Selama bertahun-tahun, Indonesia dikenal sebagai raksasa durian yang berjalan tanpa arah. Produksinya terbesar di dunia, tetapi posisinya di pasar global justru tertinggal. Bukan karena kualitas, melainkan karena terlalu kaya ragam. Indonesia memiliki sekitar 114 varietas durian.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Perkebunan Durian Indonesia, Aditya Pradewo, menyebut industri durian nasional selama ini kehilangan fokus.
"Industri durian kita sebenarnya paling besar di seluruh dunia, sekitar 1,3 juta ton. Tapi kita terlalu beragam, ada sekitar 114 jenis, sehingga tidak terfokus," ujar Aditya saat berbincang dengan detikJabar, Senin (15/12/2025).
Berbeda dengan Thailand yang konsisten dengan Montong dan Black Thorn, atau Malaysia dengan Musang King, Indonesia lama bermain tanpa identitas pasar. Kesadaran itulah yang mendorong perubahan strategi dua tahun terakhir.
Aditya menjelaskan bahwa Indonesia mulai serius menembus pasar Cina secara langsung, bukan lagi melalui negara perantara.
"Dua tahun yang lalu, kita berusaha bernegosiasi dengan Cina bagaimana caranya agar kita bisa mengekspor durian langsung," katanya.
Prosesnya jauh dari mudah. Standar kebun, packing house, hingga instalasi karantina harus dibenahi dari hulu ke hilir.
Negosiasi tidak berhenti di meja pertemuan. Otoritas Cina turun langsung ke kebun, memeriksa tanah, pohon, dan buah. Fokus awal diarahkan ke Sulawesi Tengah, khususnya Parigi Moutong, sebagai sentra durian montong. Di sanalah Indonesia menemukan keunggulan tak terduga.
"Kebun kita bisa dibilang kebun yang paling sehat, karena berasal dari unsur tanah yang baik tanpa terlalu banyak penggunaan bahan kimia," ujar Aditya.
Isu berat seperti residu pestisida dan hama menjadi tantangan utama, namun akhirnya dapat diselesaikan bersama otoritas karantina.
Hasilnya mulai terlihat pada November lalu, ketika protokol ekspor durian beku resmi dibuka. Durian utuh beku, daging beku, hingga pasta durian kini dapat masuk pasar Cina.
Bahkan, durian segar telah mendapat persetujuan protokol dan ditargetkan bisa ditandatangani secara resmi tahun depan.
"Ini menjadi lompatan besar bagi industri durian Indonesia," kata Aditya.
Keunggulan Indonesia tidak hanya pada kualitas, tetapi juga pada waktu. Aditya menegaskan bahwa momen Januari hingga Maret yang bertepatan dengan Imlek, menjadi senjata strategis.
"Di saat Thailand dan Vietnam tidak ada buah, hanya Indonesia yang punya. Inilah yang membuat Indonesia menjadi pilihan utama Cina," ujarnya.
Momentum panen inilah yang mengubah durian dari komoditas musiman menjadi instrumen dagang bernilai tinggi.
Dari sisi daerah, ekspor ini diterjemahkan sebagai harapan konkret bagi petani. Bupati Bogor Rudy Susmanto menyebut ekspor perdana durian sebagai masa depan baru bagi petani lokal.
"Ini menjadi sebuah harapan besar bagi petani durian kami, baik yang punya kebun maupun yang hanya memiliki beberapa pohon di halaman rumah," ujarnya.
Ia menilai ekspor langsung membuka peluang agar nilai tambah tidak lagi berhenti di tengkulak.
Sementara itu, Kepala Badan Karantina Indonesia Sahat Manaor Panggabean menegaskan bahwa keberhasilan ini lahir dari kerja tim lintas lembaga.
"Ini perjuangan cukup berat. Banyak item yang harus lulus satu per satu," katanya.
Simak Video "Video: Bahlil Incar Papua untuk Produksi Bahan Baku Etanol "
(dir/dir)