Kasus aktif COVID-19 di Jepara terus bertambah. Berdasarkan data hingga Jumat (4/2) malam, terdapat 61 warga yang terkonfirmasi COVID-19 di kabupaten itu.
Warga yang terpapar COVID-19 itu berasal dari berbagai kalangan. Ada yang merupakan hasil tracing, ada pula hasil temuan saat warga menjalani uji swab untuk keperluan perjalanan.
Namun, separuh dari kasus aktif COVID-19 di Jepara berasal dari satu lingkungan, yaitu klaster pondok pesantren yang berada di Kecamatan Bangsri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada dari masyarakat itu ada dari pabrik, itu bergejala terus diswab, pada ibu hamil terus discreening itu, dan macam-macam. Ada juga pelaku perjalanan terus sakit. Tapi yang paling banyak itu dari klaster ponpes," kata Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, Eko Cahyo kepada detikJateng lewat sambungan telepon, Sabtu (5/2/2022).
Kasus itu berawal dari temuan bahwa salah satu anak pengasuh pesantren yang diketahui positif COVID-19. Dinas Kesehatan setempat lantas melakukan tracing dengan memeriksa 140 santri.
Hasilnya, terdapat 19 santri yang ternyata positif COVID-19. Ditambah dengan anak pengasuh pesantren, total ada 20 orang yang tercatat terpapar virus.
Tracing pun diperluas. Dinas Kesehatan lantas masih menemukan 15 santri yang terpapar Corona. Sehingga, total jumlah yang terpapar di pesantren itu mencapai 35 orang.
Kini, para santri itu harus menjalani isolasi terpusat di gedung BLK Pecangaan. Kegiatan pembelajaran di pesantren itu juga harus dihentikan selama 2 pekan.
Eko menambahkan Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara tengah mengirim beberapa sampel orang yang terkena Corona untuk dilakukan tes Whole Genome Sequencing (WGS) guna memastikan kemungkinan terkena varian baru Omicron. Namun belum diketahui hasilnya.
"Ada tiga sampel untuk WGS, ada satu dari Bangsri ada satu dari Kalinyamatan, satu dari Mlonggo, hasilnya belum keluar sampai sekarang. Perkiraan paling cepat seminggu," pungkas Eko.
(ahr/dil)