Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki, Sukoharjo menepis pernyataan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang mengaitkannya dengan pimpinan tertinggi kelompok Khilafatul Muslimin, Abdul Qadir Hasan Baraja. Pihak pondok juga menegaskan tak memiliki hubungan dengan kelompok Khilafatul Muslimin.
"Dia (Abdul Qadir Hasan Baraja) bukan salah satu pendiri ponpes kami," tegas Direktur Ponpes Al-Mukmin, Ustaz Yahya, dalam jumpa pers di Ponpes Al-Mukmin, Rabu (8/6/2022).
Ustaz Yahya mengatakan pendiri pondok tersebut hanya enam orang. Saat ini hanya Ustaz Abu Bakar Ba'asyir yang masih hidup.
"Ada enam pendiri ponpes kami, yaitu Ustaz Abdullah Sungkar, Ustaz Abu Bakar Ba'asyir, Ustaz Abdullah Baraja, Ustaz Yoyok Rosywadi, Ustaz Abdul Qohar Daeng Matase dan Ustaz Hasan Basri," paparnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Salah satunya ada Abdullah Baraja, itu berbeda dengan Abdul Qadir Hasan Baraja. Ustaz Abdullah Baraja sudah meninggal sejak 2007," ujar dia sambil menunjukkan perbedaan foto Abdullah Baraja dengan pimpinan Khilafatul Muslimin itu.
Diberitakan sebelumnya, Direktur Badan Nasional Penanggulangan Terorisisme (BNPT) Brigjen R Ahmad Nurwakhid menyebut, pimpinan tertinggi kelompok Khilafatul Muslimin, Abdul Qadir Hasan Baraja, termasuk salah satu pendiri Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Kabupaten Sukoharjo. Nurwakhid menyebut Baraja pernah ditahan karena kasus bom Borobudur pada awal 1985.
"Baraja telah mengalami dua kali penahanan. Pertama pada Januari 1979 berhubungan dengan teror Warman, ditahan selama tiga tahun. Kemudian ditangkap dan ditahan kembali selama 13 tahun, berhubungan dengan kasus bom di Jawa Timur dan Borobudur pada awal 1985," kata Nurwakhid, dikutip dari detikNews, Selasa (7/6).
Nurwakhid menyebut kelompok Khilafatul Muslimin memiliki ideologi yang berkaitan dengan gerakan terorisme. Hal tersebut dikaitkan dengan penangkapan NAS, tersangka teroris di Bekasi. Menurut BNPT, Khilafatul Muslimin ini mirip dengan organisasi teroris lainnya.
"Aspek ideologi sangat berbahaya dengan memiliki cita ideologi khilafah di Indonesia sebagaimana HTI, JI, JAD maupun jaringan terorisme lainnya," ujar Nurwakhid.
(rih/mbr)