Angka kasus suspek penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak di Klaten terus meningkat. Diduga, masih ada aktivitas pergerakan dan pengangkutan ternak di daerah tersebut.
Penjabat (Pj) Sekda Klaten, Jajang Prihono mengatakan pengangkutan ternak itu diduga dilakukan oleh para pedagang ternak atau yang biasa disebut blantik. Hal itu membuat pihaknya akan mengawasi belasan pedagang ternak di Klaten yang tergolong besar.
"Intervensinya yang paling tepat, fokus pergerakan sapi hanya bisa dilakukan oleh blantik. Jadi perlakuan kepada 15 blantik di Klaten itu harus diberikan edukasi, monitoring dan pendampingan," jelas Jajang kepada wartawan di gedung Pemkab Klaten, Jumat (3/6/2022) siang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan Jajang, saat ini kasus suspek sapi PMK terus naik dan terakhir tercatat 144 ekor. Kenaikan itulah yang membuat pemkab fokus menangani.
Menurutnya, penyebaran wabah PMK tergolong sangat cepat. Hal itu membuat pola penanganan kasus PMK jauh berbeda dengan COVID-19.
"PMK berbeda dengan COVID, karena penularan PMK lebih cepat, padahal sapi tidak bisa kemana-mana, sapi tidak akan bergerak kalau tidak digerakkan," papar Jajang.
Hal itu mendasari pihaknya meminta dinas melakukan pengawasan yang ketat terhadap 15 blantik yang dianggap berskala besar. Sebab, pergerakan ternak di Klaten disinyalir dilakukan oleh para blantik.
"Kasus terakhir informasinya karena ada pergerakan blantik. Kita juga minta penutupan pasar dilaporkan perkembangannya sehingga ada opsi dibuka atau ada perpanjangan penutupan," pungkas Jajang.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Pemkab Klaten, Widiyanti membenarkan angka kasus suspek 144 ekor. Namun kondisinya saat ini sudah mulai membaik.
"Kondisi sapi terus membaik. Kasus sebanyak itu tersebar di 11 wilayah Kecamatan," jelas Widiyanti kepada detikJateng.
(ahr/aku)