Nenek Buta di Grobogan Ini Tinggal Sendirian di Gubuk di Atas Drainase

Nenek Buta di Grobogan Ini Tinggal Sendirian di Gubuk di Atas Drainase

Manik Priyo Prabowo - detikJateng
Kamis, 24 Feb 2022 14:17 WIB
Surati, nenek buta yang tinggal sendiri di gubuk yang berada di atas saluran drainase di Grobokan.
Gubuk kecil di atas saluran drainase yang ditinggali Surati, seorang nenek buta di Grobogan. Foto: Manik Priyo Prabowo/detikJateng
Grobogan -

Gubuk kecil itu hanya berdinding kayu dan terpal. Atapnya terbuat dari seng. Bangunan itu berdiri di atas saluran drainase yang ada di Desa Gubug, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan.

Surati, nenek berusia 68 tahun, tinggal sendiri di gubuk sederhana itu. Dia hidup dalam tumpukan barang-barang yang ada di dalam gubuk yang luasnya sekitar 4 meter persegi itu.

Tidak banyak aktivitas yang dia lakukan di dalam gubuk, kecuali tiduran. Nenek itu hampir tidak pernah keluar dari tempat itu. Selama 5 tahun terakhir, kedua matanya buta akibat digerogoti penyakit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski demikian, Surati tidak banyak mengeluhkan kehidupannya.

"Saya tetap bersyukur meski (hidup) apa adanya," kata Surati saat ditemui, Kamis (24/2/2022).

ADVERTISEMENT

Di gubuk itu dia hanya tinggal sendirian. Sebenarnya dia memiliki 3 anak, semuanya tinggal di luar kota.

Dia memilih tinggal sendiri lantaran tidak mau membebani anak-anaknya yang juga sama-sama hidup serba kekurangan.

"Pernah saya ngekos sama anak-anak. Tapi ekonomi kita tidak mencukupi, bisa bayar kos tapi makan susah karena hasil kerja anak kuli bangunan," tuturnya.

Surati, nenek buta yang tinggal sendiri di gubuk yang berada di atas saluran drainase di Grobokan.Surati, nenek buta yang tinggal sendiri di gubuk yang berada di atas saluran drainase di Grobokan. Foto: Manik Priyo Prabowo/detikJateng

Beruntung, meski hidup sendiri, anak-anaknya tidak melupakannya. Secara berkala, anak-anaknya menengok Surati, paling tidak dua pekan sekali.

Anak-anaknya juga tidak canggung tidur menginap berdesakan di gubuk kecil itu saat menjenguknya.

"Hanya bisa pasrah apa adanya. Banyak yang membantu saya juga termasuk tetangga yang memberi makan dan minum setiap harinya," lanjutnya.

Para tetangga memang cukup peduli dengan kehidupan Surati yang serba kekurangan. Mereka membantu tanpa pamrih.

"Hanya (membantu memberi) makan apa adanya dan Ibu Surati juga nerima. Kasihan, dulu masih sendiri pergi beli makan tapi tersesat. Jadi sekarang dibantu warga sekitar," ucap Saropah, salah satu tetangga.

Hal serupa juga dilakukan oleh tetangga yang lain, Solikin (35). Dia mengaku telah mengenal nenek itu sejak kecil. Meski tidak rutin tiap hari, dia sering mengirimkan makanan.

"Kita hanya bisa bantu seadanya. Semoga pemerintah bisa memberikan bantuan karena kasihan," ujarnya.

Sementara itu Camat Gubug, Bambang Supriyadi mengaku tidak mengetahui adanya nenek Surati ini. Padahal, jarak rumah nenek dan Kantor Kecamatan Gubug tak lebih dari 1 km.

"Saya belum dengar kisah nenek Surati. Nanti saya cari tahu semoga pemerintah bisa memberikan bantuan," ujar Bambang singkat sembari berlalu pergi saat ditemui di Kantor Kecamatan Gubug.




(ahr/mbr)


Hide Ads