Kesedihan PHRI Jabar Usai Piala Dunia U-20 Batal Digelar

Kesedihan PHRI Jabar Usai Piala Dunia U-20 Batal Digelar

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Kamis, 30 Mar 2023 21:45 WIB
Warga berjalan di dekat papan promosi Piala Dunia U-20 Indonesia 2023 di kawasan GBK Arena, Jakarta, Kamis (30/3/2023). FIFA resmi mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah untuk gelaran Piala Dunia U-20 2023 mendatang.
Piala Dunia U-20 (Foto: Aprillio Akbar/Antara Foto).
Bandung -

Indonesia resmi batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Keputusan itu diambil setelah munculnya beragam penolakan terkait keikutsertaan timnas Israel U-20.

Protes itu tidak hanya dikemukakan oleh politisi namun juga berbagai lapisan masyarakat. Kabar buruk ini memberi dampak ke segala sektor terutama pariwisata.

Ilham Fadjri Wakil Sekretaris 2 Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat, menuangkan kekecewaannya. Menurutnya, jika gelaran U-20 bisa berlangsung, bisa menguntungkan banyak sektor daerah Jawa Barat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terus terang saya sedih banget. Bukan cuma harapan income dari para kontestan piala dunia ini, tapi juga dari daerah, provinsi, dan negara lainnya. Itukan okupansinya besar banget, berapa ratus ribu orang, berapa hotel yang terisi, berapa PAD yang didapatkan oleh kota Bandung dan Jawa Barat," kata Fadjri, ditemui di kantor PHRI Jawa Barat, Kamis (30/3/2023).

Ia menyayangkan perjuangan para atlet juga para pedagang, pemilik hotel dan penginapan, serta pemilik resto yang berakhir sia-sia. Banyak sektor yang telah bersiap menyambut para atlet dan suporter yang akan menonton laga internasional tersebut, namun akhirnya batal.

ADVERTISEMENT

Fadjri mengkritik pedas pihak yang telah mengeluarkan statement melarang Israel bermain ke Indonesia.

"Bener kata Hokky pemain timnas kemarin, kita berkoar-koar memperjuangkan kemerdekaan negara lain tapi kita tidak membangun negara sendiri. Mereka juga udah berjuang gila-gilaan apalagi pemerintah sudah menggelontorkan ratusan milyar untuk membangun stadion," ujar dia.

"Mungkin hotel dan restoran di seluruh kota yang jadi tuan rumah okupansi bakal meningkat setelah mengalami masa pandemi yang cukup panjang, jadi gimana ya kalau dari kami sih cukup kecewa banget. Dengan adanya piala dunia itu adalah pendapatan yang besar banget buat kita, tapi udah sirna," lanjut Fadjri.

Fadjri atas nama pribadi pun meminta pertanggung jawaban atau solusi dari kekecewaan ini.

"Terlepas atas nama organisasi, dari pribadi saya mau berstatement tolong lah ini yang sudah berstatement dan memberikan ikrar bahwa menolak Israel yang impactnya Indonesia di banned, pertanggung jawabannya seperti apa? Mungkin ada pihak yang menolak, pertanggung jawabannya seperti apa? Oke kota mereka menolak, tapi di Jawa Barat sudah siap lho," ucapnya.

Ia menjelaskan bahwa sebetulnya awal mula permasalahan ini ialah adanya statement yang menghubungkan antara politik dan olahraga.

Fadjri merasa pihak yang dituding menjadi penyebab batalnya U-20 digelar ke Indonesia ini tak berpikir panjang akan dampak yang ditimbulkan.

"Nah apakah impact yang cukup besar ini dipikirkan enggak sih sama pihak yang menolak Israel bermain? Saya juga pro Palestine, tapi kalau kita terlalu fanatik tanpa memikirkan negara sendiri, negara kita juga belum bagus kok belum berkembang besar. Perbaiki dulu atap kita, pondasi kita, bukannya saya tidak pro Palestine saya muslim. Tapi jangan hubungkan dengan olahraga," ujar dia.

Fadjri mengaku kerugian dalam segi Pariwisata tak bisa dihitung. Sebab banyak yang berusaha dilakukan oleh para pengusaha hotel dan restoran terutama di Bandung Raya.

Semua dilakukan demi memberikan pelayanan terbaik bagi turis domestik hingga mancanegara yang datang.

"Dari Kota sampai Kabupaten Bandung sudah siap. Anggota kita di kabupaten ada ratusan, tidak bisa dihitung. Mereka sudah berbenah untuk memberi service yang excellent, SDM, fasilitas, butuh cost besar. Semua dirugikan dan para pengusaha juga tidak punya pegangan uang. Ya mungkin ada yang melakukan pinjaman, karena untuk sekelas piala dunia kita enggak mau malu-maluin," katanya.

"Harapannya setelah itu mendapat income yang lebih karena perhelatan ini juga cukup lama, hampir sebulan, setelah bermain bola mungkin para pemain bisa staycation di kota kita, bisa long term dan mereka tahu kalau ternyata Jawa Barat, Bandung, Kabupaten Bandung itu bagus lho, mereka bisa memasarkan ke luar negeri," tambah Fadjri.

Ia dan teman-teman kini tak bisa berbuat banyak. Mereka mencoba terus bergerak sendiri untuk memajukan perekonomian daerahnya dan menutup asa yang telah pupus.

"Kalo dibilang sekarang hari berkabungnya PSSI dan semua sektor dirugikan. Kalau sudah seperti ini siapa yang mau bertanggung jawab?" ujar Fadjri.

(aau/mso)


Hide Ads