Seluruh SMK di Jawa Tengah diklaim sudah menerapkan kurikulum Merdeka Belajar. Dirjen Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendibudristek) Wikan Sakarinto mengatakan kurikulum itu disesuaikan dengan kebutuhan industri.
"Program unggulan kami juga mewajibkan satuan pendidikan vokasi untuk bermitra dengan DUDI (dunia usaha dunia industri), seperti SMK Pusat Keunggulan (SMK PK), Matching Fund, dan Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB)," kata Wikan Sakarinto kepada detikjateng di Semarang, Rabu (1/6/2022).
Wikan menjelaskan, kurikulum Merdeka Belajar tidak hanya mengejar hard skill tapi juga soft skill. Sehingga memungkinkan lulusan SMK tidak hanya menjadi buruh, tapi juga bisa membuka lapangan kerja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu yang dikejar cuma hard skill, technical skill. Dengan kurikulum baru melalui project base learning, kita ingin ciptakan soft skill, leadership, karakter, semangat belajar hal yang baru, belajar mandiri sepanjang masa," ujarnya.
"Ketika base learning dilakukan dengan nyata maka soft skill juga kena. Anak-anak yang memiliki mental baik, kemampuan bekerja tidak hanya berorientasi finansial, tapi mungkin jadi habit, maka memiliki jiwa enterpreneur bisa tercapai. Mereka akan kenal beberapa karakter problem solving. Malu bertanya tidak akan terjadi," imbuh Wikan.
Wikan menyebutkan, dari sekitar 14 ribu SMK secara nasional, 7.400 di antaranya menerapkan kurikulum Merdeka Belajar. "Di Jawa Tengah sudah semua, 1.500 lebih SMK atau sekitar 1.600 SMK. Mayoritas memang swasta," kata Kepala Dinas Pendidikan Jawa Tengah, Uswatun Hasanah.
Selain soal kurikulum, Ditjen Pendidikan Vokasi juga telah melakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan 30 industri di Kawasan Industri Kendal (KIK) yang akan membutuhkan ribuan pekerjaan.
"Penandatanganan PKS ini upaya Kemendikbudristek membangun jembatan kolaborasi antara satuan pendidikan vokasi dengan DUDI," kata Wikan.
Nantinya, Wikan menambahkan, implementasi kerja sama sendiri akan dilakukan oleh SMK dan perguruan tinggi vokasi. Seperti dalam penyusunan kurikulum bersama, pelaksanaan magang, pembelajaran berbasis proyek riil dari industri, dan lain sebagainya, sebagaimana tercantum dalam paket link and match 8+i.
Penandatanganan PKS dilakukan di Hotel Grand Edge Semarang, Selasa (31/5) lalu, diawali oleh 4 perusahaan yaitu PT Kawasan Industri Kendal, PT Borine Technology Indonesia, PT BSN Technologies Indonesia, dan PT Eclat Textile Indonesia.
Executive Director PT Kawasan Industri Kendal, Didik Purbadi ,mengatakan kebutuhan SDM di KIK terus meningkat. Kini ada sekitar 1.400 lulusan SMK yang terserap di sejumlah industri dalam kerja sama tersebut.
"Sampai 2023 nanti kita perlu sekitar 20 ribu tenaga kerja. Dengan kerja sama ini kami berharap bisa memenuhi tantangan kebutuhan tenaga kerja ini," jelas Didik.
(dil/dil)