Kabupaten Sukabumi

Pesona Ombak Pantai Cimaja hingga Menarik Peselancar Dunia

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Sabtu, 20 Agu 2022 10:30 WIB
Foto: surfing di Pantai Cimaja, Sukabumi (Syahdan Alamsyah/detikJabar).
Sukabumi -

Sekitar tahun 80-an, ada dua orang turis asing masing-masing bernama Endy asal Australia dan Rasty asal Selandia Baru yang mendatangi perkampungan di wilayah Desa Cimaja, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi. Oleh warga lokal mereka dikenal dengan sebutan 'Bule Beureum' atau Bule Merah.

Pada masa itu, di Cimaja olahraga papan selancar atau Surfing belum populer seperti saat ini. Endy dan Rasty lah yang kemudian memperkenalkan ke anak-anak lokal di sana. Selama di Cimaja, mereka tinggal di rumah warga bernama Cicin.

"Saat itu, masyarakat lokal yang belum begitu akrab dengan dunia Surfing atau selancar ombak mulai diperkenalkan oleh kedua orang asing tersebut. Selama di Cimaja, mereka tinggal di rumah warga bernama Ibu Cicin, orang tua saya," kata Rudi Arsyah (51), tokoh pemuda Cimaja kepada detikJabar, Jumat (19/8/2022).

Keduanya disebut 'Bule Beureum karena papan selancar mereka yang berwarna merah menyala. Setiap melintas di perkampungan dalam perjalanan ke Pantai Cimaja mereka kerap menenteng papan surfing merah tersebut. Saat itu, Rudi mengatakan listrik belum merata di perkampungan warga.

"Yang bisa berkomunikasi dengan orang asing itu hanya satu, namanya Lasmana dia jago Bahasa Inggrisnya dan dia biasanya kalau ada yang surfing itu suka lihat ke pantai. Nah ketemulah dia dengan Endy dan Rasty itu, saat itu kedatangan bule ke Cimaja belum seramai sekarang masih benar-benar hal yang asing," cerita Rudi.

Karena wisatawan asing belum seramai sekarang, tidak ada penginapan di Cimaja saat itu. Kedua bule itu kemudian diarahkan menginap di rumah warga, yakni rumah orang tua Rudi.

"Kedua bule itu kemudian dibawa Lasmana ke rumah saya ngineplah di rumah saya pada saat itu, sampai 1 bulan lamanya. Mereka mandi di luar rumah pakai gayung karena saat itu belum ada kamar mandi layak seperti sekarang. Maklum masa itu Bank saja belum ada mereka harus ke Sukabumi untuk menukar Dolar," lanjut Rudi.

Hotel Daun-daun di Sukabumi. Foto: Syahdan Alamsyah

Sambil menjajal Pantai Cimaja yang kala itu masih perawan, kedua orang itu mulai memperkenalkan aktivitas Surfing kepada anak-anak setempat. "Setelah itu mereka pulang, nah mungkin di sana mereka bercerita ke teman-temannya komunitas selancar. Lambat laun, satu persatu bule datang mencari rumah saya, ada satu lagi yang mereka cari yakni Sari Raos," ucap Rudi.

Sari Raos adalah nama sebuah tempat makan sederhana yang dikelola oleh Ibu Cicih. Jejak rumah makan kegemaran bule di kala itu kini sudah berubah menjadi tempat penginapan bernama Daun-daun yang masih menjadi tempat menginap favorit bule yang berniat untuk bermain selancar di Pantai Cimaja.

"Kalau ibu saya kan BuCicih, kalau ini IbuCicih beliau kini sudah sepuh dan menjadi bagian dari sejarah perkembangan Surfing diCimaja. Bule terkesan dengan keramahan warga di sini termasuk BuCicih ini bahkan di beberapa majalah surfing dari beberapa negara. SariRaos BuCicih pernah ditulis oleh wartawan asing," ungkapRudi.




(sya/mso)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork