Kesultanan Cirebon pernah menjadi salah satu kerajaan bercorak Islam ternama di Jawa Barat. Salah satu raja yang terkenal dari Kesultanan ini adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Hingga kini, di antara peninggalan Kesultanan Cirebon masih ada yang berdiri kokoh dan banyak difungsikan sebagai destinasi wisata sejarah dan religi. Salah satunya adalah Keraton Kasepuhan yang dahulunya menjadi pusat pemerintahan bagi Kesultanan Cirebon.
Bagi Anda yang ingin berwisata sembari menambah pengetahuan tentang sejarah, Keraton Kasepuhan bisa menjadi salah satu tempat pilihan yang cukup menarik untuk dikunjungi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat berkunjung ke tempat ini, Anda akan bisa melihat dan merasakan secara langsung kemegahan dari peninggalan Kesultanan Cirebon di masa lalu.
Di Keraton Kasepuhan, selain bisa melihat bangunan-bangunan dengan arsitektur ala kerajaan di masa lalu, pengunjung juga bisa melihat benda-benda bersejarah yang dahulunya digunakan oleh Kesultanan Cirebon.
![]() |
Setiap bangunan yang ada di Keraton Kasepuhan memiliki nama dan fungsinya masing-masing. Salah satu contohnya adalah beberapa bangunan yang ada di bagian depan keraton. Di sini, Anda akan melihat bangunan bernama Mande Semar Tinandu, Mande Malang Semirang, Mande Karesman, Mande Pandawa Lima dan lain-lain.
Berdasarkan papan informasi yang ada di setiap bangunan itu dijelaskan, Mande Semar Tinandu adalah bangunan yang terdiri dari dua tiang. Dua tiang yang ada bangunan ini memiliki makna dua kalimat syahadat.
Dahulunya, Mande Semar Tinandu sendiri merupakan bangunan yang dahulunya difungsikan sebagai tempat duduk penghulu keraton dan kepala kaum Masjid Sang Cipta Rasa.
Tidak jauh dari situ, kita juga akan melihat sebuah bangunan bernama Mande Malang Semirang. Bangunan ini memiliki enam tiang di bagian tengahnya yang melambangkan rukun iman. Sementara jumlah keseluruhan tiang pada bangunan ini ada 20 yang melambangkan sifat-sifat Allah SWT.
Pada masa lalu, Mande Malang Semirang merupakan tempat duduk bagi Sultan dan keluarga dalam upacara-upacara, latihan perang, dan pelaksanaan pengadilan di alun-alun Sangkalabuana.
Kemudian Mande Karesman. Di masa silam, bangunan ini merupakan tempat untuk perangkat kesenian gamelan atau untuk tradisi tahunan yakni menabuh gamelan sekaten setiap Idul Fitri 1 Syawal dan Idul Adha 10 Dzulhijjah.
Selanjutnya Mande Pandawa Lima. Bangunan ini memiliki lima tiang yang melambangkan rukun Islam. Dahulunya, bangunan merupakan tempat bagi pejabat pengawal Sultan.
Bangunan-bangunan yang tadi disebutkan merupakan hanya sebagian dari bangunan yang ada di Keraton Kasepuhan Cirebon. Sebab, saat Anda masuk lebih dalam ke area Keraton, di sini ada beberapa bangunan lainnya yang juga memiliki nama dan fungsinya masing-masing.
![]() |
Tidak hanya itu, saat masuk ke dalam area Keraton Kasepuhan, pengunjung pun akan melihat ada dua buah patung macam putih. Dua patung macan putih ini merupakan simbol bagi Kesultanan Cirebon.
Selain itu, Keraton Kasepuhan juga memiliki sebuah museum yang menyimpan berbagai macam pusaka bersejarah peninggalan Kesultanan Cirebon. Salah satunya adalah Kereta Singa Barong.
Selanjutnya, di dalam Keraton Kasepuhan juga ada petilasan Keraton Dalem Agung Pakungwati. Saat masuk ke dalamnya, pengunjung akan melihat adanya petilasan Pangeran Cakrabuana dan Sunan Gunung Jati.
Kemudian, di dalam petilasan Dalem Agung Pakungwati juga terdapat beberapa sumur keramat. Antara lain yaitu Sumur Tujuh, Sumur Kejayaan, Sumur Agung dan lain-lain.
Lokasi dan Harga Tiket Keraton Kasepuhan Cirebon
Bagi Anda yang ingin mengisi liburan dengan berwisata sejarah, Keraton Kasepuhan bisa menjadi salah satu pilihan yang bisa dikunjungi. Keraton ini beralamat di Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
Jika dari stasiun Cirebon Kejaksan, Keraton Kasepuhan berjarak sekitar 3,7 Kilometer. Sementara jika dari stasiun Cirebon Prujakan, keraton ini hanya berjarak 2,6 Kilometer.
Lokasinya sendiri bisa diakses dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Bahkan tidak jarang juga ada pengunjung yang datang secara rombongan dengan menggunakan bus wisata.
Untuk harga tiketnya sendiri, jika hanya ingin sebatas berkeliling di lingkungan Keraton, Anda cukup merogoh kocek Rp15 ribu per orang. Sedangkan untuk pelajar, harga tiket yang dikenakan yaitu Rp10 ribu per orang.
Sementara jika ingin masuk ke museum, Anda harus membeli tiket lagi dengan harga Rp15 ribu per orang. Baik untuk umum maupun pelajar. Begitu juga saat ingin masuk dalam petilasan Dalem Agung Pakungwati, pengunjung harus membeli tiket masuk dengan harga Rp10 ribu per orang.
"Tapi kita ada tiket terusan. Jadi dengan membeli tiket terusan, pengunjung sudah bisa masuk ke area Keraton dan ke museum. Untuk tiket terusan ini harganya Rp20 ribu per orang," kata Kepala Badan Pengelola Keraton Kasepuhan, Ratu Raja Alexandra Wuryaningrat kepada detikJabar, baru-baru ini.
"Sedangkan tiket terusan untuk masuk ke area keraton, ke museum sampai ke petilasan Dalem Agung Pakungwati, itu harganya Rp25 ribu per orang," kata dia menambahkan.
Sementara jika ingin mendapat pemaparan atau penjelasan tentang setiap bangunan maupun benda-benda bersejarah yang ada di Keraton Kasepuhan, pengunjung bisa menggunakan jasa pemandu.
Tidak ada tarif pasti yang dipatok ketika pengunjung ingin menggunakan jasa pemandu di Keraton Kasepuhan. Hanya saja, ketika menggunakan jasa pemandu selama berwisata di Keraton Kasepuhan, rata-rata pengunjung memberi uang tip sebesar Rp50 ribu, baik per orang maupun rombongan.
"Kalau uang tip untuk pemandu sebenarnya tidak ada patokan. Itu terserah pengunjung. Tapi rata-rata pengunjung biasanya ngasihnya Rp50 ribu. Baik per orangan maupun rombongan," ucap dia.
(yum/yum)