Asal Usul Tape Ketan Hijau yang Tersohor di Cirebon

Asal Usul Tape Ketan Hijau yang Tersohor di Cirebon

Ony Syahroni - detikJabar
Senin, 26 Jun 2023 09:00 WIB
Tape ketan hijau asal Cirebon
Tape ketan hijau asal Cirebon (Foto: Ony Syahroni/detikJabar)
Cirebon -

Cirebon merupakan salah satu daerah yang dikenal sebagai surganya wisata kuliner di Jawa Barat. Tidak sedikit makanan atau jajanan bercitarasa nikmat yang lahir dari daerah ini. Salah satu jajanan yang cukup terkenal dan banyak digemari adalah tape ketan.

Hingga kini, tape ketan masih menjadi salah satu jajanan yang banyak diburu oleh masyarakat maupun wisatawan saat berkunjung ke Cirebon, Jawa Barat. Masyarakat bisa dengan mudah menemukan jajanan satu ini di toko-toko yang menjual berbagai macam oleh-oleh khas Cirebon.

Bagi kalangan masyarakat di Cirebon, tape ketan ini lebih dikenal dengan sebutan tape bakung. Penamaan ini tidak lain merujuk pada nama salah satu desa yang ada di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Desa yang dimaksud adalah desa Bakung. Desa yang terletak di Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon itu memang cukup dikenal sebagai daerah penghasil tape ketan.

Saat ini, desa Bakung sendiri terbagi menjadi dua wilayah setelah mengalami pemekaran. Dua wilayah itu di antaranya desa Bakung Kidul dan desa Bakung Lor. Kedua desa itu masih berada di wilayah Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon.

ADVERTISEMENT

detikJabar pun sempat menyambangi desa yang terkenal dengan produksi tape ketannya. Saat memasuki desa ini, terlihat ada banyak rumah-rumah warga yang terpasang plang bertuliskan tape ketan. Hal ini sebagai penanda bahwa mereka memproduksi dan menjual tape ketan.

Plang bertuliskan tape ketan yang terpasang di rumah-rumah warga itu banyak terlihat di sepanjang jalan desa Bakung Kidul dan Bakung Lor. Maka tak heran, jika desa Bakung dikenal sebagai daerah penghasil tape ketan.

Kepala Desa (Kuwu) Bakung Lor, Watma mengatakan, produksi tape ketan merupakan salah satu pekerjaan atau usaha yang memang banyak dilakoni oleh warga di desanya sejak dulu.

Ia menuturkan, saat ini setidaknya ada sekitar dua puluh orang warga di desa Bakung Lor yang membuka usaha tape ketan. Jumlah tersebut belum termasuk pengusaha tape ketan yang ada di desa Bakung Kidul.

"Kalau usaha tape sendiri memang sudah menjadi salah satu pekerjaan atau usaha warga di sini, di samping banyak juga yang bertani. Untuk sekarang, khususnya di desa Bakung Lor, kurang lebih ada dua puluh warga yang buka usaha tape," kata Watma saat berbincang dengan detikJabar di desa Bakung Lor, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, belum lama ini.

Menurut Watma, jumlah pengusaha tape di desanya biasanya akan bertambah di momen-momen tertentu. Seperti di momen libur Lebaran. Hal ini selaras dengan banyaknya permintaan dari para konsumen yang ingin menjadikan tape ketan ini sebagai oleh-oleh.

"Karena kalau lebaran permintaan juga banyak. Yang beli tape ngga cuma dari Cirebon. Konsumen dari beberapa daerah lain juga banyak yang beli tape untuk dijadikan oleh-oleh," ucap Watma.

Salah satu warga desa Bakung Lor yang melakoni usaha tape ketan ini adalah Tunari. Hampir setiap hari, wanita 43 tahun itu rutin memproduksi dan menjual tape ketan di kediamannya.

Bagi Tunari, membuat hingga menjual tape ketan merupakan usaha keluarganya yang telah berjalan secara turun temurun. Tunari sendiri merupakan generasi ketiga yang melakoni usaha tersebut.

"Usaha (tape ketan) ini sih sudah lama. Saya sendiri sudah menjalani usaha ini kurang lebih 10 tahun. Sebelumnya yang menjalani usaha tape ini nenek saya, terus turun ke ibu saya," kata Tunari.

Hingga kini, Tunari masih rutin memproduksi ketan di kediamannya. Ia merupakan satu dari sekian banyak warga Bakung Lor yang menjalani usaha tape ketan.

Menurut Tunari, tape ketan ini merupakan makanan atau jajanan yang cukup digemari oleh masyarakat. Rasanya yang manis dan teksturnya yang lembut membuat makanan ini banyak disukai oleh berbagai kalangan.

Di hari-hari biasa, Tunari mengaku bisa menghabiskan sekitar 13 Kilogram beras ketan yang dijadikan sebagai bahan dasar untuk membuat tape ketan khas daerahnya.

"Kalau hari-hari biasa paling sekitar 13 Kilogram (beras ketan). Kalau di hari libur itu biasanya bisa sampe 25 Kilogram. Tapi kalau Lebaran itu lebih banyak lagi. Karena permintaan juga banyak," ucap Tunari.

Di tempat Tunari, tape ketan ini bisa dijual secara satuan atau per dus. Untuk satuannya, Tunari menjual tape ketan buatannya dengan harga Rp1.500. Sementara untuk harga per-dusnya, ia menjualnya dengan harga Rp50.000. Di mana setiap dusnya berisi 35 bungkus tape ketan.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads