Asal-usul Julukan 'Pasar Wanita' di Pasar Wisata Pangandaran

Asal-usul Julukan 'Pasar Wanita' di Pasar Wisata Pangandaran

Aldi Nur Fadilah - detikJabar
Minggu, 25 Des 2022 09:00 WIB
Pasar Wisata Pangandaran yang konon dicap Pasar Wanita
Pasar Wisata Pangandaran yang konon dicap Pasar Wanita (Foto: Aldi Nur Fadilah/detikJabar)
Pangandaran -

Pasar Wisata di Pantai Pangandaran kini terkena stigma negatif, imbas dari maraknya warung remang-remang di sana. Lokasi yang dulunya menjadi primadona pusat perbelanjaan wisata kini sepi pembeli dan banyak yang gulung tikar.

Pendirian Pasar Wisata bermula saat warga setempat resah karena di bibir pantai dipenuhi para pedagang. Sehingga keindahan pantai Pangandaran terhalangi para pedagang.

Dari informasi yang dihimpun detikJabar, Pasar Wisata semula bernama Pasar Seni yang terdapat di pantai barat Pangandaran. Tempat ini mulai dibangun dan ditempati para PKL dan pedagang tahun 1988 dengan menampung 240 pedagang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasar Wisata Pangandaran yang konon dicap Pasar WanitaPasar Wisata Pangandaran yang konon dicap Pasar Wanita Foto: Aldi Nur Fadilah/detikJabar

Keadaan Pasar Seni tidak bertahan lama karena pada tahun 1993 pasar tersebut mengalami kebakaran. Sehingga terpaksa para pedagang kembali berjualan di pinggir pantai.

Pasar yang dulunya diharapkan menjadi pusat kreativitas dan perputaran ekonomi masyarakat sirna sementara waktu. Berselang lima tahun kemudian, para pedagang mendirikan Himpunan Pedagang Pasar Wisata Pangandaran (HP2WP) tahun 1998.

ADVERTISEMENT

Kemudian ada pendataan ulang para pedagang. Pada Tahun 1999, HP2WP mengganti nama Pasar Seni menjadi Pasar Wisata.

Pasar Wisata dibangun dari dana APBD Kabupaten Ciamis dengan menghabiskan anggaran Rp 2,3 Miliar pada tanah seluas 2,7 Ha diatas tanah milik pemerintah waktu itu belum berpisah dari Ciamis.

Pasar Wisata ini dibangun sebanyak 8 Blok. Masing-masing blok terdiri dari 160 kios dengan ukuran 3x4 meter.

Lokasi Pasar Wisata ini terletak di perbatasan dua desa, yaitu Desa Penanjung dan Desa Pangandaran. Blok A sampai Blok D terletak pada wilayah Desa Pananjung sedangkan Blok E sampai Blok H terletak di wilayah Desa Pangandaran. Status kios yang ditempati para PKL adalah hak guna pakai.

Warga Pangandaran Ano mengatakan Pasar Wisata saat itu menjadi primadona bagi para wisatawan. Bagaimana tidak, Pasar Wisata menjadi lokasi parkir semua bus pariwisata.

"Karena parkir di situlah sewaktu wisatawan turun dan akan beranjak pulang, pasti menyempatkan membeli oleh-oleh di pasar tersebut," katanya, Jumat (23/12/2022).

Wisatawan yang datang memborong aneka sajian kuliner, aksesoris, pakaian dan kerajinan khas Pangandaran.

"Maka tak heran jika dulu kunjungan wisatawan sangat memberikan dampak positif terhadap warga setempat. Termasuk aktivitas Pasar Wisata," katanya.

Muncul Stigma Negatif

Menurut Ano stigma negatif yang muncul dari masyarakat terhadap Pasar Wisata dimulai sejak tahun 2003. "Waktu itu banyak pemilik kios yang mengontrakan kiosnya untuk keperluan tempat tinggal. Padahal pemerintah saat itu hanya memberlakukan untuk berjualan," ucapnya.

Kemudian para pedagang yang mengontrakan kiosnya berjualan di tepi pantai Pangandaran dengan memasang tenda, dengan alasan untuk menjaring lebih banyak pelanggan.

Tak lama dari sana, mulai muncul benih-benih prostitusi dengan alibi warung remang-remang dan tempat karaoke. "Hingga kini meskipun sudah ditutup, stigma negatif menghantui para pedagang dan bahkan warga," ucapnya.

Pasar Wisata Pangandaran yang konon dicap Pasar WanitaPasar Wisata Pangandaran yang konon dicap Pasar Wanita Foto: Aldi Nur Fadilah/detikJabar

Dia mengatakan sempat ada seorang siswi yang berbelanja baju ke Pasar Wisata dan masih mengenakan baju sekolah. "Hanya karena belanja dia dituduh menjajakan diri di Pasar Wisata. Padahal hanya belanja saja. Namun kemudian pihak sekolah memanggil dan konfirmasi," ucapnya.

Seringkali warga setempat yang menuju Pasar Wisata memiliki stigma negatif. Bahkan para pedagang sekalipun.

"Tempat jualan saya sempat dikira hanya menjadi penutup atau kedok Pasar Wisata, dan sering dijuluki pasar wanita," kata Elin salah satu pedagang Pasar Wisata.

Elin mengatakan banyak warga setempat yang berjualan justru terganggu dengan keberadaan warung remang-remang ini. "Image itulah yang membuat eksistensi Pasar Wisata sepi, bahkan banyak memilih tutup kios," ucapnya.

Akan Diberi Wajah Baru

Sementara Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata mengatakan akan mendesain ulang Pasar Wisata yang saat ini sudah berada di tangan pemerintah daerah.

"Kalo desain sudah sudah dibuatkan. Namun untuk penggunaan fasilitasnya masih dalam pembahasan, kedepan digunakan untuk pembangunan apa-apanya masih dipikirkan," kata Jeje belum lama ini.

Ia berencana akan menghancurkan tempat-tempat yang menjadi sarang maksiat di Pangandaran. "Bahkan beberapa waktu lalu saja sudah ada penutupan tempat hiburan yang terindikasi buka praktek prostitusi," ucapnya.

(orb/yum)


Hide Ads