Profil Mr Raden Samsoedin: Si Lantang Penentang Jepang

Lorong Waktu

Profil Mr Raden Samsoedin: Si Lantang Penentang Jepang

Siti Fatimah - detikJabar
Selasa, 14 Feb 2023 08:00 WIB
Mr. Raden Samsoedin, Wali Kota pertama Kota Sukabumi
Mr. Raden Samsoedin, Wali Kota pertama Kota Sukabumi (Foto: Istimewa/Yayasan Dapur Kipahare)
Sukabumi -

Mr. Raden Samsoedin atau Sjamsudin, seorang tokoh pejuang Kota Sukabumi ini sudah tak asing di telinga masyarakat. Mulai dari nama jalan hingga rumah sakit menggunakan nama Samsoedin.

Pejuang yang lahir di Sukabumi, 1 Januari 1908 ini memiliki peran yang sangat besar untuk kemerdekaan Indonesia. Dia merupakan Wali Kota Sukabumi pertama saat zaman penjajahan Belanda. Selain itu, ia juga tercatat sebagai anggota BPUPKI bersama pahlawan nasional asal Sukabumi, KH Ahmad Sanusi.

Kali ini, detikJabar akan mengulas terkait profil, pendidikan, karir hingga kiprah Mr. Raden Samsoedin di Sukabumi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Samsoedin lahir dari keluarga berpendidikan. Dia merupakan putra menak dan ulama Raden Haji Ahmad Djoewaini dengan istri ketiganya RE. Djoewitaningrat. Ayahnya seorang penghulu, perintis Pengadilan Agama sekaligus sosok di balik pendirian Masjid Agung Sukabumi.

Ketua Yayasan Dapuran Kipahare Irman Firmansyah mengatakan, Samsoedin menjalani masa pendidikan formal secara penuh. Beliau menyandang gelar meester in de rechten alias sarjana hukum. Oleh sebab itu, gelar Mister disematkan di depan nama Samsoedin.

ADVERTISEMENT

Awalnya, Samsoedin menjalani sekolah agama pada tahun 1915. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di European Lagere School (ELS) hingga lulus pada tahun 1922.

"Beliau kemudian melanjutkan pendidikan ke MULO School Sukabumi lulus tahun 1926 dan dilanjutkan ke AMS (Algamenee Middlebar School) Bandung lulusan tahun 1929 dan dilanjutkan ke Rechtshoge School Batavia," kata Irman kepada detikJabar beberapa waktu lalu.

Samsoedin melanjutkan pendidikannya ke Universitas Leiden, Belanda jurusan Hukum. Ia berhasil lulus dengan predikat cumlaude pada 4 Oktober 1935. "Dari sinilah Gelar Mr itu didapat," ujarnya.

"Sikap perjuangannya sudah terbentuk sejak mahasiswa, terbukti dalam pertemuan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) bulan Februari 1932, Samsoedin menjadi salah satu pembicara yang dijadwalkan untuk berbicara tentang nasionalisme selain Gatot Mangkupraja dan Muhammad Yamin," sambung Irman.

Perjalanan Karir Mr. Samsoedin

Karirnya terbilang cepat dimulai pada tahun 1937 sebagai Volientair di Algemeene Secretaris Bogor, setahun kemudian beliau bekerja di Departemen Economische Zaken Batavia sebagai Comerse Redaktur.

Pada tahun 1939 beliau membuka kantor pengacara di Bogor, dengan cabang-cabangnya di Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya dan Jakarta. Samsoedin juga terjun dalam dunia pemberitaan dengan mengelola harian Berita Oemoem.

Kecakapan Samsoedin diakui oleh berbagai pihak hingga akhirnya pada tahun 1940 ia menjabat sebagai Loco Burgemeester (Wakil Walikota) Bogor. "Pada masa ini juga beliau menjadi pengurus besar Parindra (Partai Indonesia Raya) sebagai ketua Departemen Politik dan Gaspi, dan juga menjadi penasehat Bank Setia Oesaha dan PKVI," kata Irman.

Kiprah Samsoedin Masa Penjajahan Jepang

Di masa pendudukan Jepang, tepatnya pada 13 Maret 1942, Samsoedin mulai membantu pekerjaan propaganda Balatentara Dai Nippon di bawah pimpinan Kolonel Macida di Sandenbu-Sendenka di Bogor yang kemudian dipindahkan ke Jakarta.

Pada 18 April 1942, Samsoedin menjadi pucuk pimpinan Pergerakan 3A (San A Undo Tyuoo Honburtyo atau Jepang Cahaya Indonesia, Jepang Pelindung Asia, dan Jepang Pemimpin Indonesia). Begitu Jepang menguasai Indonesia, surat kabar berbahasa Belanda tak terbit lagi.

"Untuk membantu dalam rangka mempercepat tugas-tugasnya sebagai Ketua 3A, ia menerbitkan suratkabar yang bernama Asia Raya. Pada 1 Mei 1943 Ir. Sukarno mengangkat Samsoedin sebagai Kepala Bagian Keselamatan di Kantor Besar 'Putera' di Jakarta," ucapnya.

Mr. Raden Samsoedin, Wali Kota pertama Kota SukabumiMr. Raden Samsoedin, Wali Kota pertama Kota Sukabumi Foto: Istimewa/Yayasan Dapur Kipahare

Kemampuannya yang luar biasa kemudian menghantarkan dia menjadi anggota Tyuoo Sangi In oleh Saiko Sikikan di Jakarta tanggal 4 Oktober 1943. Namun akibat kritikannya mengenai pengumpulan beras yang menyusahkan rakyat di Sukabumi, beliau kemudian diberhentikan dari Tyuoo Sangi In tanggal 1 Maret 1944 dan diangkat menjadi Kaigikatyo dari Kantor Besar Jawa Hookookai.

"Beliau mungkin satu-satunya orang pada masa itu yang berani mengkritik keras Jepang dalam forum resmi, ia dituduh kekanak-kanakan oleh pimpinan Jepang karena mengkritik Jepang saat perang sedang berlangsung sengit dengan sekutu," ungkapnya.

Wali Kota Sukabumi Pertama di Zaman Penjajahan Jepang

Sikapnya yang selalu mengkritik kurang disukai Jepang . Akan tetapi, karena kemampuan Samsoedin dalam berbagai aspek masih dibutuhkan Jepang.

Tepat pada 2 November 1944, Samsoedin dilantik sebagai Wali Kota Sukabumi (Sicho Sukabumi Shi). Kemudian menjelang kekalahan Jepang yaitu tanggal 28 Mei 1945, ia menjadi anggota BPUPKI bersama KH Ahmad Sanusi.

Desas-desus kekalahan Jepang dan desakan proklamasi berhembus ke Sukabumi. Tanggal 16 Agustus 1945, istri Samsoedin, Artinah Samsoedin menyampaikan kepada sahabat-sahabatnya di Sukabumi bahwa Jepang sudah menyerah dan desas-desus kemerdekaan sudah ramai di Jakarta.

"Wali Kota Sukabumi Mr. Syamsudin dimungkinkan sudah mengetahui betul perihal proklamasi tersebut secara utuh. Oleh sebab itu, pada 17 Agustus 1945 seluruh staf pegawai Kota Sukabumi yang dipimpin oleh Mr. Syamsudin dan wakilnya Eddy Djajakomara berkumpul di lapangan Sukabumi," katanya.

Tepat pukul 10.00 WIB mereka mendengarkan pidato Bung Karno yang menjelaskan tentang proklamasi kemerdekaan. Sesudah mendapat konfirmasi bahwa Proklamasi sudah dikumandangkan maka pada tanggal 20 Agustus 1945 dilakukan pertemuan para tokoh pejuang Sukabumi bertempat di asrama NAGAKO (Sekolah Pertanian) yang dihadiri oleh Dr. Abu Hanifah, Suradiraja, Mr. Samsoedin, Gatot Mangkupraja, Suriana, A. Gani, Setiaatmaja, Sasmita, Iskandar, Sukatma, M. Barnas, dan lain-lain.

Untuk menindaklanjuti pendirian KNIP di Jakarta, maka di Kota Sukabumi dibentuk Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) dengan ketua dr. Abu Hanifah, Mr. Syamsudin, dr. Abu Hanifah, Mr. Haroen serta para pejuang kemerdekaan dan kelompok Cikiray 10B.

(yum/yum)


Hide Ads