Cerita Mudik Hemat Ala Sopir Bajaj via Jalur Pantura, Begini Tipsnya

Cerita Mudik Hemat Ala Sopir Bajaj via Jalur Pantura, Begini Tipsnya

Robby Bernardi - detikJateng
Selasa, 26 Apr 2022 14:50 WIB
Rombongan sopir bajaj mudik lewat Jalur Pantura
Rombongan sopir bajaj mudik lewat Jalur Pantura Batang. Foto: Robby Bernardi/detikJateng
Batang -

Ada pemandangan yang berbeda di Jalur Pantura Kabupaten Batang, hari ini. Di antara padatnya pemudik dengan sepeda motor, tampak satu kendaraan khas ibu kota, yakni bajaj.

Sesampainya di wilayah Kelurahan Sambong, kendaraan beroda tiga warna biru itu perlahan menepi untuk beristirahat sambil menunggu bajaj lainnya. Kepada detikJateng, sopir bajaj itu mengaku dari Jakarta hendak mudik ke Demak.

"Kita satu rombongan ada empat bajaj. Satu bajaj sudah di depan, dua bajaj lagi di belakang. Kita tunggu yang belakang sambil beristirahat. Satu bajaj ini ditumpangi tiga orang, semuanya driver bajaj yang akan mudik," kata Tugawi (52) kepade detikJateng, Selasa (26/4/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rombongan empat bajaj itu berangkat dari Jakarta sejak Senin (25/4) malam. "Kita dari Grogol (Jakarta), semuanya ke arah Semarang. Mulai berangkat pukul 10 malam. Perjalanan santai, banyak berhentinya," ujar Tugawi.

Tugawi mengaku sudah tiga kali mudik lebaran dengan bajaj miliknya sendiri. "Kemarin saat Corona juga mudik. Saya mudik pakai ini (bajaj) ya biar hemat saja," ungkapnya.

ADVERTISEMENT
Rombongan sopir bajaj mudik lewat Jalur PanturaRombongan sopir bajaj mudik lewat Jalur Pantura Batang. Foto: Robby Bernardi/detikJateng

Bajaj warna biru itu sedianya berbahan bakar gas. Namun, agar tidak repot mencari bahan bakar gas, Tugawi memodifikasi bajaj itu sehingga dapat menggunakan BBM pertalite.

"Kalau gas kan jarang tersedia ya di SPBU Pantura Jawa. Makanya kita ubah ke minyak. Ya pakai jeriken sendiri di samping kemudi," kata Tugawi. Dengan pertalite, dia membutuhkan 22 liter untuk sekali perjalanan dari Jakarta sampai Demak.

"Satu jeriken (pertalite) habis di Demak. Isinya 22 liter. Kan (harganya) kurang dari Rp 170 ribu, kami bagi tiga. Coba kalau naik bus atau kereta, mahal," jelasnya.

Menurut Tugawi, banyak pengemudi bajaj yang menyiasati mahalnya biaya mudik dengan cara berangkat dalam satu rombongan.

"Kita bertiga pengemudi bajaj semua. Bensin kita patungan. Kalau lelah, gantian. Yang dua istirahat di belakang," timpal Rusman (35), pemudik bajaj lainnya.

"Tapi kalau mesin bermasalah di jalan, repot. Nggak semua bengkel bisa," imbuh dia.

Walhasil, sebelum digunakan mudik, bajaj-bajaj itu diservis besar dulu di Jakarta. "Cek pengapian, kaki-kaki, gardan. Roda ganti baru dan bawa cadangan. Kan di jalanan jarang ada roda ukuran bajaj. Roda bajaj ini beda dengan roda Vespa," terang Rusman.

Rusman menambahkan, mudik dengan bajaj mesti sabar. Sebab, kecepatannya rata-rata 40-60 km/jam. Mereka memperkirakan perjalanan dari Jakarta ke Demak membutuhkan waktu sekitar 16-18 jam.

"Pengalaman sebelumnya, dari Jakarta sampai ke rumah di Demak sekitar 16-18 jam. Santai, tidak bisa ngebut juga. Alon-alon asal kelakon (pelan-pelan asal kesampaian) mudik," tambah Tugawi.




(dil/ams)


Hide Ads