Pantauan detikJateng, spanduk-spanduk warna putih itu bertuliskan sejumlah kalimat berwarna merah. Spanduk dipasang di pagar dinding SMAN 1 Batang dan pohon.
Salah satu spanduk bertuliskan 'Pak GANJAR piye nasib anak anakku, seng polah wong liyo koq anaku seng dadi korban #PercumaZonasi' (Pak Ganjar, bagaimana nasib anak saya, yang ulah orang lain, anak saya yang jadi korban).
Spanduk lainnya tertulis 'Percuma duwe sekolah apik nek warga ora biso ketrimo #PERCUMAZONASI' (Percuma punya sekolah bagus kalau warga sekitar tidak bisa diterima), kemudian 'Penak yo le, biso ketrimo neng SMA 1 Batang, senajan nendang liyane, ileng karma le' (Enak yo nak, bisa keterima di SMA 1 Batang, walaupun harus menyingkirkan anak yang lain, ingat karma, nak), dan 'Usut tuntas pengacau PPDB SMAN 1 Batang dan pihak yang membayar #percumazonasi'.
![]() |
Hingga sekitar pukul 14.00 WIB, spanduk-spanduk itu masih terpasang. Belum diketahui siapa yang memasang spanduk itu. Dari kalimatnya, tulisan spanduk itu bernada kekecewaan warga terkait sistem zonasi PPDB.
"Secara teknis kami tidak tahu (pemasang spanduk)," kata Kepala SMAN 1 Batang Sukalim hari ini.
![]() |
Diketahui, PPDB di SMAN 1 Batang memang menuai sorotan. Berawal sembilan calon siswa jalur zonasi PPDB SMAN 1 Batang yang masuk zona aman mendadak hilang namanya di detik-detik terakhir penutupan PPDB online pada Jumat (1/7) sore. Padahal rumah sembilan calon siswa itu masuk zonasi SMAN 1 Batang. Kini persoalan itu masih menuai polemik.
"Tapi operator kami di dalam sini, mencoba mendata. Ternyata, sembilan anak yang terpental itu, ada historisnya yang tercatat satu per satu. Dan anehnya terpentalnya sembilan anak ini, dipengaruhi oleh IP yang sama," imbuh Sukalim.
(rih/rih)