Keberadaan tempat pembuangan sementara sampah di Desa Sawahan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, diprotes warga sekitar. Mereka menolak keberadaan TPS yang kini sudah menggunung dan menimbulkan bau menyengat itu.
"Kami menolak sampah di sini. Sampahnya sudah bau banget," kata sejumlah warga RT 04/03 Desa Sawahan, Kecamatan Ngemplak, kepada para wartawan, Jumat (15/7/2022).
Para warga membentang spanduk memprotes keberadaan TPS tersebut. Spanduk itu antara lain bertuliskan 'Kami menolak tempat pembuangan sampah di Desa Sawahan, Ngemplak, Boyolali karena menimbulkan bau busuk'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut salah seorang warga, Danang Catur, TPS sampah di dekat jalan tol itu sudah ada sejak sekitar tahun lalu. Saat proses pendirian TPS itu disebutnya juga belum ada persetujuan warga sekitar lokasi.
"Waktu pendirian sempat penolakan tapi orang yang ngurusi berjanji tiga hari bersih, tapi hampir satu tahun ini nggak pernah bersih," ungkap dia.
Bahkan volume sampah semakin banyak dan saat ini sudah menggunung di areal lahan Tanah Kas Desa (TKD) Sawahan tersebut. Gunungan sampah itu juga menimbulkan bau tak sedap yang sangat menyengat.
"Sehingga warga yang terdampak semakin tersiksa. Karena beberapa warga itu sudah ada yang sakit, diare. Lalat sudah ke mana-mana," imbuhnya.
Para warga juga mengatakan sampah di TPS ini merupakan sampah rumah tangga dari warga Desa Sawahan. TPS ini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sawahan. Retribusi sampah Rp 18 ribu/bulan.
"Tapi kami warga yang terdampak sudah tidak mau membuang ke sini. Baunya luar biasa. Sekarang ini bau, tapi bukan tidak mungkin ke depannya bisa menyebabkan penyakit," katanya.
Warga pun minta pembuangan sampah di TPS ini dihentikan. Tapi pengelola tidak mau.
Terpisah, Kepala Desa Sawahan, Agus Nunarno, mengatakan aksi protes warga ini telah ditanggapi pihak desa. Bahkan telah difasilitasi untuk mediasi di kantor Kecamatan Ngemplak. Menurut dia, dalam mediasi itu sudah diberikan penjelasan dan disebutnya warga sudah menerima.
Halaman selanjutnya, penjelasan kepala desa dan camat
Pihaknya bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Boyolali mencari solusi penanganan gunungan sampah itu. Usulan solusinya yaitu dibawa ke TPA Winong yang dikelola DLH. Kemudian dibawa ke TPA Putri Cempo Solo atau dilakukan penimbunan.
"Ke Putri Cempo sangat tidak mungkin karena beda wilayah. DLH menyarankan kalau dibawa ke Winong, mungkin tidak muat (tidak bisa semuanya). Terus menyarankan dilakukan penimbunan di tempat saja," kata Agus.
Agus menambahkan, TPS tersebut memang dikelola oleh BUMDes Sawahan sejak tahun 2021 lalu. Setiap hari sampah dari wilayah Desa Sawahan yang masuk ke TPS ini mencapai sekitar 18-20 kubik.
Pihaknya juga menyatakan tidak mungkin menutup TPS tersebut. Karena volume sampah dari warga Sawahan cukup tinggi. Penduduk Desa Sawahan mencapai 4.800 KK dengan jumlah jiwa mencapai 13 ribu orang.
"Kalau mengangkut (sampah dari TPS saat ini) mungkin butuh 250 dump lebih. Karena Desa Sawahan dengan jumlah penduduk yang 13 ribu orang dengan 4.800 KK dan domisili juga ada, belum yang kontrak, kos dan lainnya," imbuhnya.
Sementara itu Camat Ngemplak, Ari Wahyu Prabowo, menyatakan sudah memfasilitasi untuk menyelesaikan permasalahan sampah di Desa Sawahan ini. Penanganan gunungan sampah itu saat ini masih berproses.
"Kronologisnya, pengelolaan sampah itu oleh Desa. Sebelumnya dibuang sembarangan, di sungai, pinggir jalan tol. Akhirnya Desa mengambil peran melalui BUMDes itu dikolektifkan dengan biaya yang terjangkau. Hanya saja karena dalam intensitasnya sampah ini terlalu banyak akhirnya menumpuk dan menggunung," kata Ari Wahyu saat dihubungi melalui telepon.
Menurut dia, saat ini sedang berproses untuk dilakukan pengelolaan sampah. BUMDes saat ini sudah memiliki konsep untuk mengelola sampah dari warga tersebut.
"Ke depan akan dikelola, dipilah, baik organik dan nonorganik. Dalam prosesnya ini butuh waktu. Tapi sudah membangun komitmen bersama dengan Pemdes, RT/RW dan PKK untuk bersama-sama menangani masalah sampah," ujarnya.
"Kita edukasi ke warga untuk pemilahan sampah dari rumah. Nanti sampah yang bisa didaur ulang itu akan dibeli oleh BUMDes. Organik menjadi pupuk organik. Kita baru berproses. Butuh waktu untuk membangun mindset dan budaya baru," sambung dia.
Penanganan dalam waktu dekat ini, lanjut dia, bagaimana mengatasi gunungan sampah tersebut. Pihaknya sudah koordinasi dengan DLH Boyolali untuk penanganannya.