rumah sakit umum daerah untuk mendapatkan perawatan. Ia menghembuskan napas terakhirnya pada Minggu (17/7/2022).

Polisi Turut Lakukan Pendampingan

Kepolisian sektor Singaparna mengaku belum menerima laporan maupun pengaduan terkait kasus perundungan ekstrem ini. Walau demikian, kepolisian tetap turun untuk menyelidiki kasus yang membetot perhatian publik di Tasikmalaya ini.

"Belum menerima laporan maupun pengaduan tapi kami lakukan pendampingan dengan KPAID. Kita telusuri kebenaran kasusnya," ucap Aipda Dwi Santosa, Panit Reskrim Polsek Singaparna di kantornya Rabu siang.

Kepolisian membenarkan terkait PH yang meninggal dunia. Namun, penyebab kematiannya secara pasti masih perlu diselisik lebih lanjut.

"Kalau kasus kematian korban ada, tapi kami belum pastikan apa penyebabnya. Informasi beredar memang karena bully tapi kami belum sejauh itu," ujar Dwi.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads