Perjuangan Warga Terobos Air Antar Makanan untuk Korban Banjir Pekalongan

Perjuangan Warga Terobos Air Antar Makanan untuk Korban Banjir Pekalongan

Robby Bernardi - detikJateng
Rabu, 09 Feb 2022 06:35 WIB
Perjuangan warga terobos banjir antar makanan korban banjir Pekalongan.
Perjuangan warga terobos banjir antar makanan korban banjir Pekalongan. (Foto: Robby Bernardi/detikJateng)
Pekalongan -

Di balik musibah banjir yang terjadi di Kabupaten Pekalongan, ada cerita heroik warga yang rela mondar-mandir menerobos banjir demi menyalurkan nasi bungkus untuk warga. Seperti apa kisahnya?

Dua warga Dusun Tugurejo, Desa Pait, Kecamatan Siwalan, Pekalongan, berjalan beriringan sembari memanggul sebuah bambu yang di tengahnya digantungkan dua bungkusan plastik besar. Dua warga ini, dengan semangat menerobos genangan air setinggi pinggang.

Keduanya melangkah dengan penuh hati-hati. Jika salah langkah sedikit saja, bisa jadi bungkusan plastik yang mereka bawa tumpah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bungkusan plastik itu ternyata berisi nasi untuk warga yang bertahan di rumah-rumah yang terkepung banjir. Namun, keduanya terlihat sudah hafal betul mana jalan dan mana selokan, sehingga barang bawaannya aman sampai tujuan.

Kepada detikJateng, salah satu pemanggul bambu, Mito (29) mengatakan, mereka membawa nasi bungkus untuk warga yang masih bertahan di rumah-rumah. Mereka mengambil nasi bungkus tersebut dari dapur umum di Desa Pait.

ADVERTISEMENT

"Bawa nasi untuk warga yang tidak mengungsi, ini nasi dari dapur umum," kata Mito, Selasa (08/02).

Perjuangan warga terobos banjir antar makanan korban banjir Pekalongan.Perjuangan warga terobos banjir antar makanan korban banjir Pekalongan. Foto: Robby Bernardi/detikJateng

Mito harus jemput bola mengambil nasi bungkus di pos pengungsian dengan berjalan kaki. Jaraknya lumayan jauh, yakni sekitar hampir 1 kilometer dari rumah ujung di dusun setempat.

"Ya kami lakukan sehari dua kali ini. Gantian juga dengan warga lainnya," katanya.

Mito bersama rekannya rela berjalan kaki mondar-mandir demi mengambil nasi bungkus. Mereka tidak mengandalkan perahu karet, baik dari BPBD maupun Polri.

"Kalau milik pak polisi, tadi masih patroli di dalam. Kalau perahu yang lainnya tadi tidak ada," katanya.

Hampir bersamaan, datang serombongan ibu-ibu dari Kecamatan Kajen, dengan menggunakan mobil. Mobil terpaksa berhenti di tepi jalur Pantura, di ujung gang menuju ke Dusun Tugurejo, Desa Pait.

Ibu-ibu ini juga membawa bantuan nasi bungkus, yang harus digendong oleh mereka, sembari menerobos genangan air, yang semakin lama semakin dalam.

"Mobil tidak bisa masuk, hanya sampai ujung gang tadi. Ya kita bawa manual," kata salah satu ibu, Tami, yang tergabung dalam Gerakan Jumat Berkah (GJB) Kajen.

"Ya gantian agar tidak capek. Kan bahaya juga kalau jatuh ke air, malah nggak bisa dimakan bercampur air banjir," imbuhnya.

Sesampainya di titik banjir, sebagian bungkusan nasi ini diserahkan ke salah satu tokoh masyarakat yang rumahnya di depan pemukiman warga.

"Kita taruh di sini sebagian, biar bapak-bapak sini yang tahu petanya untuk dibagi, atau warga yang mengambil di sini," ungkapnya.

Sebagian bungkusan nasi-nasi itu, disimpan di rumah tokoh masyarakat setempat, Kalyubi (69) untuk kemudian didistribusikan ke warga. Benar adanya, tidak lama sekelompok warga berdatangan, mereka mewakili blok rumah-rumah yang masih ditempati warga saat banjir.

Tidak lama, rombongan patroli polisi dengan perahu karet pun tiba. Rombongan polisi ini, usai melakukan patroli rutin di rumah-rumah warga yang tergenang air. Puluhan nasi bungkus langsung diangkut di perahu karet agar lebih aman.

"Ya tadi kita patroli ke rumah-rumah warga yang ditinggal mengungsi, untuk antisipasi adanya tindak kejahatan. Pulangnya kita mendapati bapak-bapak ini bawa nasi, kita angkut sekalian untuk membantu distribusi nasi bungkus ke warga yang masih bertahan di rumah," ujar Wakapolres Pekalongan, Kompol Riwayat Sosiyanto.

"Sudah saya himbau ke warga, agar bisa gunakan perahu kita yang kita standby-kan di depan. Hanya saja tadi memang kita pas lagi patroli di dalam," imbuhnya.

Perjuangan warga terobos banjir antar makanan korban banjir Pekalongan.Perjuangan warga terobos banjir antar makanan korban banjir Pekalongan. Foto: Robby Bernardi/detikJateng

Jerih payah warga mengantarkan nasi bungkus diapresiasi. Warga setempat, Sutari (51), mengaku bergantung dengan pengiriman nasi bungkus.

"Tidak bisa masak, Mas. Kalau anak istri ya di pengungsian. Saya jaga rumah. Kondisi basah, tidak bisa masak, ya kita bergantung ke nasi bungkus pemberian" katanya.

Apalagi, biasanya, menurut Sutari ini, banjir biasanya baru akan surut sekitar sepekan. "Biasanya seminggu surut. Seperti tahun lalu. Padahal tahun lalu tidak separah ini," kata Sutari.

Saat ditanya kalau tidak ada pembagian nasi bungkus, ia akan mengandalkan apa untuk memenuhi kebutuhan makan?

"Ya sangat bergantung sama pemberian nasi bungkus. Saya pekerja bangunan, kondisi banjir tidak bisa kerja, hanya jaga rumah. Paling ya bisanya jual barang yang bisa dijual untuk beli makan, kalau tidak ada bantuan," pungkasnya.




(aku/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads