Tolong! Bocah Piatu Lumpuh Asal Klaten Nunggak Biaya RS Rp 69 Juta

Tolong! Bocah Piatu Lumpuh Asal Klaten Nunggak Biaya RS Rp 69 Juta

Achmad Syauqi - detikJateng
Selasa, 01 Mar 2022 17:49 WIB
Richei (8) bocah piatu yang menderita infeksi selaput otak asal Klaten tergolek di kamarnya.
Richei (8) bocah piatu yang menderita infeksi selaput otak asal Klaten tergolek di kamarnya. (Foto: Achmad Syauqi/detikJateng)
Klaten -

Michael Richei Wiputra (8) warga Desa Dengkeng, Kecamatan Wedi, Klaten, Jawa Tengah lumpuh akibat penyakit infeksi selaput otak. Bocah piatu tersebut tercatat juga memiliki tunggakan biaya rumah sakit sebesar Rp 69 juta.

"Tunggakan RS Rp 69 juta atau hampir Rp 70 juta. Tahun kemarin ada surat keringanan utang RS, tapi saya ndak tahu besarnya," ucap ayah Richei, Maryadi (42) di sela kunjungan rombongan Kapolres Klaten AKBP Eko Prasetyo di rumahnya, Selasa (1/3/2022).

Maryadi menjelaskan tunggakan biaya itu merupakan tunggakan biaya pertama sebelum Richei menjalani operasi. Dulu dirinya punya BPJS mandiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu BPJS mandiri ada, cuma sudah lama tidak saya bayar iurannya. Sebenarnya bawa ke RS bisa, cuma yang bawa ke RS itu yang jadi kendala karena kondisi begitu," lanjut Maryadi.

Maryadi menuturkan setiap harinya Richei dirawat kakaknya Stevani yang kini kuliah daring di rumah. Dia menyebut anak sulungnya bisa berkuliah karena mendapatkan beasiswa.

ADVERTISEMENT

"Kalau yang merawat ya kakaknya. Sambil kuliah nyuapi, mandikan, lalu baru kuliah lagi di rumah karena saya kerja," sambung Maryadi yang bekerja sebagai buruh serabutan ini.

Maryadi menuturkan, saat ini Richei sudah bisa merespons cahaya dan suara. Berbeda saat 2016 keluar dari RS.

"Sekarang sudah merespons cahaya, kalau lampu dimatikan dia kaget dan saat mendengar suara sudah kaget. Ya begitu," imbuh Maryadi.

Maryadi mengaku kini tidak punya rumah karena warisan tanah di Desa Bakung, Jogonalan sudah habis dijual untuk biaya berobat. Kini keluarganya mengontrak di Desa Dengkeng.

"Warisan sudah dibagi lima, bagian saya sudah dijual untuk biaya. Sewanya rumah murah, istilahnya suruh menempati saja," ujar Maryadi.

Satu hal yang paling diinginkannya adalah melihat anaknya menangis. Sebab selama ini anaknya belum bisa menangis.

"Belum bisa menangis. Menangis itu yang saya tunggu-tunggu, menangis keras," ujar Maryadi.

Di lokasi yang sama, Kapolres Klaten AKBP Eko Prasetyo menjelaskan kunjungannya sebagai wujud kepedulian. Dia mengaku terharu saat mendengar harapan Maryadi yang ingin mendengar Richei menangis.

"Tadi ayahnya punya semacam nazar kalau Richei menangis akan syukuran. Semoga segera bisa dan pulih," ucap Eko pada wartawan.

Kades Dengkeng, Hariyanta mengatakan keluarga Maryadi belum lama tinggal di desanya tetapi dalam hal pelayanan dan bantuan diberlakukan sama. Untuk BPJS sudah diusulkan lewat kecamatan.

"Tadi untuk BPJS kita sudah luncurkan Lewat kecamatan dan Dinas Sosial, kita tinggal menunggu. Untuk bantuan dari desa juga kita berlakukan sama," sebut Hariyanta pada wartawan.

Diberitakan sebelumnya, Michael Richei Wiputra (8) warga Desa Dengkeng, Kecamatan Wedi, Klaten, Jawa Tengah menderita kelumpuhan akibat penyakit infeksi selaput otak. Kini dia harus dirawat oleh sang kakak setelah ibunya meninggal 3 tahun lalu.

Sedangkan ayahnya sehari-hari harus bekerja sebagai tukang batu dengan penghasilan yang tidak tentu.

"Adik saya sakitnya infeksi selaput otak sejak umur 1,5 tahun. Waktu itu sudah bisa jalan seperti anak biasa," tutur Stevani (19), kakak Richei kepada detikJateng saat bertandang ke rumahnya, Minggu (27/2).




(ams/mbr)


Hide Ads