Akhir pekan segera tiba. Berkunjung ke lokasi wisata agro bisa jadi alternatif untuk menikmati momen ini. Di Bandung, ada wisata agro yang layak untuk masuk daftar kunjungan di libur akhir pekan.
Tempat wisata agro itu adalah Udjo Ecoland. Berlokasi di Desa Cimenyan, Bandung, Udjo Ecoland merupakan sebuah kawasan agrowisata yang dibangun oleh Saung Angklung Udjo.
Di sini, pengunjung yang datang bisa berwisata sekaligus belajar tentang wisata pertanian, peternakan hingga konservasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Head of Business Development Udjo Ecoland, Satria Akbar mengatakan, tempat ini hadir untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peduli terhadap lingkungan.
"Udjo Ecoland ini merupakan area agrowisata, konservasi dan pemberdayaan yang diinisiasi sejak 2013 oleh Suang Angklung Udjo bersama Pemprov Jabar dan masyarakat Desa Cimenyan," kata Satria, Rabu (1/2/2023).
Baca juga: Bambu Sukabumi dan Kualitasnya yang Mumpuni |
Satria menuturkan, awalnya Udjo Ecoland ini dihadirkan karena sebuah peristiwa bencana alam yang melanda Bandung beberapa tahun silam. Saat itu kata dia, penyebab dari bencana yang terjadi salah satunya karena alih fungsi lahan.
"Awalnya itu latar belakangnya di 2015 pernah ada kejadian banjir bandang di Cicaheum dan salah satu penyebabnya karena selain alih fungsi lahan tapi juga pertanian mono kultur yang tidak terkendali. Lalu bagaimana kita berpikir sejak tingkat terkecil dapat menyebarluaskan edukasi bagaimana mengelola lingkungan yang baik untuk kehidupan," ungkapnya.
![]() |
Barulah pascapandemi kemarin, Udjo Ecoland dibuka untuk umum sebagai lokasi agrowisata. Satria mengungkapkan jika sejak dibuka untuk umum, program-program yang dihadirkan Udjo Ecoland secara khusus menyasar kalangan pelajar dan keluarga.
"Pascapandemi dari November 2022 kita mulai membuka diri bikin program edukasi yang sasarannya adalah pendidikan bagi anak, tapi kemudian dewasa juga melakukan aktivitas sederhana tentang kelestarian lingkungan, pengolahan sampah dan sirkuler ekonomik," ungkapnya.
Di Udjo Ecoland ini, pengunjung juga diajak untuk mengenal segala jenis bambu. Ada sekitar 34 jenis bambu yang tumbuh di kawasan seluas lima hektar ini. Menurut Satria, bambu-bambu ini merupakan bahan baku yang digunakan untuk membuat angklung. Pengunjung juga bisa melihat langsung proses pembuatan angklung yang ada di Udjo Ecoland.
"Kami ada 34 jenis bambu yang ditanam, semua jenis bambu itu kita identifikasi. Kebutuhan bambu yang pertama ini untuk kebutuhan penyuplai angklung. Tapi ragam turunannya banyak, ada yang khusus untuk kuliner, fashion dan lainnya," ujarnya.
Satria menjelaskan, nantinya pengunjung yang datang bakal diajak berkeliling ke beberapa lokasi dan melintasi kebun milik warga. Pengunjung juga bakal mendapat edukasi soal pertanian dan peternakan.
"Kita juga mengajak masyarakat aktif melalui agrowisata, jadi banyak program kita yang melintasi kebun warga, dan diajak warga untuk mengedukasi, tentu ada tiket yang dibayar dan tiket itu untuk berbagi bersama jadi warga bisa menyediakan makanan, jadi ada nilai tambah dari pertanian dari sektor wisata," jelasnya.
Untuk tiketnya sendiri, terbilang sangat murah yakni hanya Rp 10 ribu per orang.
![]() |
Merambah ke Digital
Sebagai warisan kekayaan bangsa, Udjo Ecoland yang masih jadi bagian dari Saung Angklung Udjo digarap dengan menyematkan unsur pendidikan dan pengembangan usaha UMKM, yang pada gilirannya menjadi nilai tambah di kawasan Udjo Ecoland ini.
Karena itulah saat ini Udjo Ecoland mulai merambah ke dunia digital. Segala aktivitas di sini mulai dari pembayaran hingga beberapa program yang ada menggunakan sarana digital di dalamnya.
Kini, Udjo Ecoland juga telah bekerjasama dengan Pospay, jasa keuangan dari PT Pos Indonesia. Melalui kerjasama ini, Satria mengungkapkan jika Udjo Ecoland bisa lebih mudah dijangkau oleh masyarakat secara luas.
"Jadi yg pertama secara payment metode kita belajar cashless pakai Pospay. Dan sebenarnya ada yang menarik kita pakai Pospay kenapa, karena kita ini berada di daerah hinterland Bandung, dan masyarakat itu lebih familiar dengan PT Pos," ujarnya.
Tidak hanya itu, Satria mengakui, Udjo Ecoland seringkali mengalami masalah dalam hal pengiriman angklung kepada pembeli.
"Kita ini sering sekali terpentok terkait dengan masalah pengiriman karena angklung, kemudian beberapa produk itu kan perlu treatment khusus dalam pengiriman. Jadi kami minta dibantu oleh Pos untuk memikirkan bagaimana mekanisme pengiriman tersebut sehingga konsumen bisa akan lebih merasa nyaman," tandasnya.
Sementara itu, Klagus Muhammad Amran, SVP Sales and Marketing Bisnis Jaskug menambahkan, jika melalui kolaborasi ini, diharapkan ke depannya bisa terbangun ekosistem digital di kawasan agrowisata Udjo Ecoland.
"Dengan Udjo Ecoland ini kita mau masuk ke cashless wisata dari tiketing, ada juga dengan komunitas karena ini bukan cuma wisatanya aja tapi juga dengan komunitas masyarakat sehingga transaksi bisa cashless," ungkap Klagus.
Selain itu, ada juga tabungan hewan kurban yang kini tersedia di aplikasi Pospay. Program ini dibentuk untuk membantu para peternak domba yang jadi binaan Udjo Ecoland.
"Juga ada tabungan kurban yang mendorong masyarakat yang beternak kurban bisa dibantu dipasarkan. Kita harap dengan semua ekosistem digitalisasi ini kita berharap bisa mengedukasi masyarakat yang hadir dengan aplikasi kami dan berharap ini bisa bermanfaat," pungkasnya.
(bba/yum)