Harga beras sebagai kebutuhan pokok masyarakat naik cukup signifikan. Seperti di Pasar Antri Kota Cimahi, salah satu pasar tradisional terbesar di daerah tersebut.
Saat ini harga beras premium yang awalnya dijual Rp10.500 per kilogram, saat ini sudah mengalami kenaikan menjadi Rp13 ribu per kilogram. Kemudian harga beras medium berkisar Rp11.500 sampai Rp12 ribu per kilogram.
Lola (31), pedagang beras di Pasar Antri Cimahi mengatakan kenaikan harga beras terjadi sejak dua bulan lalu. Kenaikan harga terjadi secara berkala mulai dari Rp1.000 sampai Rp2.000 per kilogram.
"Kalau nggak salah dua bulan lalu, jadi naik dulu Rp1.000 per kilogram, terus naik lagi Rp1.000. Terakhir yang premium itu dari Rp10.500 per kilogram sekarang jadi Rp13 ribu per kilogram," ujar Lola saat ditemui di Pasar Antri Cimahi, Jumat (27/1/2023).
Kenaikan harga beras itu, kata Lola, diikuti dengan menurunnya pasokan dari bandar ke pedagang di pasar. Saat ini dalam sehari ia hanya dapat pasokan 1 ton.
"Untuk pasokan juga mulai turun, sehari paling dapat 1 ton. Biasanya itu kan bisa sampai 1,5 ton sampai 2 ton sehari. Kurang tahu juga kenapa bisa turun," tutur Lola.
Supardi (50), pedagang beras lainnya mengungkapkan hal serupa. Harga beras belakangan mulai naik signifikan dan belum menunjukkan tanda-tanda bakal turun lagi.
"Iya lagi naik sekarang, sudah dua bulan lebih lah ya. Awalnya itu yang naik harga sayur, terus merembet ke beras medium, terakhir baru yang premium," kata Supardi.
Supardi biasanya mendapatkan pasokan beras dari Cianjur dan Subang. Ia juga mengalami penurunan distribusi beras dari langganannya.
"Turun (pasokan) jadi cuma 1 ton, biasanya 2 ton. Katanya sih karena mau panen raya, terus cuaca buruk juga makanya harga naik terus pasokan turun. Ya mudah-mudahan kalau sudah panen raya bisa turun lagi harganya," kata Supardi.
Cuma Bisa Ngeluh
Kenaikan harga beras ternyata turut berdampak pada bisnis rumah makan dan warung nasi tegal alias warteg. Seperti dialami Sri Partini (49), pemilik warteg di Jalan Kolonel Masturi, Kota Cimahi.
Ia juga terimbas kenaikan harga beras yang terjadi sejak dua bulan belakangan. Namun sebagai pengusaha skala kecil, ia hanya bisa mengeluh tanpa bisa berbuat banyak.
"Ya jelas (terdampak). Apalagi saya kan kadang beli di warung, jadi ada selisih lagi Rp1.000. Misalnya di pasar itu Rp12 ribu, ya di warung saya beli Rp13 ribu," kata Sri saat berbincang dengan detikJabar.
Ia saat ini belum punya alternatif menyiasati kenaikan harga beras. Kalau hendak mengurangi porsi, ia sadar mayoritas pelanggannya bukan orang gedongan.
"Kasihan pembeli kalau kurangi porsi, jadi ya porsi nasi tetap normal. Ya cuma bisa ngeluh, mudah-mudahan ada solusinya biar tidak dirasakan sama pengusaha kecil seperti saya," ucap Sri.
Sri juga tak cuma terhimpit oleh naiknya harga beras. Terkadang ia terdampak oleh naiknya harga sayur, minyak, dan komoditas lainnya yang digunakan untuk memasak barang dagangannya.
"Sekarang beras, sebelumnya minyak, nanti ada lagi. Jadi terus gitu. Padahal saya untung juga nggak seberapa. Harusnya sih ada perhatian dari pemerintah buat pedagang kecil," ujar Sri.
(yum/yum)