Taruna Siaga Bencana (Tagana) Wonogiri punya cara unik dalam merespons kelangkaan serta mahalnya harga minyak goreng di daerahnya. Bermodal uang hasil patungan 77 anggotanya, Tagana Wonogiri memborong 300 liter minyak goreng dari toko dan pasar untuk dijual rugi Rp 14.000 per liter di halaman kantor Dinas Sosial Kabupaten Wonogiri, hari ini.
Koordinator Tagana Wonogiri Sugiyanto mengatakan, selama sepekan anggotanya berburu minyak goreng di toko-toko dan pasar yang dijual seharga Rp 17.000 - Rp 19.000 per liter. Kemudian, uang kas Tagana digunakan untuk menyubsidi minyak goreng tersebut agar sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET), yaitu Rp 14.000 per liter.
"Minyak goreng itu kami jual dengan harga normal (Rp 14.000 per liter) ke kuli panggul pasar, juru parkir, pedagang kaki lima, dan warga yang kurang mampu," kata Sugiyanto saat ditemui detikJateng di sela kegiatan, Rabu (23/2/2022) siang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sugiyanto berujar, minyak goreng murah itu dijual dengan sistem kupon yang telah dibagikan sebelumnya. Karena jumlah minyak goreng murah itu terbatas, tiap satu orang penerima kupon hanya boleh membeli satu liter saja.
"Kalau tidak begitu (pakai sistem kupon) takutnya diserbu warga. Jadi, warga yang ke sini sudah bawa kupon," ujar Sugiyanto.
Dari hasil survei Tagana Wonogiri. Sugiyanto menambahkan, minyak goreng masih menjadi barang langka. Kalaupun ada, stoknya terbatas dan harganya mahal. Harga minyak goreng rata-rata masih Rp20.000 per liter.
Pada Rabu pagi, menurut Sugiyanto, harga minyak goreng terendah di pasaran masih Rp18.750 per liter. Namun, minyak seharga itu juga sulit didapatkan.
"Beberapa waktu lalu kami keliling dan survei ke sejumlah daerah. Banyak warga di wilayah pelosok Wonogiri yang akhirnya memasak makanan tanpa minyak goreng. Misalnya dengan cara dikukus atau memasak sayur bening," tutur dia.
Salah satu warga yang kebagian kupon dari Tagana Wonogiri, Fitri (29), mengaku cukup terbantu dengan kegiatan sosial yang diselenggarakan para relawan siaga bencana tersebut.
"Karena sekarang masih sulit cari minyak goreng dengan harga normal. Yang mahal saja sulit didapat karena habis terus," kata warga Lingkungan Gerdu, Kelurahan Giripurwo, Kecamatan Wonogiri, itu.
Warga lain, Marni, mengaku terpaksa membeli minyak goreng dengan harga mahal karena untuk jualan makanan ringan. Sedangkan untuk kebutuhan keluarganya sendiri, dia memilih memasak makanan tanpa minyak goreng.
"Mau tidak mau harus beli minyak goreng dengan harga mahal karena saya masih terus menerima pesanan snack. Harapan kami harga minyak goreng kembali normal," kata Marni yang juga warga Lingkungan Gerdu, Kelurahan Giripurwo.
(dil/aku)