Pasangan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan mendapat nomor urut 4 dalam kontes Pilgub Jabar 2024. Demul, sapaan Dedi Mulyadi, mengatakan angka empat identik dengan filosofi dasar masyarakat Sunda yakni papat kalimat tunggal yang juga kekuatan budaya di Jawa Barat.
"Saya ditugaskan untuk memperjuangkan empat kekuatan kebudayaan di Jawa Barat untuk mencapai target paripurna, jempol, istimewa," ujar Demul, Selasa (24/9/2024).
Ia pun menyinggung bahwa angka empat juga merupakan prinsip dasar tentang pemahaman alam dan lingkungannya. Katanya, manusia akan bersenyawa dengan tanah, air, udara, dan Matahari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian kita punya empat karakter kebudayaan Sunda, ada Sunda Kulon, Sunda Priangan, Sunda Pantura dan Sunda Betawi. Saya menyebutnya empat karakter inilah yang akan membangun mewujudkan Jawa Barat Istimewa," ucapnya.
Dengan angka empat ini, nampaknya Demul cukup percaya diri bakal mudah diingat warga Jabar. Ia mengungkapkan sebuah jargon, yakni 'Pat-pat gulipat' dengan memakai simbol jempol dilipat dan menunjukkan pose jadi empat.
"Pat-pat gulipat, pilihan masyarakat Jawa Barat tahun 2024, nomor empat, pasti dapat," katanya yang kemudian disambut riuh sorakan para pendukungnya.
Meskipun nampak yakin dengan bekal nomor urutnya bakal mengantarkan kemenangan, Dedi agak curhat soal permasalahan yang kerap menyandungnya tiap nyalon kepala daerah. Demul mengaku, ia telah berkomitmen untuk menjaga iklim politik yang damai. Bahkan ia tak pernah mengerahkan pasukan di media sosial untuk menyerang lawan politik.
"Kalau jujur-jujuran saya selalu jadi korban dari isu agama dan isu SARA. Semoga di tahun ini semua pihak menyadari bahwa isu itu memecah belah dan tidak lagi digunakan untuk melakukan serangan terhadap orang lain," ujar Demul
Dedi Mulyadi berharap tak ada lagi penggunaan robot atau buzzer untuk memainkan isu SARA. Sebab hal tersebut akan merusak iklim demokrasi di masyarakat.
"Kalau kita ingin berdemokrasi baik ya, daripada beternak akun lebih baik beternak ayam atau sapi agar masyarakat memiliki ketahanan pangan yang cukup," ucapnya.
Menurutnya, di momen kampanye dipastikan isu musiman seperti soal patung akan terus muncul. Padahal ia sejak dulu berkomitmen untuk memberantas 'patung' di Jawa Barat.
Patung yang dimaksud adalah pemimpin dan masyarakat yang di dalam dirinya 'mematung' atau bermental malas dan menjadi beban. "Dan saya katakan hari ini adalah saya orang yang berkomitmen untuk memberantas patung, yaitu sikap pemimpin dan masyarakat yang mematung, yang patungnya hidup dalam dirinya sehingga sampah berserakan, jalan pada rusak, rumah rakyat miskin roboh, itu kan pengelolaan APBD yang mematungkan dirinya, sehingga tidak memiliki kecerdasan dan kesadaran. Jadi kalau kita anti patung, maka kita harus anti berbagai sikap dan pemimpinan yang matung," imbuh dia.
Saat disinggung soal rencana kampanye selama dua bulan ke depan, pria yang identik dengan iket itu masih akan menjalankan rutinitas biasanya dengan bertemu langsung masyarakat.
"Kampanye itu sebenarnya bukan pekerjaan yang kita lakukan ke depan, kampanye itu sesungguhnya adalah perbuatan yang pernah kita lakukan," tutur Demul.
(aau/iqk)