Hari ini, 14 Februari tapi pada delapan tahun yang lalu, erupsi Gunung Kelud Jawa Timur berdampak hingga Solo dan Jogja. Kedua wilayah ini dilaporkan mengalami hujan abu sejak dini hari.
Menurut catatan detikcom, hujan abu mengguyur deras kawasan Bundaran Gladag Solo. Salah seorang pembaca detikcom bernama Fatah, saat dihubungi kala itu menyebutnya seperti hujan salju karena saking lebatnya. Fatah sempat mengirimkan foto yang dia ambil pada sekitar pukul 07.00 WIB, tampak tumpukan abu berwarna kelabu keputihan menyelimuti hampir seluruh permukaan jalan.
Fatah mengatakan saat itu jarak pandang akibat hujan abu Gunung Kelud hanya sekitar 5 meter. Suasana di Kota Solo pagi itu pun gelap. Atas perintah langsung dari Wali Kota Solo saat itu, FX Hadi Rudyatmo, para pekerja dan pelajar diliburkan karena kondisi udara yang tak bersahabat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seharian penuh jalanan Kota Solo kala itu, seperti Jalan Yos Sudarso dan Jalan Slamet Riyadi, lengang. Pertokoan dan pusat-pusat perbelanjaan tutup.
Hujan abu pekat Gunung Kelud saat itu juga mengguyur daerah-daerah lain di Jawa Tengah. Sragen, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten hingga Boyolali juga tepapar abu erupsi tersebut.
Kondisi yang sama terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Abu vulkanik Gunung Kelud menyelimuti Kota Jogja, pantauan detikcom, permukaan Jalan Taman Siswa dan Kusumanegara delapan tahun silam, dipenuhi dengan abu.
BPBD DIY saat itu langsung mengeluarkan imbauan agar warga Jogja tidak keluar rumah. Jika terpaksa bepergian, warga diminta memakai masker dan pelindung lainnya karena hujan abu di Jogja saat itu turun dengan lebat.
Kondisi ini bertahan hingga sore harinya. Kawasan Malioboro Jogja yang selalu ramai tak berkutik dengan tebalnya abu vulkanik Gunung Kelud. Jalan Malioboro terlihat berwarna putih karena tertutup abu vulkanik
Trotoar yang biasanya penuh dengan parkir kendaraan roda dua terlihat kosong. PKL memilih tidak menggelar dagangannya. Hujan abu masih terus turun di kawasan Malioboro.
Kawasan Malioboro gelap sejak pagi. Hingga sore sinar matahari tak mampu menembus pekatnya abu.
Malioboro sempat disemprot air dengan mobil water canon, namun jalanan langsung tertutup abu kembali. Hanya sedikit wisatawan yang beraktivitas di luar.
Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat itu langsung menetapkan status darurat gangguan abu vulkanik. BPBD DIY kala itu mengatakan status darurat berlangsung selama 7 hari. Sekolah-sekolah di Yogyakarta libur selama 3 hari.
"Warga diimbau untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, dan tetap mengenakan masker. Sekolah-sekolah juga diimbau untuk libur," kata Kepala BPBD DIY kala itu, Gatot Saptadi.
(sip/mbr)