Kapolsek Bayat AKP Tri Harni Sugondo tak hanya dikenal sebagai salah satu perwira di jajaran Polres Klaten. Sosoknya juga kondang dikenal sebagai dalang wayang kulit bahkan dai. Seperti apa kisahnya?
Bagi Tri Harni dunia seni, terutama seni pedalangan, dan karawitan bukanlah hal baru. Jauh sebelum memilih bergabung dengan korps Bhayangkara, dunia pakeliran adalah bagian dari jiwanya.
"Saya sebelum jadi polisi sudah ndalang, jadi saya memang dalang. Saat SMA saya sudah mulai mendalang," tutur Tri Harni saat berbincang dengan detikJateng di kantornya, Rabu (23/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tri Harni menuturkan, meski tidak memiliki darah seniman dari keluarganya, ketertarikannya pada seni pakeliran sudah tumbuh sejak belia. Kegemarannya menonton wayang, membuatnya menjadi dekat dengan wayang dan gamelan.
"Awalnya sejak kecil sering diajak menonton wayang. Saat sekolah SMA belajar dalang dari Ki Mujoko Raharjo di Ceper," cerita pria kelahiran Juni 1964 itu.
Niatnya menggeluti seni pakeliran, ucap Tri Harni, karena profesi dalang dinilainya profesi luar biasa. Menurutnya sosok dalang bisa memberikan informasi dengan bahasa yang lebih mudah dipahami masyarakat.
"Dalang itu keahlian luar biasa sebab bisa memberi informasi, menghibur dan bisa dakwah. Bahkan rejeki bisa datang sendiri tapi ndalang juga harus bisa nggamel agar memahami ngeng (laras) nada," ucap lulusan Bintara Polri 1986/1987 ini.
Selepas SMA, dia akhirnya mendaftar Polri dan ditempatkan di Kalimantan. Sejak menjadi anggota polisi, keahliannya mendalang justru semakin berkembang saat bertugas di Kalimantan.
"Di Kalimantan justru dalang dan karawitan berkembang ditambah dakwah sebab saya di Bimas. Saya malah buat sanggar di masyarakat Jawa yang ada di Kalimantan," cerita Tri Harni.
Saat dipindahkan ke Polwil Surakarta pada 1992, keahlian Tri Harni mendalang bak mendapatkan jalan mulus. Dia akhirnya termotivasi untuk membentuk grup gamelan.
"Setelah pindah ke Jawa Tengah saya semakin fokus di seni pedalangan dan dakwah, saya beli gamelan dan membuat grup. Rencana saya mau buat sekolah pedalangan nanti," ucap bapak lima anak itu.
[Daftarkan kandidat penerima Hoegeng Awards 2022 di sini!]
Dia mengungkap permintaan pentas wayang kulit pun mengalir di tengah kesibukannya sebagai polisi. Tak hanya pentas mendalang, permintaan pengajiannya pun meluas.
"Permintaan pentas wayang dan pengajian semakin banyak. Kadang ada yang menghendaki wayang sekaligus pengajian, atau pengajian tapi membawa wayang. Ya saya turuti jadinya wayang dakwah dengan iringan campur santri bukan campur sari," cetus Tri Harni.
![]() |
Tri Harni menyebut pentas wayang dan pengajiannya yang terjauh ada di Kalimantan Barat pada 2017 silam. Untuk wilayah eks Karesidenan Surakarta (Solo) dan wilayah Jawa Tengah pun sudah dijelajahinya untuk menggung dan memberikan pengajian.
"Di Solo sudah pernah semua, termasuk beberapa wilayah lain di Jateng, Jakarta juga sudah. Di Polda sudah pernah sekali dan keluarga juga mendukung kegiatan saya," terang Tri Harni yang sebelum menjabat Kapolsek selalu bertugas di Sat Binmas itu.
Selipkan pesan Bimas Polri lewat wayang dan dakwah
Setiap pentas, imbuh Tri Harni, dirinya menggabungkan unsur tugas Bimas Polri, dakwah Islam, dan seni sekaligus. Pesan-pesan itu dia masukkan ke dalam bagian wayang yakni limbukan atau pun gara-gara.
"Ini kan sejalan, Polri punya tugas untuk bimbingan masyarakat, penyuluhan dimasukkan saat limbukan dan gara-gara. Lalu dakwah dimasukkan sejak awal pentas jadi luwes sekali," ujar Tri Harni yang juga pengurus Pepadi Klaten itu.
Untuk membumikan tugasnya di kepolisian, Tri Harni menamakan grup karawitan, campursari dan sanggar miliknya dengan nama Tri Brata Laras. Tri Brata merupakan semboyan Polri sedangkan Laras adalah seni.
"Tri Brata itu semboyan Polri dan Laras adalah seni. Jadi saya itu ya dalang ya polisi, dalang polisi, tapi ada sebagian yang lebih mengenal saya sebagai dalang," ujar warga Desa Gombang, Kecamatan Cawas.
Lebih dikenal sebagai dalang polisi
Gimin (70) warga Desa Gombang, Kecamatan Cawas mengatakan Tri Harni selama ini lebih dikenal sebagai dalang dan ulama.
"Di sini kalau ditanya orang ya menyebutnya Pak Dalang. Sejak muda memang dalang dan seniman karawitan, pindah jadi polisi di Kalimantan juga ndalang," cerita Gimin kepada detikJateng di rumahnya.
[Daftarkan kandidat penerima Hoegeng Awards 2022 di sini!]
Ketua Komisi 4 bidang Kesra DPRD Klaten, Edi Sasongko mengatakan sosok Tri Harni lekat dengan dunia pedalangan dan dai. Menurutnya banyak yang menyebut Tri Harni sebagai dalang polisi.
"Terkenalnya dalang tapi di belakang dalang itu ada kata polisi. Terkenalnya dalang yang polisi, tidak hanya di Klaten tapi eks Karesidenan Surakarta juga tahunya dalang yang polisi," tutur Edi kepada detikJateng.
Menunjang Fungsi Kehumasan Polres
Diwawancarai terpisah, Kepala Seksi Humas Polres Klaten, Iptu Abdillah mengatakan sosok AKP Tri Harni Sugondo selain sebagai ulama dan dai, juga perwira Polri yang profesional. Sudah dua kali dipercaya sebagai Kapolsek.
"Karirnya di Polri juga bagus dan tidak pernah punya masalah, pernah sebagai Kasat dan dua kali dipercaya sebagai Kapolsek. Orangnya supel, ramah dan gesit," papar Abdillah kepada detikJateng.
Menurut Abdillah, dalam menjalankan tugas Polri, Tri Harni sangat profesional sehingga daerahnya kondusif. Kegiatan vaksinasi sampai pengawalan proyek nasional revitalisasi Rawa Jombor berjalan lancar.
"Komunikasi dengan pihak terkait dan penyampaian sosialisasi ke warga bagus sehingga proyek nasional berjalan kondusif. Capaian vaksinasi di Bayat, juga bagus," imbuh Abdillah.
Sosok Tri Harni, sambung Abdillah, sangat membantu tugas Humas dan Binmas di daerah. Dengan sebagai dai dan dalang kondang, lebih mudah menyampaikan pesan.
"Sosoknya sangat membantu tugas Humas dan Binmas karena informasi serta program bisa disampaikan dengan mudah. Menjadi dalang dan dai itu tentu butuh kemampuan komunikasi yang tidak biasa," pungkas Abdillah.
Apa Kata Ikatan Dai?
Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Kabupaten Klaten, KH Amin Mustofa menjelaskan sosok Tri Harni memang unik. Selain Polri, juga dai dan polisi yang sudah dikenal luas.
"Tahun 2003 saya pernah mendengar dakwah pak Tri pada satu acara di Klaten Kota, tapi saya tidak mengira ternyata polisi," ucap Amin kepada detikJateng.
Sosok Tri Harni, imbuh Amin, sudah dikenal luas di Klaten, baik di kota maupun desa- desa. Bahkan juga di luar Klaten sudah dikenal luas. "Tidak hanya di tempat tinggalnya atau wilayah tugasnya, wilayah Klaten lainnya juga mengenalnya sebagai dai," imbuh Amin.
Kades Kalikotes, Kecamatan Kalikotes, Ponidi mengatakan desanya dan desa sekitar sering mengundang AKP Tri Harni berdakwah dan pentas wayang. Padahal beda kecamatan.
"Di wilayah Kecamatan Kalikotes sudah lama sering didakwahi dan ada pentas wayang pak Tri Harni. Di tempat kakak saya juga pernah mengisi pengajian pemberangkatan haji dan aqiqah," ucap Ponidi kepada detikJateng.
===
Artikel ini adalah bagian dari rangkaian acara Hoegeng Awards 2022. Polisi yang diceritakan dalam artikel ini merupakan salah seorang yang diusulkan pembaca sebagai kandidat penerima Hoegeng Awards 2022. Pembaca detikcom bisa mengusulkan anggota polisi kandidat penerima Hoegeng Awards 2022 melalui link berikut ini: Hoegeng Awards 2022
(ams/ams)