Tiket naik Candi Borobudur sebesar Rp 750 ribu yang disebut menjadi salah satu upaya pelestarian akhirnya ditunda. Kini tak ada salahnya jika mendengarkan cerita dari salah satu orang yang terlibat dalam pemugaran Candi Borobudur.
Untuk diketahui, pemugaran Candi Borobudur telah dilakukan dua kali. Pertama dilakukan pada tahun 1907-1911 oleh Theodoor Van Erp. Kemudian, pemugaran kedua dilakukan pada tahun 1973-1983 atau selama 10 tahun oleh pemerintah Indonesia dan UNESCO. Dalam pemugaran kedua ini melibatkan sekitar 800 orang.
Adapun salah satunya yang terlibat dalam pemugaran kedua ini yakni Werdi (68). Ia sekarang tinggal di Sangen, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu itu sama sekali belum ada pengalaman masalah pemugaran, jadi sama sekali masih nol. Saya ikut sama orang-orang sepuh (memiliki pengalaman) Prambanan dulu yang di Prambanan pengalaman sudah begitu banyak masalah pemugaran candi-candi. Saya masuk tanggal 16 Juni tahun 1973 umur 19 tahun," kata Werdi saat ditemui di sela-sela melakukan penataan bebatuan di kompleks Candi Mendut, Rabu (8/6/2022).
Karena saat itu baru pertama kali ikut pemugaran, ia mengikuti apa yang dikerjakan orang-orang dari Prambanan. Termasuk pula mencari bebatuan yang cocok dan dicocokkan satu dengan lainnya.
"Kalau yang cocok nanti dibawa terus dipasang lagi, bawa naik turun batu-batu itu pada waktu itu. Pak Werdi istilah masalah bekerja itu sama sekali belum pengalaman. Di situ itu mengerjakan barang yang berharga (bebatuan candi) sekali dan berharga pun kalau masalah ini batu ya mesti berat banget, pada waktu itu kok saya juga senang bekerja di situ," tuturnya kakek dengan dua cucu ini.
![]() |
Werdi menuturkan, sebelum pemugaran Candi Borobudur dimulai, terlebih dahulu dilakukan pemotongan kepala kerbau sebagai bentuk syukuran.
"Mulai pemugaran itu motong kerbau. Kepalanya ditanam sebelah barat Candi Borobudur itu. Sekarang dikasih kayak tanda seperti monumen kecil untuk penanaman kepala kerbau," ujarnya yang bekerja sebagai tenaga lapangan itu.
"Kebetulan kalau saya itu ada di TA (tekno arkeologi) jadi langsung sebagai pemugar. Langsung menangani untuk memugar itu," kata dia yang menyebut pekerjaan saat itu dilakukan hari Senin sampai Sabtu.
Werdi menuturkan, saat melakukan pemugaran membutuhkan ketelitian. Selain itu, harus hati-hati saat membongkar maupun memasang bebatuan kembali karena tidak boleh batu cuil maupun tergores.
"Masalahnya rumit sekali, jadi cara memugar kita harus ya hati-hati betul. Ini (candi) bangunan peninggalan dari nenek moyang, kalau bangunan modern pecah diganti mudah. Kalau ini jangan sampai," katanya.
Ia mengatakan, di sela-sela melakukan pemugaran Candi Borobudur tersebut dilakukan tes CPNS. Dia termasuk yang lolos tes masuk menjadi pegawai. Setelah selesai melakukan pemugaran, Werdi pun bekerja hingga pensiun tahun 2010 di Balai Konservasi Borobudur (BKB).
Sekalipun telah pensiun, ia masih sering dimintai tolong untuk membantu melakukan tugas-tugas konservasi di Candi Borobudur maupun lainnya. Termasuk saat ini tengah melakukan rekonstruksi untuk menutupi atap Candi Mendut.
(rih/rih)