Ganjar Pranowo Bicara Keharmonisan Negara dan Pancasila di UNS

Ganjar Pranowo Bicara Keharmonisan Negara dan Pancasila di UNS

Inkana Izatifiqa R Putri - detikJateng
Sabtu, 12 Mar 2022 09:15 WIB
Gedung Ki Hajar Dewantara di UNS.
Foto: dok. Istimewa
Jakarta -

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendampingi Presiden Joko Widodo pada peresmian Gedung Tower Ki Hadjar Dewantara Universitas Sebelas Maret (UNS), Jumat (11/3). Peresmian ini bertepatan dengan peringatan Dies Natalis UNS ke-46.

Dalam sambutannya, Ganjar mengingatkan soal pentingnya menjaga keharmonisan bangsa, serta merawat Pancasila. Sebab, menurutnya, UNS merupakan gerbong besar toleransi karena memiliki 6 tempat ibadah di dalamnya.

"Universitas Sebelas Maret Surakarta tidak hanya mencetak mahasiswa berprestasi, namun juga sudah menjadi gerbong besar toleransi," papar Ganjar dalam keterangan tertulis, Sabtu (12/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"UNS adalah kampus pertama yang memiliki enam tempat ibadah. Baik masjid, gereja kristen, gereja katolik, pura, vihara serta kelenteng," imbuhnya.

Tak hanya itu, Ganjar berpesan untuk terus menjaga Pancasila demi masa depan bangsa. Ia berpesan kepada mahasiswa untuk memaksimalkan masa kuliah sebaik mungkin agar dapat menjadi agen perubahan.

ADVERTISEMENT

"Selamat hari jadi ke-46 UNS. Teruslah merawat dan menjaga Pancasila. Sebab, dari lingkungan pendidikan inilah, masa depan bangsa dipertaruhkan," paparnya.

"Maka, kawan mahasiswa jangan mau jadi mahasiswa biasa-biasa saja. Ayo, manfaatkan waktu kuliah sebaik mungkin. Anda akan sukses," lanjutnya.

Sementara itu, Jokowi menyampaikan organisasi pendidikan tinggi dan universitas sangat berperan dalam mempercepat persiapan sumber daya manusia (SDM).

"Karena dunia berubah begitu sangat cepatnya. Ilmu pengetahuan juga berkembang sangat cepat sekali dan harus diikuti dengan program pendidikan yang dinamis dan cepat. Risetnya cepat berubah, sesuai dengan tantangan yang ada," tutur Jokowi.

Lebih lanjut, Jokowi menjelaskan Indonesia memiliki waktu dua tahun terkait persiapan SDM, serta mengejar perubahan dan percepatan yang terjadi di dunia. Jika tidak cepat, katanya, Indonesia dapat tertinggal pada bonus demografi tahun 2030 hingga 2035.

"Saya membayangkan, kita ini hanya punya waktu dua tahun urusan SDM untuk mengejar, dan itu hanya punya waktu dia tahun. Berani berubah atau tidak dalam dua tahun ini. Kalau tidak, nanti dalam bonus demografi tahun 2030-2035 habis kita kalau tidak cepat berubah," pungkasnya.




(prf/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads