Bus Trans Jateng Dinilai Ramah Difabel, Ini Masukan untuk Dishub

Bus Trans Jateng Dinilai Ramah Difabel, Ini Masukan untuk Dishub

Eko Susanto - detikJateng
Rabu, 18 Mei 2022 20:05 WIB
Peluncuran BRT Trans Jateng Koridor 1, Purwokerto, Senin (13/4/2018).
Ilustrasi Bus Trans Jateng. Foto: Arbi Anugrah/detikcom
Magelang -

Bus Trans Jateng dinilai sudah ramah difabel. Hal ini dituturkan Hendry Hernowo, disabilitas yang menumpang Trans Jateng dari Salaman menuju Terminal Borobudur, Kabupaten Magelang.

"Saya setiap pekan (baik Trans Jateng). Tadi saya ke sini (Terminal Borobudur) naik dari Margoyoso (Salaman). Jadi saya hampir setiap pekan naik, memang pengguna aktif," kata Hendry yang juga Koordinator Hukum dan Kebijakan Forum Inklusi Disabilitas Kabupaten Magelang, Rabu (18/5/2022).

Hal itu disampaikan Hendry saat mengikuti Pelatihan Pramujasa Trans Jateng rute Magelang-Purworejo, Sensitivitas dan Cara Berinteraksi dengan Penyandang Disabilitas di Terminal Borobudur. Hendry yang mengalami hambatan penglihatan menuturkan, selama naik Trans Jateng tidak menemukan keluhan, baik saat naik maupun turun dari bus tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau keluhan tidak, ramah sih. Karena saya hambatan penglihatan, naik gampang, turun gampang dan punya kursi prioritas. Itu kalau ada duduk di situ wajib kasih ke kita. Kita pasti dapat tempat duduk. Ketika mereka sudah dilatih akan bisa lebih berkomunikasi dengan berinteraksi sesuai dengan etika yang benar," tuturnya.

Pihaknya pun mengapresiasi Pemprov Jateng yang merespons usulan para disabilitas dalam Musrenbang. Pihaknya berharap, dengan pelatihan ini nantinya semuanya mempunyai perspektif yang benar tentang pembangunan inklusi disabilitas.

ADVERTISEMENT

"Saya kira ini adalah langkah awal dengan pramujasa. Karena pramujasa yang paling sering berinteraksi atau ibaratnya ujung tombak dari layanan Trans Jateng. Seperti kata Pak Kepala Dinas sangat tepat, bahwa nantinya sopir dan lainnya akan mendapat pelatihan agar semuanya mempunyai perspektif yang benar tentang pembangunan inklusi disabilitas," ujarnya.

"Jadinya mereka mempunyai pemikiran yang luas apa itu disabilitas. Seperti tadi bapak sampaikan, ke depannya bisa merekrut karyawan disabilitas ke dalam pelayanan Trans Jateng. Karena diamanahkan untuk BUMD termasuk BUMN itu 20 persen oleh undang-undang. Jadi harapannya itu bisa dipenuhi melalui rekrutmen," sambungnya.

Hendry berharap para disabilitas bisa dilibatkan dalam pelayanan Trans Jateng. Dia menyebut meski memiliki keterbatasan mereka juga memiliki kemampuan dan kompetensi.

"Saya kira untuk malah penempatan bisa disesuaikan dengan hambatan dan kualifikasi masing-masing. Bukan berarti kami tidak mempunyai kapasitas, kami mempunyai kapasitas, namun harus dengan bantuan alat bantu dan penempatan pada posisi yang memang sesuai," harapnya.

Hal senada disampaikan Marsono, penyandang disabilitas lainnya. Ia pun mengapresiasi respons cepat Pemprov Jateng dalam memberikan pelatihan bagi pramujasa kali ini.

"Ini sangat membantu untuk teman-teman disabilitas yang bawa kursi roda, kruk dan lainnya. Pelayanannya bagus," kata Marsoni.

Terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Pemprov Jawa Tengah, Henggar Budi Anggoro mengatakan pelatihan ini pertama kali digelar bagi karyawan di koridor Magelang-Purworejo. Ke depan hal serupa akan dilaksanakan di enam koridor lain.

"Setelah di sini, layanan (koridor) lain akan dilakukan hal serupa. Yakni meningkatkan pelayanan di sepanjang koridor BRT, dengan bekal ilmu bagaimana berinteraksi dengan kawan disabilitas menggunakan bahasa isyarat," kata Henggar.

Pihaknya berharap, dengan pelatihan ini pelayanan BRT Trans Jateng bisa lebih pro pengguna jasa disabilitas.

"Jadi bagaimana berinteraksi dengan kawan-kawan disabilitas. Bagaimana berinteraksi dengan kawan-kawan yang berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Minta uangnya bagaimana, cara mengembalikan uangnya bagaimana, kalau harus pakai e-money cara minta kartunya bagaimana. Termasuk nanti teman-teman driver, harapan kita nanti teman-teman driver paham. Misalnya ada kawan-kawan disabilitas, bagaimana dia harus menghentikan speed mobilnya. Berapa waktu dia harus berhenti, kemudian berjalan lagi. Ini kan tentunya berbeda dengan kondisi kita yang turun bisa langsung lari," urainya.

Dia pun berterima kasih atas masukan teman-teman disabilitas tersebut. Ke depan dia berharap pelayanan BRT Trans Jateng bisa lebih ramah disabilitas.

"Jadi sekali lagi, saya sangat tersanjung dengan Pak Hendrik dan kawan-kawan. Kadangkala kita kurang berpikir seperti itu ya. Mudah-mudahan secara bertahap sarana prasarana akan kita sesuaikan yang nantinya ramah bagi teman-teman disabilitas," pungkasnya.




(ams/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads