Hal yang Bikin Indonesia Lebih Pede Jadikan Durian sebagai Buah Nasional

Hal yang Bikin Indonesia Lebih Pede Jadikan Durian sebagai Buah Nasional

Riska Fitria - detikKalimantan
Senin, 24 Nov 2025 05:58 WIB
Suasana kebun durian yang berada di Desa Rogoselo, Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (8/1/2024).
Foto: Robby Bernardi/detikJateng
Balikpapan -

Durian dikenal sebagai raja buah di Asia Tenggara, tumbuh tersebar di berbagai jenis lahan, mulai dari wilayah Semenanjung Malaysia, Kalimantan, hingga Sumatera. Buah ini populer karena rasa manis dan aroma khasnya, hingga menjadi ikon kuliner dan komoditas ekspor penting.

Durian tengah hangat jadi pembicaraan sebab buah ini dianggap telah melekat sebagai bagian dari identitas nasional Malaysia. Belum lama ini, Asosiasi Produsen Durian (DMA) Malaysia mengajukan permintaan kepada pemerintah untuk menetapkan durian sebagai buah nasional.

Langkah ini memicu perdebatan soal identitas dan kepemilikan durian di Nusantara. Indonesia merasa lebih percaya diri, sebab durian Nusantara memiliki produksi terbesar dan ragam varietas unggulan. Hal ini menjadikan durian bukan sekadar buah, melainkan simbol pertanian dan budaya lokal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan strategi diversifikasi dan sertifikasi internasional, durian Nusantara diharapkan tetap kompetitif. Identitasnya pun terlindungi di pasar global sambil mendukung kesejahteraan petani lokal.

Hal yang Bikin Indonesia Lebih Pede Jadikan Durian sebagai Buah Nasional

Dirangkum dari arsip catatan detikcom dan beragam sumber literatur, berikut fakta tentang perdebatan durian sebagai buah nasional Malaysia vs Indonesia, dan hal yang membuat Indonesia lebih pede dari negara tetangga:

1. Usulan Malaysia dan Penolakan Indonesia

Asosiasi Produsen Durian (DMA) Malaysia mengajukan permintaan kepada pemerintah untuk menetapkan durian sebagai buah nasional. Sebagai lembaga yang menjadi penghubung antara pemerintah dan para produsen durian, DMA secara resmi telah meminta Kementerian Pertanian dan Ketahanan Pangan agar memberikan pengakuan yang layak bagi durian sebagai buah nasional.

DMA juga mengusulkan penetapan tanggal 7 Juli sebagai Hari Durian Nasional, sekaligus tanggal puncak musim durian pada umumnya. Varietas unggulan seperti Musang King disorot karena rasa manis, tekstur lembut, dan harga jual tinggi.

Dikutip dari South China Morning Post (19/11), Malaysia menekankan 'pengakuan bukan kepemilikan' sebagai alasan klaim mereka. Namun usulan ini belum ditetapkan secara resmi oleh pemerintah Malaysia.

Direktur Jenderal Departemen Pertanian Malaysia, Nor Sam Alwi, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menerima permohonan resmi dari DMA, yang diajukan melalui Kementerian Pertanian dan Ketahanan Pangan pada 8 September lalu.

Nor menjelaskan bahwa setiap keputusan untuk menetapkan suatu buah sebagai buah nasional akan memerlukan kajian komprehensif dan pertimbangan matang oleh berbagai instansi pemerintah.

Mendengar kabar tersebut, Indonesia menolak usulan Malaysia. Menko Pangan Indonesia, Zulkifli Hasan menegaskan durian Indonesia memiliki produksi jauh lebih besar.

Ia menekankan simbol nasional harus berdasar data, bukan hanya popularitas varietas tertentu. Indonesia menilai klaim Malaysia mengabaikan fakta produksi regional yang nyata. Perselisihan ini muncul untuk mempertahankan identitas durian Nusantara.

"Kalau bicara (durian sebagai) simbol nasional, ya harus berdiri di atas data dan realitas. Durian Nusantara itu kekuatan kita di Asia. Menurut data BRIN, Indonesia punya 21 dari 27 spesies durian yang dikenal di dunia dan hingga 2024 sekitar 114 terdaftar varietas unggul baru," kata Zulhas dikutip dari CNBC Indonesia.

2. Angka Produksi dan Ragam Varietas Durian Nusantara

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi durian Indonesia sekitar 1,96 juta ton pada 2024, jauh melampaui Malaysia. Indonesia memiliki ratusan varietas unggulan.

Durian Nusantara yang terkenal antara lain Montong, Petruk, Matahari, dan Bawor. Keanekaragaman ini membuat durian Nusantara diminati pasar ekspor, terutama China dan Singapura.

Data produksi ini menjadi bukti kuat posisi durian Indonesia di kancah global. Indonesia mendorong diversifikasi varietas dan sertifikasi internasional untuk menjaga kualitas dan citra durian.

Menko Zulhas mengungkapkan bahwa buah durian di Indonesia memiliki kekayaan varietas unggulan Indonesia. Menurutnya, hal ini menjadi alasan kuat mengapa durian layak menjadi buah nasional Indonesia.

"Kalimantan Barat aja banyak jenis duriannya, belum Kaltim, Sumatera, Sulawesi, hingga Jawa," ujarnya.

Zulhas menekankan betapa beragam dan melimpahnya varietas durian Nusantara. Ia menuturkan, hampir seluruh wilayah memiliki produksi durian yang tinggi dengan karakter rasa yang khas. Ia menegaskan bahwa kekuatan varietas, produksi yang besar, serta kualitas rasa yang unggul merupakan bukti utama durian menjadi buah nasional.

"Dengan kekayaan sebesar ini, jelas durian adalah buah asli Indonesia, dan selayaknya menjadi buah nasional kita bukan Malaysia," katanya.

3. Durian Jadi Bagian Budaya Nusantara

Durian juga bagian budaya lokal, dari tradisi panen hingga festival durian di berbagai daerah. Di Sumatra, Kalimantan, dan Jawa, durian jadi ikon kuliner dan bahan olahan tradisional.

Salah satunya ada tradisi yang disebut 'Wiwit Durian', yang biasa dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Tradisi wiwit ngunduh duren (windur) dilangsungkan agar para petani yang memanen durian diberikan keselamatan.

Kemudian doa bersama dilaksanakan oleh warga, biasanya ada pula satu gunungan durian yang dibuat. Warga yang datang membawa uba rampai berupa nasi, sayuran dan lauk pauk. Bahkan ada juga yang membawa ingkung. Setelah didoakan, kemudian mereka menikmati hidangan bersama-sama.

Ritual dilangsungkan di lokasi pohon durian yang usianya paling tertua di wilayah desa tersebut. Wiwit durian ini dilangsungkan agar orang yang memetik durian diberi keselamatan, dan tahun depan hasilnya bisa melimpah (panen durian) daripada yang sekarang.

Jika ditelisik dari asal-usulnya pun, diyakini raja buah ini berasal dari tanah Borneo. Pada buku Durian: Pengetahuan Dasar untuk Pecinta Durian karya Dr Mohammad Reza Tirtawinata dkk, diketahui julukan durian sebagai raja buah pertama kali disematkan Alfred Russel Wallace.

Pada 1856 Wallace menulis tentang durian dalam jurnal bertajuk 'On the Bamboo and Durian of Borneo'. Setelah tahun demi tahun berjalan, julukan tersebut masih melekat sampai sekarang, 'si raja buah dari hutan tropis'.

Di lain sisi, pada buku Tropical Forests and Their Crops oleh Nigel JH Smith, JT Williams, Donald L Plucknett, Jennifer P Talbot turut menegaskan.

"Kalimantan kemungkinan besar merupakan asal durian karena banyaknya spesies Durio yang tumbuh di sana," tulis Nigel dkk dalam bahasa Inggris.

Durian kemungkinan didomestikasi di Kalimantan dan dibawa lebih awal ke Semenanjung Malaya dan Thailand. Dari 27 buah yang masih satu famili dengan durian, 19 di antaranya ditemukan di Kalimantan. Ada 14 endemik durian di pulau tersebut.

Disebutkan juga pada buku tersebut bahwa dulu di Kalimantan, ada suku Kantu' yang mengetahui tanda periode kemarau panjang akan berakhir, dengan melihat saat durian menggugurkan buahnya.

4. Strategi Masa Depan Durian Nusantara

Indonesia mendorong diversifikasi varietas dan sertifikasi internasional untuk menjaga kualitas dan citra durian. Tujuannya, durian tetap jadi raja buah global sekaligus penggerak ekonomi lokal.

Dikutip dari Xinhua (24/6) peneliti di Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Eliza Mardian mengatakan durian Indonesia memiliki peluang besar, terutama di pasar China.

Data BPS menyebutkan Data ekspor durian Indonesia sepanjang 2024 sebesar Rp 29,39 miliar. Dengan strategi ini, durian Nusantara diharapkan tetap kompetitif dan identitasnya terlindungi di pasar dunia.




(aau/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads