Mengenal Gaya Bangunan Stasiun Padalarang yang Berdiri Sejak Era Kolonial

Whisnu Pradana - detikJabar
Minggu, 25 Des 2022 17:30 WIB
Stasiun Padalarang (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar).
Bandung Barat -

Stasiun Padalarang di sisi barat ibu kota Jawa Barat, Bandung jadi bukti sahih peradaban transportasi yang dibangun Belanda kala mereka mengkoloni Hindia-Belanda (nama Indonesia saat itu).

Sebetulnya, jalur kereta api di tatar Pasundan dibangun oleh perusahaan kereta api negara milik Belanda, Staatssporwegen (SS). Jalur yang dibangun dimulai dari Buitenzorg (Bogor) menuju Bandung melalui Sukabumi-Cianjur.

Dilansir dalam laman haritage.kai.id, pada tahun 1884 Stasiun Padalarang hanyalah sebuah halte yang dibuka untuk umum berbarengan dengan peresmian jalur kereta api dari Cianjur ke Bandung. Jalur tersebut merupakan bagian dari proyek pembangunan jalur kereta api pertama di Priangan, Bogor-Bandung.

Pelaksanaan proyek pembangunan Stasiun Padalarang dimulai tahun 1878. Diawali dengan pengukuran dan pemetaan pembangunan jalur oleh SS. Pekerjaan tersebut diborongkan kepada pihak ketiga di bawah pengawasan para mandor-mandor Eropa, Cina, dan pribumi.

Halte Padalarang masuk ke dalam seksi Cisokan-Cipadalarang sepanjang 3,5 Km yang dirampungkan pada tahun 1880. Setelah diukur dan dipetakan SS melakukan pembebasan lahan Geografis wilayah Priangan sebagian besar berupa pegunungan yang kondisi tanahnya naik turun.

Bentuk Bangunan Stasiun Padalarang

Bentuk bangunan Halte Padalarang bisa dikata cukup sederhana. De Jong dalam bukunya Spoorwegstations op Java menyatakan bahwa halte-halte milik SS di periode awal (1878-1910) mulanya berdindingkan bambu.

Kemudian dinding bangunan dipugar lagi menjadi berbahan kayu ataupun kombinasi kayu dengan batu. Bangunan Stasiun Padalarang sendiri berbentuk memanjang dengan denah yang simetris meski di kedua ujung sisi memiliki perbedaan bentuk.

Muka bangunan mengusung langgam Indisch Empire, aula berada di tengah bangunan dibangun lebih tinggi dibanding bangunan sayap yang dilengkapi dengan bouvenlight atau jendela angin sebagai bukaan cahaya.

"Kalau desainnya itu lebih (indisch) empire style. Mungkin kita bilang gaya-gaya Italia gitu. Memang hampir sama sebetulnya desain Stasiun Padalarang dengan Cimahi. Yang berbeda itu cuma Kota Bandung, karna itukan 1930-an didesain baru," ujar Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bandung Barat, Tubagus Adhi, kepada detikJabar.

Sementara bentuk atap mengadopsi desain pelanan yang ditutupi seng. Sayap bangunan sisi barat laut diperuntukkan untuk operasional stasiun seperti ruang karcis, kantor telegraf, kantor KS, dan juga guang.

Sedang bangunan sisi tenggara digunakan pelayanan penumpang yakni ruang tunggu penumpang Kelas 1 dan Kelas 2, restoran dan toilet, serta ruang tunggu penumpang Kelas 3. Peron jalur satu dan dua dinaungi oleh overkapping berkonstruksi baja yang diselimuti atap berbentuk pelana. Konstruksi overkapping lebih panjang dibandingkan bangunan stasiun.

Adhi mengatakan meski saat ini Stasiun Padalarang sedang dipercantik dan ditata demi menunjang keberadaan trase Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB), namun tak sampai mengubah bentuk bangunan secara drastis.

"Stasiun Padalarang di depannya masih seperti dulu. Perubahan cuma ada di bagian peron saja, tapi untukornamennya masih tetap pintu yang lama. JadiKemenhub dan PT. KAI mempertahankan peron itu," tuturAdhi.




(mso/mso)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork