Icip-icip Lezatnya Cocorot, Jajanan Pasar Penambah Tenaga

Tasikmalaya

Icip-icip Lezatnya Cocorot, Jajanan Pasar Penambah Tenaga

Faizal Amiruddin - detikJabar
Sabtu, 28 Okt 2023 15:30 WIB
Jajanan Pasar, Cocorot.
Jajanan Pasar, Cocorot. (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya -

Salah satu jenis kuliner yang tak lekang dimakan zaman dan selalu memiliki daya tarik adalah jajanan pasar. Istilah jajanan pasar ini merujuk kepada aneka makanan kue basah dan kue kering yang sering dijumpai di pasar tradisional. Banyak sekali jenisnya, sebut saja nagasari, dadar gulung, onde-onde, risoles, kue soes, bugis, cocorot, kue lapis dan sebagainya.

Dari sekian banyak jenis makanan jajanan pasar, cocorot boleh jadi satu yang paling unik. Setidaknya dari bentuk dan rasanya, makanan ini bisa mencuri perhatian.

Bentuk kudapan yang satu ini mirip corong atau kerucut. Makanan ini juga dibungkus oleh daun kelapa, sehingga penampilannya cukup unik. "Cocorot ini menurut saya kuliner nusantara, bukan kuliner khas daerah, soalnya di berbagai daerah banyak dijumpai, walau pun namanya berbeda-beda dan resepnya pun berbeda," kata Edwin produsen jajanan pasar warga Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Sabtu (28/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan di wilayah Banten, cocorot dikenal dengan sebutan pudak. Di daerah lainnya dikenal dengan celorot, pasung dan ole-ole. "Banyak sebutannya, terus ada yang dimodifikasi dengan campuran kelapa dan lainnya," kata Edwin.

Cocorot sendiri terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan gula merah atau gula kelapa. Adonan kedua bahan itu kemudian dibungkus dalam lilitan daun kelapa atau janur. "Setelah itu lalu dikukus sampai matang. Sederhana sih cara membuatnya," kata Edwin.

ADVERTISEMENT

Rasanya manis, legit dengan tekstur lembut sedikit kenyal. Untuk memakannya pun agak unik, karena harus mengupas gulungan cangkang daun kelapanya dengan cara diputar. Ditemani secangkir teh atau kopi hangat, cocorot bisa menjadi pengganjal perut yang lapar.

"Ini bisa jadi sumber tenaga, ganjal perut lah, kan isinya karbohidrat, bahannya gula sama tepung beras, tanpa bahan pengawet," kata Edwin.

Meski tergolong jajanan jaman dulu dan terbuat dari bahan yang sederhana, tapi animo masyarakat terhadap jajanan ini cukup bagus. Terbukti Edwin sendiri memproduksi jajanan ini secara rutin setiap hari.

"Respons masyarakat juga bagus, setiap hari saya produksi sekitar 50 sampai 100 buah. Penggemarnya juga semua usia, anak-anak sampai orang tua suka jajan ini. Kalau orang tua, katanya nostalgia. Kalau anak-anak biasanya karena penasaran ingin icip-icip," kata Edwin.

Lebih lanjut dia mengatakan produsen jajanan pasar di Tasikmalaya sendiri cukup banyak. Mereka biasanya menjual dagangannya di sejumlah pasar setiap pagi. Selain itu penjualan khusus seperti pesanan untuk kebutuhan konsumsi acara juga jadi sasaran penjualan yang potensial.

"Ya alhamdulillah usaha lancar, hariannya kita jualan di pasar. Sering juga dapat pesanan paket snack dari acara-acara pemerintah atau perusahaan-perusahaan, usaha kita namanya Pucuk Daun," kata Edwin.

(iqk/iqk)


Hide Ads