Beberapa bukit di wilayah Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, diusulkan menjadi kawasan warisan geologi. Penelitian sudah dilakukan untuk mengetahui kandungan dan usia batuan di Bayat.
"Sudah diteliti oleh tim Badan Geologi Kementerian ESDM dari Bandung. Ini diusulkan menjadi warisan geologi," kata Camat Bayat Joko Purwanto kepada detikJateng, Jumat (25/3/2022).
Joko mengatakan, ada beberapa bukit di sejumlah desa yang sudah dicek dan diusulkan. Di antaranya Desa Paseban, Krakitan, Tawangrejo, Jotangan, dan Gununggajah. "ESDM sudah cek bersama Bappeda selama empat hari," kata Joko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengecekan dan penelitian yang dilakukan, ujar Joko, untuk mengetahui kandungan dan usia batuan di Bayat. Sebab, batuan itu sudah termasuk purba sehingga layak menjadi warisan geologi.
"Batuannya ternyata sudah lama sekali dan purba. Inilah kenapa diusulkan menjadi warisan geologi oleh pemerintah," sebut Joko.
Joko menambahkan, batuan tertua di Bayat ditemukan di Desa Gununggajah. Batuan itu menyerupai marmer yang usianya sudah tua.
"Gununggajah (itu) tua, tapi tua lagi di wilayah Joko Tua, Desa Tawangrejo. Kita menunggu realisasi dari hasil penelitian itu, selain (untuk) kawasan konservasi juga edukasi," pungkas Joko.
Humas Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Didit Hadi Bariyanto menjelaskan, Indonesia berada di beberapa desakan lempeng dunia, baik Australia maupun Pasifik.
"Indonesia itu didesak gerakan lempeng Australia, Pasifik, sampai Mindanao. Jika ke Bayat, ada gamping di bukit Gununggajah yang kami teliti," ungkap Didit.
Hasil penelitiannya, jelas Didit, gamping itu menunjukkan fauna di Gununggajah terbentuk di lintas 20 derajat 40 juta tahun yang lalu. Menurutnya, Gununggajah dulu ada di Australia.
"20 derajat selatan, karena satu derajat itu 111 kilometer dan sekarang 6-7 derajat maka geser 13-14 derajat. 13-14 dikalikan 111 kilometer maka letak Gununggajah itu sekitar 1.500 kilometer di selatan atau di Australia sana," papar Didit.
Dengan hitungan itu, jelas Didit, Gununggajah dengan jarak 1.500 kilometer saat ini maka dulunya bergerak bergeser selama 40 juta tahun.
"Selama 40 tahun itu setiap tahunnya bergerak 3,3 centimeter per tahun. Dan, sampai sekarang masih terus bergerak," imbuh Didit.
(dil/aku)