Cerita Tanah Keramat dari Puser Bumi yang Dibawa Ganjar ke IKN

Terpopuler Sepekan

Cerita Tanah Keramat dari Puser Bumi yang Dibawa Ganjar ke IKN

Tim detikJateng - detikJateng
Minggu, 20 Mar 2022 08:09 WIB
Presiden Joko Widodo dan gubernur se-Indonesia melakukan prosesi penyatuan tanah-air di IKN Nusantara. Tanah-air dari berbagai daerah itu disatukan dalam kendi.
Presiden Joko Widodo dan gubernur se-Indonesia melakukan prosesi penyatuan tanah-air di IKN Nusantara. Tanah-air dari berbagai daerah itu disatukan dalam kendi. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Solo -

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membawa tanah 'keramat' untuk kendi Nusantara di Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur. Tanah berasal dari 'puser bumi' di Gunung Tidar, Kota Magelang.

Tanah yang dibawa Ganjar

Ganjar menjelaskan lewat postingan akun Instagramnya, @ganjar_pranowo.

"Tanah dan air keramat yang saya pilih untuk disatukan dengan Tanah dan Air dr seluruh penjuru bumi nusantara. Untuk tanah, saya ambil dari pusatnya Tanah Jawa, yaitu di Gunung Tidar Magelang. Di sinilah marabahaya yang mengancam Jawa ditaklukkan," tulis Ganjar dalam keterangan fotonya, Selasa (15/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk menjaga keseimbangan, sebuah rajah ditancapkan di Gunung Tidar. Beliau adalah Syech Subakir. Rajah, makam dan senjata beliau dimakamkan di sana dan bisa kita temui hingga kini," imbuhnya.

Sedangkan untuk air yang dibawa, Ganjar menjelaskan diambil dari lereng Gunung Lawu. Dari dua tempat itu, lanjut Ganjar, diyakini menyimpan energi positif yang besar sehingga harapannya bisa menjadi salah satu penguat di IKN.

ADVERTISEMENT

"Dua tempat itu diyakini menyimpan energi positif yang sangat besar. Besarnya energi dan manfaat yang dihasilkan, saya kirim untuk disatukan di Ibu Kota Negara Nusantara. InsyaAllah Tanah dan air itu menjadi satu dari sekian penguat yang ditanam di sana. #nusantara," tutup Ganjar.

Kabag Humas dan Protokol Provinsi Jateng Agung Kristianto juga membenarkan tanah yang dibawa ke IKN berasal dari Gunung Tidar, Kota Magelang.

"Tanah dari Gunung Tidar," kata Agung kepada wartawan lewat keterangannya, Senin (14/3/2022).

Gunung Tidar

Gunung Tidar persis di tengah Pulau Jawa sehingga disebut sebagai pakunya tanah Jawa.

Di Gunung Tidar terdapat makam penyebar Islam sebelum generasi Walisanga. Di bagian atas gunungnya terdapat petilasan Syekh Subakir, Kyai Sepanjang. Ada juga makam Eyang Ismoyo Jati (perwujudan Semar). Di sana juga terdapat Tugu Sa.

"(Tugu Sa) Tugu yang menganalogikan ada tiga huruf tulisan Jawa, yang mengatakan sapa salah seleh (siapa yang salah akan menemui kekalahan). Jadi ketika orang punya hajat pasti sampai ke atas karena mereka tahu Gunung Tidar atau pakune tanah Jawa itu kan penggalan dari kata 'mukti lan kadadar'," kata Kepala UPT Kebun Raya Gunung Tidar, Dinas Lingkungan Hidup Kota Magelang, Yhan Noercahyo Wibowo, Senin (14/3/2022).

Legenda dan Mitologi

Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang Sugeng Priyadi mengatakan, ada berbagai macam versi tentang Gunung Tidar.

"Pakunya Tanah Jawa bukan sejarah, itu sebuah legenda. Ada istilah, jadi termasuk tentang Ismoyo, Semar. Kita tahu pewayangan itu dari India, tokoh Semar sebenarnya nggak ada di dalam Mahabharata dan sebagainya. Itu muncul ketika pewayangan sudah masuk di nusantara khususnya di Tanah Jawa," ujarnya.

Menurut sejarawan Magelang, Novo Indarto, istilah paku tanah Jawa bermula dari Babad Tanah Jawa. "Itu (penyebutan paku tanah Jawa) dimulai dari Babad Tanah Jawa," kata Novo, Senin (14/3).

Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kota Magelang Sus Anggoro menambahkan, penyebutan Gunung Tidar disebut sebagai paku tanah Jawa itu merupakan mitologi.

"Mitologinya kalau paku itu dicabut maka Indonesia atau nusantara akan tenggelam. Itu kanggugon tuhon, menurut saya. Artinya mitologi sudah tersebar di mana-mana dan diyakini. Nah barangkali itu kaitannya dengan geografis," ujar Sus Anggoro.

Untuk diketahui, di IKN terdapat kendi Nusantara yang berisi tanah dan air yang dibawa oleh para Gubernur dari daerah masing-masing. Presiden Joko Widodo mengatakan prosesi tanah dan air itu sebagai bentuk kebinekaan dan persatuan dalam membangun Nusantara.




(rih/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads