Puluhan ribu vaksin Corona atau COVID-19 jenis AstraZeneca di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, kedaluwarsa. Pemkab Kudus pun mengembalikan puluhan ribu vaksin kedaluwarsa tersebut ke Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
"Kemarin laporan saya sekitar 2.700 vial berarti sekitar 27 ribu dosis (kedaluwarsa). Ini sudah kita kembali ke provinsi," kata Bupati Kudus HM Hartopo kepada wartawan ditemui di Pendapa Kabupaten Kudus, Senin (7/3/2022).
Menurutnya, vaksin tersebut didapatkan pada tanggal 12 Februari 2022. Vaksin tersebut direncanakan diperuntukkan untuk vaksinasi lansia di Kudus. Namun hingga batas tanggal kedaluwarsa per 28 Februari 2022 menyisakan 27 ribu dosis vaksin AstraZeneca yang belum tersuntikkan.
"Seharusnya 28 Februari 2022. Karena kemarin tanggal 12 Februari 2022 itu dikirim ke sini, itu merupakan target harus bisa dihabiskan. Namun dengan kondisi kesulitan terkait mobilisasi ini memang punya kendala ya, akhirnya memang masih," ujar Hartopo.
Dia mengaku ada beberapa kendala sehingga tidak bisa menyuntikkan puluhan ribu vaksin Corona tersebut. Pertama karena terkait targetnya lansia. Bahkan kata dia, pemkab turun jemput bola di desa-desa. Namun masih sedikit lansia yang mau divaksin.
"Kendalanya terkait mobilisasi terkait yang lansia, karena memang agak susah, sampai kita menjemput bola juga, sampai turunkan semua, tapi kadang masih susah untuk divaksin," jelas Hartopo.
"Kita sudah berusaha untuk menurunkan semua relawan, semua elemen kita ajak bareng supaya ada percepatan vaksin ini, baik untuk memberikan fasilitas tempat atau mobilitas massa, tapi kenyataannya sampai kemarin di pasar kita ke sana. Yang belum vaksin kita screening langsung kita suntik, ini usaha seperti itu," ujar dia.
Hartopo mengatakan cakupan vaksin lansia di Kudus dosis pertama mencapai 72 persen, sedangkan dosis kedua baru 52 persen. Hartopo berharap agar pendistribusian vaksin ke daerah memperhatikan masa kedaluwarsanya terlebih dahulu.
"Harapan kami kalau memang ada pendistribusian vaksin ada jangka waktu yang panjang, kalau memang itu banyak, karena ini memang tinggal yang susah," ujar Hartopo.
(rih/sip)