Sebuah pesantren di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah mengajarkan Dalail Khairat kepada para santri. Salah satu amalannya yakni berpuasa hingga bertahun-tahun. Lalu apa itu tradisi Dalail Khairat?
detikJateng berkesempatan mengunjungi salah satu pondok pesantren di Desa Jekulo, Kecamatan Jekulo, yakni Pondok Budaya Bumi Wangi. Pondok dengan jumlah santri sekitar 100 orang ini diasuh oleh Gus Kholid Sanusi Yasin cucu Mbah Yasin Mujiz (guru) Dalail Khairat Nusantara.
Saat ditemui Gus Kholid begitu sapaannya sempat menunjukkan kitab Dalail Khairat. Kitab tersebut pun terlihat memiliki sampul berwarna merah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya Dalail Khairat ini adalah sebuah kitab yang dikarang oleh Sayid Muhammad Sulaiman Aljazuli. Gus Kholid mengatakan kitab ini mengandung salawat kepada Nabi Muhammad SAW.
"Dalail Khairat itu kitab yang dikarang oleh Sayid Muhammad Sulaiman Aljazuli, sebuah kitab di dalamnya kandungannya adalah salawat kepada baginda Muhammad SAW, yang tradisi turun temurun sampai pada hari ini dan di Indonesia salah satu mujiz yang punya silsilah sampai kepada mualim itu seperti berawal dari tarekat atau tirakat membaca salawat pegangan kitab Dalail Khairat. Ini merupakan tradisi untuk mendekatkan kepada Allah dengan salawat kepada baginda rosul Nabi Muhammad SAW," ungkap Gus Kholid kepada detikJateng ditemui di lokasi, Sabtu (23/4/2022) malam.
Dia menjelaskan di dalam kitab tersebut menjelaskan tentang kebesaran Allah dan keagungan Nabi Muhammad SAW. Pengamal kitab tersebut berharap mendapatkan syafaat Nabi Muhammad SAW agar bisa masuk surga. Selain itu berkah yang didapatkan kesejahteraan dan kemudahan dalam segala hal di dunia.
"Jadi secara tidak langsung orang membaca dan mengamalkan Dalail Khairat dari sisi barokah itu kalau orang tidak pernah memiliki guru, dia mungkin asal baca. Riyadhoh (berkah) untuk perjalanan hidup manusia menuju akhirat dengan harapan di hari akhir bisa mendapatkan syafaat Nabi Muhammad bisa masuk surga. Akan tetapi dari barokah baca Dalail Khairat tidak sedikit barokah kehidupan di dunia bisa sejahtera" terang dia.
Gus Kholid pun mengatakan cara mengamalkan tradisi Dalail Khairat ini ada beberapa metode. Bisa dilakukan dengan metode berpuasa dan membaca kitab Dalail Khairat. Bahkan jika dilakukan dengan metode berpuasa bisa bertahun-tahun puasanya. Meski bertahun-tahun, pengamal tetap tidak boleh berpuasa saat hari tasyrik tapi harus diganti pada hari lainnya.
"Amal riyadhoh Dalail Khairat itu bisa diamalkan dengan berpuasa sebagai bentuk riyadhoh atau tirakat selama tiga tahun bisa satu kali khatam, dua kali khatam enam tahun, tiga kali khatam sembilan tahun, bisa juga seumur hidup, ini mendekatkan diri kepada ALLAH SWT sembari berharap mendapatkan barokah salawat baik sukses di dunia maupun di akhirat, dengan membaca salawat Dalail Khairat," terang dia.
Gus Kholid mengatakan tidak sembarang santri bisa melakukan tradisi Dalail Khairat dengan berpuasa sampai bertahun-tahun. Hal tersebut pun tergantung dengan kemampuan dari para santri. Jika dipandang tidak mampu, maka santri akan membaca kitab Dalail Khairat tanpa berpuasa.
"Orang diberikan ijazah Dalail Khairat ini mesti telah diberikan klarifikasi, jadi dia akan musafah (ketemu) dengan guru, dilihat dari kacamata batin oleh Mbah Kiai Yasin. Jadi akhirnya ini santri belum mampu, kalau dirasa mampu diijazahkan. Ada yang dapat satu tahun ada, ada disuruh puasa 40 hari ada, dikasih puasa tujuh hari ada, ada yang tidak disuruh puasa juga ada," sambung dia.
"Alhamdulillah kita mendapatkan ijazah dari sesepuh kami yang satu puasa dan satu lagi tidak puasa. Bukannya ilmu istilahnya mempelajari tirakat Dalail Khairat pilih-pilih, tidak. Melainkan sesuai dengan kemampuan," pungkas Gus Kholid.
(sip/sip)