Niat yang Menyimpang di Gunung Padang

Bima Bagaskara, Ikbal Selamet - detikJabar
Selasa, 29 Jul 2025 18:00 WIB
Situs Megalitikum Gunung Padang. (Foto: Ikbal Slamet/detikJabar)
Cianjur -

Situs Megalitikum Gunung Padang di Cianjur tidak hanya menjadi destinasi wisata alam dan arsitektur masa lampau, tetapi kerap dijadikan tujuan wisata religi. Namun tidak sedikit yang memiliki niatan menyimpang, dimana kunjungannya diniatkan untuk mendapatkan keberkahan, kekayaan, hingga kejayaan berupa pangkat atau jabatan.

Bangunan prasejarah itu diduga dibangun dalam tiga masa berbeda, di mana struktur paling dasar dibangun pada 5.200 tahun sebelum masehi, struktur kedua dibangun pada 500 tahun sebelum masehi, dan struktur paling atas yang tampak dari permukaan diperkirakan dibangun pada tahun 500 Masehi.

Masyarakat percaya jika di setiap masa tersebut, Situs Megalitikum Gunung Padang dijadikan tempat berkumpul para tokoh besar bahkan diduga dijadikan tempat singgahnya raja di masa lalu.

Apalagi, pada teras utama yakni teras kelima terdapat batu singgasana yang diduga merupakan tempat duduknya sosok besar setara raja pada masanya.

"Memang diyakini Gunung Padang ini jadi tempat berkumpulnya para raja atau tokoh besar pada masa lalu, apalagi ada singgasananya," ujar Polisi Khusus Cagar Budaya sekaligus Koordinator Juru Pelihara Gunung Padang Nanang Sukmana, Selasa (29/7/2025).

Menurut dia, hal itu yang membuat tidak sedikit orang yang datang dengan niatan yang menyimpang. Pengunjung datang untuk mengharapkan kejayaan, kekayaan, hingga karir.

"Mungkin karena ada singgasana, jadi dianggapnya dengan berdoa di Gunung Padang dapat memberikan kejayaan hingga kekayaan. Niatnya jadi menyimpang," kata Nanang.

Nanang menyebut, selama ini tidak ada pengunjung yang secara gamblang menyebutan niatnya, terlebih apabila melakukan kegiatan pemujaan yang mengarah pada kemusyrikan.

"Kalau ada yang datang untuk pemujaan dengan niat menyimpang tentu tidak kami izinkan, karena dikhawatirkan tempat sakral ini malah dijadikan tempat kemusyrikan. Selama ini belum ada yang secara langsung menyebut datang untuk pemujaan, biasanya untuk berkunjung saja di malam hari," jelas Nanang.

Menurutnya, niatan seseorang dikembalikan pada pribadinya masing-masing. Tetapi diharapkan para pengunjung datang untuk tadabur alam atau menikmati kemegahan bangunan serta pesona alam di Situs Gunung Padang.

"Kalau yang sekadar tadabur alam atau menenangkan Rohani banyak. Terutama di malam 14 bulan hijriah. Karena tanpa lampu pun puncak teras akan sangat terang oleh Cahaya bulan. Kami tentunya tak bisa melarang yang berkunjung, niatnya kembali ke diri masing-masing. Tapi kalau sudah mengarah ke kemusyrikan tentu kami tak izinkan," tuturnya.




(orb/orb)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork