Cara Warga Dusun Jotang Jemur Pakaian Saat Hari Tanpa Matahari

Cara Warga Dusun Jotang Jemur Pakaian Saat Hari Tanpa Matahari

Erick Disy Darmawan - detikJabar
Minggu, 18 Des 2022 14:00 WIB
Majalengka -

Pemukiman warga di Dusun Jotang, Desa Cimuncang, Kecamatan Malausma, Kabupaten Majalengka, jarang tersentuh cahaya matahari saat puncak musim penghujan tiba. Fenomena itu muncul karena kampung tersebut terus diselimuti kabut tebal.

Kondisi itu biasa dirasakan oleh warga setempat setiap memasuki musim hujan, tepatnya di bulan Desember atau Januari. Warga Jotang tidak bisa menikmati sorot matahari sekitar selama 15-20 hari. Aktivitas warga pun jadi terganggu akibat fenomena tersebut seperti ketika menjemur pakaian.

"Ya itu justru (aktivitas terganggu). Itu kendalanya, kalau buat persiapan pakaian kurang mah," kata Kepala Dusun Jotang, Ending Supardi saat diwawancarai detikJabar, Sabtu (17/12/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pengakuannya, Ending jarang mencuci baju saat cahaya matahari enggan menyapa pemukiman Dusun Jotang. Ia menyiasatinya dengan cara jarang memakai pakaian yang ada di lemari agar stok pakaiannya tetap utuh.

"Tapi saya mah bisa menyesuaikan kondisi, dari pada kotor kemudian di cuci enggak kering, kan bau. Jadi mending di simpan dulu biar kering, misal suatu saat masih bisa dipakai ya dipakai juga," ujar dia.

ADVERTISEMENT

Ending melakukan hal tersebut karena keluarganya selalu mencuci pakaian dengan cara tradisional. "Tapi yang punya mesin cuci mah ya masih bisa dikeringkan," ucap dia.

Selain persoalan mencuci pakaian, fenomena kabut tebal yang terus 'memeluk' pemukiman Jotang juga mengganggu aktivitas pertanian. "Aktivitas pertanian terganggu. Itu tidak bisa sama sekali," ujar dia.

Menurut Ending, kabut tebal itu memang selalu menyelimuti kampung tersebut kala musim hujan tiba. Kabut yang selalu 'memeluk' Dusun Jotang itu, membuat cahaya matahari enggan menyapa pemukiman warga.

"Mungkin tertutup oleh kabut. Biasanya kalau di puncaknya itu di Januari. Kadang-kadang setiap hari itu hujan terus, matahari pun tak pernah keluar," kata Ending.

Pagi hingga malam hari, warga di kampung tersebut memang 'tidak mengenal matahari'. Namun, fenomena itu hanya bisa dirasakan di bulan tertentu.

"Kalau musim hujan tiba itu puncaknya di bulan Januari biasanya. Tapi bukan full satu musim (hujan), cuma di bulan itu doang. Januari atau akhir Desember kadang-kadang ada 15-20 hari enggak keluar matahari," ujar dia.

Saat kabut tebal mulai bermukim di Dusun Jotang, seketika pandangan pun terasa samar dan terbatas. Kampung ini menjadi gelap, namun tak segelap seperti gerhana matahari.

"Kalau gelap semacam gerhana sih enggak. Cuma ya, gelap itu kalau cuaca normalnya tidak keluar matahari, ya ini kan tertutup oleh kabut," jelas dia.

"Jadi kalau kabut, jarak pandang paling-paling kalau misal normal 10 meter juga udah enggak jelas. Kalau misal contoh kami di sini, terus lihat rumah di sana ada yang lagi nyapu itu enggak kelihatan, kayak remang-remang gitu lah kalau udah keluar kabutnya itu," katanya menambahkan.

(dir/iqk)


Hide Ads