Lembaga survei Poltracking Indonesia merilis hasil survei Peta Elektoral Pilkada Jawa Barat 2024. Bagaimana hasilnya?
Rilis bertajuk "Pertarungan 'Veteran' Tanah Pasundan" itu dikemukakan dalam kanal YouTube Poltracking TV. Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda AR membedah data hasil survei yang diberikan pada 1.200 responden tersebar di Jabar tersebut. Hasilnya, menilai kekuatan pasangan nomor urut 4 Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan masih kuat dalam segala segmentasi.
"Kalau dilihat hanya elektabilitas pasangan Pilgub Jabar 2024, pasangan Demul-Erwan paling tinggi yakni 65,9%. Disusul Syaikhu-Ilham dengan perolehan 11,8%, Acep-Gita sebesar 5,2%, dan Jeje-Ronal 2,9%. Namun masih ada perolehan suara yang belum tahu atau belum menentukan yakni 14,2%," kata Hanta, Kamis (26/9/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanta tak cuma memaparkan elektabilitas pasangan calon di Pilgub Jabar 2024. Dalam data yang dihimpunnya, jika dilihat dari keterkenalan Calon Gubernur dan Wakil Gubernurnya sendiri, Dedi Mulyadi maupun Erwan Setiawan tetaplah yang paling tinggi dibanding kandidat lainnya.
Namun, Hanta melihat tingkat elektabilitas Cawagub lebih merata. Elektabilitas Erwan jauh di bawah pasangannya sendiri, Dedi Mulyadi.
"Kalau Cagubnya saja, Dedi Mulyadi masih yang paling tinggi yakni sebesar 65,4%. Disusul Ahmad Syaikhu 11,4%, lalu Pak Acep sebesar 4,3%, dan Pak Jeje 2,9%. Masih ada yang menjawab tidak tahu sebesar 16,0%," ucapnya.
"Kalau Cawagubnya jauh sekali. Erwan mendapat suara 20%, Ilham sebesar 16,6%, Gita mendapat suara 7,9%, Ronal sebesar 7,2%, lalu tidak tahu atau tidak jawab 48,3%. Erwan jauh di bawah Demul, sementara tiga lainnya itu terpengaruh faktor mereka adalah publik figur. Ilham menyandang nama Habibie, lalu Gita dan Ronal adalah artis ya jadi mereka lebih tinggi dari Cagubnya. Kecuali pasangan Demul," sambung Hanta.
Ia menjelaskan, survei ini sebetulnya masih bersifat fluktuatif dan mudah berubah. Hanta menyebut jika survei dilakukan dalam jangka waktu seminggu sebelum Pilkada, kemungkinan diprediksinya mudah.
Hanya saja, masih banyak kemungkinan yang bisa berubah selama dua bulan ke depan. Terlebih, sebanyak 49.6% publik Jabar mengatakan tidak akan mengubah pilihan calon Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Barat, namun ada sebanyak 42.6% publik Jabar yang masih mungkin akan mengubah pilihan.
Di antara yang masih mungkin mengubah pilihannya, mengatakan akan mantap menentukan pilihan pada masa kampanye. Hanta pun menjabarkan daerah-daerah yang menjadi sumber kekuatan keempat paslon ini.
Peta sebaran daerah ini, bisa menjadi senjata untuk keempatnya menyusun strategi. Dalam peta sebaran dukungan secara geografis, dinilai dari aglomerasi sub kultur Jabar sejumlah lima titik.
"Di sini terlihat cukup kuat ada potensi pergerakan kalau mesin politik PKS bergerak. Pilgub tahun 2018 misalnya, bisa saja PKS melejit dalam waktu dua bulan menyusul. Tapi akankah fenomena itu akan terjadi lagi? Tentu harus lihat dinamikanya seperti apa," kata Hanta.
Dimulai dari wilayah aglomerasi-kultural Megapolitan meliputi Bogor, Kota Bogor, Bekasi, Kota Bekasi, dan Kota Depok dengan sebaran cluster pemilih 28,3%. Pasangan Dedi-Erwan masih unggul dengan 55,3%, disusul Syaikhu-Ilham sebesar 12,4%, lalu Acep-Gita sebesar 6,2%, dan Jeje Ronal sebesar 2,4%. Namun, wilayah ini juga punya suara pemilih yang belum menentukan pilihan sebesar 23,7%.
Pada wilayah Pantura meliputi Cirebon, Kota Cirebon, Indramayu, Karawang, Kuningan, Majalengka, Purwakarta, dan Subang, pasangan Dedi-Erwan masih unggul dengan 68,3% dari cluster pemilih sebanyak 25,1% di Jabar. Urutan kandidat yang menyusul masih sama, yakni Syaikhu-Ilham sebesar 10,7%, lalu Acep-Gita sebesar 5,0%, dan Jeje Ronal sebesar 4,0%. Wilayah ini juga punya suara pemilih yang belum menentukan pilihan sebesar 12,0%.
Sementara di wilayah Bandung Raya, meliputi Bandung, Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Sumedang, suara Demul-Erwan juga masih belum terkalahkan dengan perolehan 79,6% dari 19,1% cluster pemilih di Jabar. Acep-Gita mendapat suara terkecil yakni 0.9%, lalu di atasnya ada Jeje-Ronal dengan 1,7%, dan tepat di bawah Demul-Erwan ialah Syaikhu-Ilham 12,6%.
Wilayah Priangan Timur meliputi Ciamis, Garut, Pangandaran, Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar dengan cluster pemilih 15,9% juga masih diungguli Demul-Erwan. Namun, wilayah ini sebetulnya juga jadi wilayah 'empuk' bagi pasangan Acep-Gita dengan perolehan dua digit yakni 10,0%, sama persis dengan perolehan Syaikhu-Ilham yang juga 10.0%. Sementara Jeje-Ronal memperoleh angka 5,3% dan angka ini menjadi yang tertinggi untuk paslon nomor urut 2 di banding daerah lainnya.
Terakhir, ada Priangan Barat yang meliputi Cianjur, Sukabumi, dam Kota Sukabumi dengan cluster pemilih 11,6%. Meski Demul-Erwan masih tertinggi dengan 64,3%, tapi wilayah ini juga jadi daerah jagoan Syaikhu-Ilham dengan perolehan tertinggi dari daerah lainnya yakni 14,3%. Disusul Acep-Gita sebesar 3,6% dan Jeje-Ronal 0,7%. Namun wilayah ini juga memiliki partisipan belum memilih sebanyak 17,1%.
"Pantura itu jelas basisnya Dedi Mulyadi mengingat pernah jadi Bupati Purwakarta. Angka perolehannya di sana tertinggi setelah wilayah Bandung Raya, yang mana pada tahun 2018 lalu menjadi daerah basis utama RK yang sekarang sudah ikut Pilgub Jakarta. Demul punya suara yang merata karena faktor punya popularitas tinggi, paling siap bertarung di Jabar, dan basis pendukung RK geser ke sana," kata Hanta.
"Lalu Acep-Gita ini basisnya Priangan Timur karena NU-nya cukup dominan, di sana hijau NU beda dengan islamis perkotaan yang jadi basisnya PKS. Kalau Syaikhu-Ilham imbang kekuatannya tapi paling kuat di Priangan Barat, meskipun menurut saya basis Megapolitan masih terlalu sedikit sebagai wilayah basis PKS juga. Sementara Jeje suaranya lumayan di Priangan Timur sepertinya," sambungnya.
Sementara itu, dalam temuan demografi pemilih, Demul-Erwan masih unggul di semua segmentasi baik gender, umur, agama, etnis, sampai pendidikan terakhir. Meskipun begitu, untuk pemilih berstatus pelajar dan mahasiswa menyumbang angka cukup tinggi menjadi pemilih Syaikhu-Ilham.
Menurut Hanta, mengingat Pilkada yang masih berjalan dua bulan lagi, jumlah swing voters masih cukup tinggi sehingga memungkinkan ada perubahan fluktuasi.
"Tapi memang jarak ketertinggalannya cukup jauh. Kalau dibaca, Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan berpotensi, berpotensi ya, paling besar memenangkan Pilkada Jabar dibanding tiga lainnya. Baru potensi. Tapi ada potensi yang menyusul dari tiga lainnya, terutama pasangan Syaikhu-Habibie untuk ikut atau imbangi," kata Hanta memaparkan kesimpulan.
(aau/dir)