Semua kepentingan boleh berlalu-lalang di benak kita sebagai manusia. Sebagai bangsa merdeka, kepentingan-kepentingan politik seringkali menggoda kita dalam menjaga kepentingan di percaturan kehidupan dunia.
Namun jauh dari segala kepentingan itu, yang jauh lebih penting dari segala tetek-bengek urusan kepentingan politik adalah nilai-nilai kemanusiaan.
Agama diturunkan ke muka bumi untuk menjaga tatanan manusia. Tidak ada agama manapun yang mengajarkan kekerasan. Tuhan memuliakan manusia maka meneladani kemuliaan Tuhan adalah memuliakan manusia dan nilai kemanusiaannya.
Agama mengajarkan kita untuk mencapai nilai-nilai universal; kemanusiaan. Agama mengajarkan prinsip utama kemanusiaan yaitu hak berkeyakinan, hak hidup, hak berpendapat, hak atas kehormatan dan kesehatan reproduksi, hak atas hartanya.
Sebagai bangsa besar yang telah menyatakan tekad ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial maka kita harus proaktif menyuarakannya secara proporsional dalam landasan kemanusiaan.
Perbedaan demi perbedaan di muka bumi memang diciptakan Tuhan untuk menjaga kebersamaan dan kebersatuan manusia itu, bukan untuk mencerai beraikannya. Kepentingan demi kepentingan diturunkan dan menyelinap dalam kehidupan manusia untuk menumbuhkan rasa saling membutuhkan, bukan saling meniadakan.
Mari mengambil hikmah dari Waisak. Mari mengambil nilai yang telah diajarkan dari kehidupan Sidharta Gautama. Terlahir sebagai putra mahkota kerajaan besar, beliau memilih sebagai pertapa karena 'tergoda' menjadi manusia paripurna untuk membawa manusia pada posisi yang lebih utama.
Sidharta yang terlahir di taman istana pada malam purnama, hingga mencapai penerangan yang mulia sebagai seorang Buddha atau seorang yang telah sampai pada titik sadar sepenuhnya di bawah siraman purnama, dan mengakhiri kehidupannya sebagai manusia paripurna disaksikan terangnya purnama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sidharta telah melakukan pergulatan panjang kehidupan melalui berbagai kepedihan untuk memahami kemanusiaan. Dari purnama ke purnama, dari penerangan ke penerangan, dari waktu ke waktu, Sang Sidharta terus berproses dalam disiplin keras menuju Sang Budha melewati kepedihan demi kepedihan untuk menghayati penderitaan demi penderitaan manusia.
Sebagai Buddha, olehnya telah diajarkan berbagai kebaikan; menghindari pembunuhan makhluk hidup, menghindari mengambil barang yang haknya, menghindari perbuatan asusila, menghindari dusta dan menghindari makanan atau minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran.
Selamat Waisak. Sabbe satta bhavantu sukhitatta, semoga semua makhluk hidup berbahagia. Sabhe satta dukkha muccantu, semoga semua makhluk terbebas dari derita.
Solo, 15 Mei 2022
Muchus Budi R, wartawan detikcom
Tulisan ini merupakan pendapat pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi
(mbr/sip)