Puluhan eks aktivis Reformasi 1998 menghadiri diskusi bertajuk 'Kembulan Rembug' yang diadakan di kompleks Lokananta, kemarin malam. Acara ini sebagai ajang reuni dan juga diskusi terbuka para eks aktivis 1998.
Ketua Panitia Kembulan Rembug Solo 98 Agung Bakar menyebut kegiatan ini bermula dari kerinduan para aktivis 98 akan kebersamaan.
"Berawal dari kerinduan kebersamaan aktivis 98 jarang ketemu, jarang kumpul, karena sudah punya ruang dan kegiatan berbeda. Ini mencoba melonggarkan waktu bertemu dan bercerita," terang Agung saat ditemui detikJateng di lokasi diskusi, Nglaras Eco, Solo, Selasa (19/4/2022) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agung menambahkan kegiatan ini diharapkan bisa menjadi awal lahirnya forum-forum yang dikomandoi para aktivis 98.
"Harapannya ini akan menjadi embrio awal di Kota Solo untuk nanti ke depan lahir forum diskusi yang diinisiasi oleh forum 98 ini. Pada prinsipnya agenda ini bagaimana bisa berkumpul bersama dan bercerita saja," paparnya.
Agung menyampaikan dengan berkumpulnya mantan aktivis 98 ini akan bisa menghadirkan program-program yang berskala nasional.
"Kita masih sama, cara pandang sama, sebagai aktivis, isu menolak kekerasan, kesetaraan gender, dan informasi hoaks, jadi garis perjuangan bersama. Ketika kita wadahi, harapannya bisa menghadirkan program yang baik di tingkat nasional," urainya.
"Sebagai seorang aktivis jangan sampai hilang jiwa kritisnya. Itu penting bagi kita jangan sampai roh kritis itu hilang dari seorang aktivis," tutur Agung.
Dalam kegiatan ini, 4 eks aktivis 98 Solo didaulat sebagai pemantik obrolan untuk memaparkan pandangan masing-masing terkait evaluasi jalannya reformasi sejak 1998 hingga kini. Keempat pemantik obrolan itu adalah Nurul Sutarti (Ketua KPU Solo), Muchus Budi R (jurnalis detikcom), Yusuf Suramto (advokat) dan juga Agus Zaini (politikus).
(apl/ams)