Cerita soal Gas Air Mata untuk Atasi Kerusuhan di Malang

Tragedi Kanjuruhan

Cerita soal Gas Air Mata untuk Atasi Kerusuhan di Malang

Tim detikcom - detikJabar
Minggu, 02 Okt 2022 10:04 WIB
Police officers and soldiers stand amid tear gas smoke after clashes between fans during a soccer match at Kanjuruhan Stadium in Malang, East Java, Indonesia, Saturday, Oct. 1, 2022. Panic following police actions left over 100 dead, mostly trampled to death, police said Sunday. (AP Photo/Yudha Prabowo)
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang. (Foto: AP/Yudha Prabowo)
Malang -

FIFA sudah melarang penggunaan gas air mata untuk meredam kerusuhan di stadion. Tapi polisi menggunakan gas air mata untuk meredam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang.

Ini terjadi usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya yang berujung rusuh. Saat itu suporter tuan rumah masuk ke lapangan. Kerusuhan pun pecah hingga polisi menembakkan gas air mata ke lapangan dan tribune stadion.

Gas air mata ini membuat suporter berkumpul di satu titik dan menyebabkan penumpukan. Situasi ini juga membuat banyak penonton panik hingga terinjak-injak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terjadi penumpukan di dalam, proses penumpukan itulah terjadi sesak napas kekurangan oksigen," ujar Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta, kepada wartawan di Polres Malang, seperti dilansir dari detikJatim, Minggu (2/10/2022).

"Oleh tim medis dan tim gabungan ini dilakukan upaya pertolongan yang ada di dalam stadion, kemudian juga dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit," ujar Nico.

ADVERTISEMENT

Dikutip dari detikSport, dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations, penggunaan gas air mata sebenarnya dilarang. Pada pasal 19 b) tertulis, 'No firearms or "crowd control gas" shall be carried or used' atau bisa diartikan 'senjata api atau gas untuk mengontrol kerumunan dilarang dibawa serta digunakan.

Di sisi lain, manajemen Arema FC sudah membuat pernyataan terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan. Mereka meminta maaf dan siap ikut tanggung jawab dengan apa yang sudah terjadi.

"Arema FC menyampaikan duka mendalam atas musibah di Kanjuruhan. Manajemen Arema FC turut bertanggung jawab untuk penanganan korban baik yang telah meninggal dunia dan yang luka-luka," ungkap Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris.

"Manajemen juga akan membentuk crisis center atau posko informasi yang menghimpun dan menerima laporan untuk penanganan korban yang dirawat di rumah sakit," tambah Haris.

Alasan Penggunaan Gas Air Mata

Kapolda Jabar Nico Afinta buka suara soal alasan penggunaan gas air mata untuk mengatasi kerusuhan itu. Hal itu tak lepas dari upaya pengamanan.

"Oleh karena pengamanan melakukan upaya-upaya pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan mengincar para pemain," ucap Nico dalam konferensi pers di Polres Malang, Minggu (2/10/2022).

Situasi di lokasi saat itu sudah tak terkendali. Sehingga gas air mata diharapkan bisa merekam kerusuhan yang terjadi.

"Dalam prosesnya itu untuk melakukan upaya-upaya pencegahan sampai dilakukan (penembakan) gas air mata karena sudah anarkis, sudah meyerang petugas, merusak mobil, dan akhirnya kena gas air mata," paparnya.

Usai gas air mata ditembakkan, para suporter akhirnya berhamburan ke satu titik keluar stadion. Penumpukan kemudian terjadi hingga banyak yang kekurangan oksigen.

"Di dalam proses penumpukan itulah terjadi.. kurang oksigen yang oleh tim medis dan tim gabungan ini dilakukan upaya penolongan yang ada di dalam stadion kemudian juga dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit," tutur Nico.

Artikel ini telah tayang di detikSport dengan judul FIFA Sudah Larang Gas Air Mata, Kok Masih Dipakai di StadionKanjuruhan? dan detikJatim dengan judul Alasan Polisi Tembakkan Gas Air Mata di Stadion Kanjuruhan: Suporter Sudah Anarkis

(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads