Pantauan detikJateng, Senin (4/4/2022), tampak para ibu dan bapak tengah sibuk memasak bubur dan lauk pauk berupa sayur sambal goreng krecek tempe, mie lethek, gorengan dan sambal. Tampak pula beberapa orang tengah menyiapkan piring untuk diisi menu tersebut dan menyajikannya kepada masyarakat yang hendak berbuka bersama di masjid tersebut.
"Di Masjid Sabilurrosya'ad Kauman ini senantiasa mempertahankan takjil bubur. Memang selama pandemi tahun 2020 kita sementara ditiadakan, tapi tahun 2021 kita buka lagi dengan prokes yang ketat," kata Ketua Takmir Masjid Sabilurrosya'ad Hariyadi kepada detikJateng, Senin (4/4/2022).
"Nah, tahun ini kita adakan lagi seperti dahulu. Meskipun dengan prokes seperti cuci tangan dan sebagainya. Kenapa dipertahankan karena ini diyakini peninggalan pendiri masjid yaitu Panembahan Bodho pada abad 16," lanjut Hariyadi.
Baca juga: Gempa Darat M 3,5 Goyang Gunungkidul |
Hariyadi menyebut bubur sendiri sejatinya mengandung banyak filosofi dan nilai moral. Seperti halnya bubur berasal dari kata bibirin atau hal yang bagus yang memiliki makna apa yang disampaikan di masjid adalah hal-hal yang bagus.
"Terus untuk beber maksudnya dibeberkan, jadi kalau mau ikut pengajian di Masjid ini diajarkan agama Islam dan berlaku bagi semua kalangan, baik tua, muda, kaya, miskin dan orang biasa," ucapnya.
Bubur, kata Hariyadi, juga merepresentasikan lembutnya para pendahulu saat melakukan syiar Islam di pulau Jawa. Sedangkan kaitannya dengan kesehatan, bubur bersifat lembut dan mudah dicerna semua orang.
"Bubur dengan materi sedikit bisa merata bagi semua orang. Dan bubur teksturnya lembut, itu menggambarkan lembutnya dalam menyampaikan agama Islam secara lemah lembut sehingga mudah dicerna masyarakat," ujarnya.
"Kalau dikaitkan dengan kesehatan jelas bubur ini mudah dicerna dan tidak menimbulkan sakit pada pencernaan," imbuh Hariyadi.
Terlepas dari hal tersebut, Hariyadi menyebut saat ini dalam sehari mampu menyediakan ratusan porsi takjil bubur sayur. Selain itu setiap hari menu pelengkap bubur berbeda-beda.
"Seperti sayur lodeh, hanya tempe dan kelengkapannya. Ini dari sedekah semua, seperti telur, bakmi, lethek dan lain-lain," katanya.
Bahkan, bagi masyarakat yang tidak bisa datang akibat terkendala fisik namun menginginkan bubur pengurus masjid akan membungkus takjil dan mengantarkannya ke rumah warga.
"Minimal untuk harian kita sediakan 100 sampai 150 porsi takjil bubur sayur. Kalau pas hari Jumat bisa 400 sampai 500 porsi karena kan kalau Jumat sore kita ada pengajian umum dan yang datang banyak," ucapnya.
"Untuk warga yang sakit dan lansia yang tetap minta kita layani, karena itu sudah jadi kebiasaan dan itu tidak masalah sama sekali," pungkas Hariyadi.
(sip/sip)