Siapa yang tidak suka dengan kuliner yang satu ini. Sate salah satu makanan yang selalu digandrungi oleh para pecinta kuliner mulai dari kalangan anak-anak, dewasa hingga orang tua.
Penjual sate selalu ditemui di setiap sudut kota Bandung. Salah satunya ialah Sate Mas Urip yang berada tepat di depan komplek Megabrata, Kecamatan Buahbatu, kota Bandung. Kuliner sate yang sudah berdiri sejak tahun 1990 itu tak pernah sepi pelanggan baik dari pesanan online maupun offline.
Sate Mas Urip hanya memiliki tiga menu, yakni sate dengan berbagai variannya ada sate ayam, sate sapi, dan sate kambing, soto, serta gule dengan pilihan daging sapi atau kambing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kuliner satu ini terkenal dengan rasa satenya yang khas juga dagingnya yang cukup besar dan banyak.Tak ketinggalan tentunya harga yang ditawarkan relatif murah mulai dari Rp. 15-25 ribu untuk satu porsi.
![]() |
Saat detikJabar mengunjungi Sate Mas Urip siang hari, terlihat pelanggan bergantian untuk membeli sate tersebut.
"Yang saya rasain Sate Mas Urip itu beda dari yang lain dari segi rasa bumbunya yang gurih, begitu pun dengan tekstur daging satenya pada besar di satu porsinya," kata Herdian salah satu pengunjung Sate Mas Urip.
Sate Mas Urip bisa dijadikan sebagai rekomendasi bagi pecinta kuliner untuk mencicipi sate dengan budget yang terjangkau serta isiannya yang banyak.
Awal Mula Sate Mas Urip
Urip (54) pemilik sate tersebut bertutur awal mula menggeluti usahanya itu. Dia mengatakan awalnya diajak oleh rekannya untuk hijrah dari Madua ke Bandung. Dia membantu dan menemani rekannya berjualan. Singkat cerita, Urip menemukan peluang untuk membuka usaha serupa.
"Memang dari orang tua gak ada yang usaha jual sate. Saya awalnya diajak teman ke Bandung, nemenin teman saya berjualan, hingga waktu itu saya kepikiran untuk membuka usaha sendiri. Awalnya kita beli gerobak kecil, langsung dagang keliling komplek-komplek," kata Urip.
Urip tak begitu saja sukses di awal mula usahanya. Jatuh bangun dia rasakan untuk membuat usahanya sukses. Namun, Urip tetap sabar dan ikhlas menjalani usahanya.
"Kalau prosesnya lama ya pertama kita harus sabar dulu, pertama buka di sini nggak mikirin keuntungan dulu yang penting kita bisa makan dulu. Bahkan sempat saat buka disini sampai berapa tahun belum ada perkembangan, mangkannya dagang itu kita yg harus sabar," tuturnya.
Lelaki yang sudah berjualan hampir 34 tahun itu bercerita jika dahulu modal awalnya hanya Rp 20 ribu dengan penghasilan Rp 35 ribu per hari. Namun uang tersebut pada saat itu bisa dikatakan cukup besar.
Dari penghasilannya tersebut dapat di tabung sebesar Rp 10 ribu. Seiring berjalannya waktu, kini Urip mendapatkan penghasilan lebih dari Rp 1 juta per hari yang merupakan sisa dari belanja dan gaji karyawan.
"Alhamdulillah kalau dibandingkan dulu sama sekarang ya," ucap pria asal Madura itu.
Bapak dari tiga orang anak ini pernah berada di posisi krisis ekonomi. Dimana banyaknya tukang sate yang memutuskan pulang ke kampung halaman karena penjualannya tidak laku. Namun tidak dengan Urip yang masih bersikeras untuk tetap bertahan jualan sate.
"Pemikiran saya insyaallah lillahi ta'ala kalau memang semangat jangan sampai lemah kalau buat pedagang gitu, terus maju dan insyaallah kita bisa kembali normal lagi," katanya.
Baca juga: Keakraban Itu Hadir di Warung Nasi Tegal |
Per harinya Urip bisa membeli satu kwintal daging ayam, 12 kg daging sapi dan 5 kg daging kambing. Dari daging yang dibelinya itu bisa habis sekitar 3.500 tusuk. Menurutnya paling laris dan disukai banyak orang yaitu sate ayam.
Strategi yang dilakukan oleh Urip agar pelanggan tetap setia untuk mencicipi Sate Mas Urip yaitu dengan mempertahankan cita rasanya yang cocok di lidah dan mempermudah pelanggan tanpa harus keluar rumah dengan menggunakan layanan antar pesan makanan.
(dir/dir)