Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama istrinya Iriana Jokowi, dan putra bungsunya Kaesang Pangarep melakukan salat Id Istana Kepresiden Jogja atau Gedung Agung. Bertindak sebagai khatib yakni Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) DIY Masmin Afif.
Dalam khotbahnya yang juga disampaikan kepada wartawan, Masmin mengambil tema, 'Solidaritas Sosial di Masa Pandemi'. Dalam khotbahnya itu, dia mengingatkan perlunya kembali ke fitrah karena kodrat manusia kadang di atas maupun di bawah seperti roda yang berputar.
"Mari kita perhatikan, betapa Allah SWT membandingkan orang yang menyucikan dirinya dengan orang yang mengotorinya laksana orang yang melihat dengan orang yang buta, laksana terang berbanding gelap, laksana teduh berlawan panas. Sungguh sebuah metafora yang patut kita renungkan. Allah seakan hendak menyatakan bahwa manusia yang fitri itu adalah yang mau melihat persoalan masyarakatnya secara empatik, kemudian berupaya mengurainya untuk terciptanya tatanan kehidupan yang adil dan berkesejahteraan," demikian kata Masmin dalam khotbahnya, Senin (2/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masmin menerangkan manusia fitri mampu menjadi lentera di kala gelap, hingga menjadi garam bagi kehidupan dengan berupaya menghadirkan kemaslahatan untuk peradaban manusia yang lebih baik.
"Mereka inilah pemilik agama yang benar, hanifiyyah wa al-samhah yang santun, toleran, dan penuh kasih sayang kepada sesama," ujarnya.
Dia juga menyinggung fitrah manusia yang bisa berubah dari waktu ke waktu. Berubah karena pergaulan, karena pengaruh lingkungan, karena pendidikan, karena bacaan dan tontonan, bahkan karena asupan makanan dan minuman.
"Maka agar fitrah itu tetap terpelihara dan terus bersemi, hendaknya manusia mengacu pada pola kehidupan yang Islami. Yaitu, pola kehidupan yang bernafaskan nilai-nilai spiritualitas dan akhlak mulia. Sehingga, darinya diharapkan mampu membangun insan kamil yang memiliki keteguhan iman, keluasan ilmu pengetahuan serta terampil dalam menjawab berbagai peluang dan tantangan," jelasnya.
Untuk itu, Masmin mengingatkan semua kebiasaan baik yang dijalankan saat Ramadan tetap dilaksanakan. Di antaranya pengendalian hawa nafsu, tadabbur Al-Quran, berderma kepada sesama, mengelola emosi, peduli dan disiplin, bertutur kata yang jujur serta berbagai amal kebajikan yang lain.
"Hendaknya tetap dirawat dan ditingkatkan sedemikian rupa agar menjadi tradisi yang mulia dalam diri, keluarga dan masyarakat, terlebih di tengah disrupsi kehidupan manusia yang semakin krisis spiritualitas dan empati kemanusiaan," katanya.
Dia menambahkan wajar bila dinamika kehidupan diwarnai dengan susah dan senang, datang dan hilang, peluang dan tantangan, tangis maupun tawa. Menurutnya anugerah maupun musibah yang acap kali menghiasi perjalanan hidup manusia.
"Orang bijak menyatakan, kehidupan laksana roda berputar, sekali waktu bertengger di atas, waktu lain tergilas di bawah," katanya.
Dia pun mengasosiasikan kehidupan bak samudera yang tak pernah sepi dari deburan gelombang. Dia mengingatkan segala yang kita miliki pada hakikatnya adalah titipan dari Yang Maha Kuasa, tidak ada sesuatu pun yang abadi, apalagi yang dapat disombongkan.
"Boleh jadi kemarin sebagai penguasa, sekarang hidup di balik jeruji penjara, kemarin bergelimang harta, saat ini miskin papa. Kemarin mereka yang kita cinta masih berkumpul bercengkrama, saat ini telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Itulah lingkaran roda kehidupan dan kita semua sedang berputar bersamanya," jelasnya.
Terakhir, Masmin mengingatkan lemahnya manusia di hadapan kuasa Tuhan. Tidak ada celah kata menyerah akan tetapi harus tetap optimistis menggapai rahmat-Nya, bekerja keras seraya mengharap pertolongan-Nya.
"Orang mukmin akan terus berusaha menegakkan dakwah, merajut ukhuwah, menebar marhamah dan menjawab segala tantangan kehidupan dengan penuh kesungguhan, karena ia menyadari bahwa segala perbuatan baik adalah wujud pengabdian dan ibadah kepada Rab-nya," jelasnya.
(ams/aku)