Kota Bandung memiliki banyak startup yang menawarkan produk atau layanan berbasis teknologi yang berdampak luas bagi publik. Keberadaan startup ini juga menjadi aset bagi Kota Bandung sebagai smart city.
"Bandung sebagai smart city itu fungsinya menjadi maksimal kita bisa mengelola sumber dayanya. Nah kita tahu di Bandung ini sumber dayanya bukan sumber daya alam seperti minyak atau gas, melainkan sumber daya manusia. Dimana para founder-founder startup ini adalah aset berharga bagi Kota Bandung," ujar Ganjar Setia Pribadi, Koordinator Bandung Smart City dalam program Gasskeun Startup di detikJabar yang tayang Kamis (3/11/2022).
Untuk mendukung agar startup bisa lebih berkembang, Pemkot Bandung memberikan akses komunikasi melalui berbagai forum, seperti BADAMI (Bandung Diskusi dan Monitoring Inovasi).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sebagai regulator membuka kesempatan bagi teman-teman startup, apalagi ketua startup Bandung juga merupakan dewan smart city. Apa yang bisa kami fasilitasi akan kami upayakan," tutur Ganjar.
Founder Komunitas Startup Bandung, M Aji Santika menuturkan bahwa startup yang ada di Bandung terdiri dari berbagai stage, mulai dari early stage, middle hingga champion.
"Semua masih butuh dukungan. Misalnya yang middle dan champion ini butuh regulasi yang memudahkan. Yang middle ini bagaimana bisa jadi lokal champion, dan yang champion ini bisa di akselerasi. Nanti yang early stage bisa diakuisisi, diberi investasi oleh yang lebih besar. Ini jadi sebuah ekosistem," jelas Aji.
Bahkan menurut Aji, pemerintah bisa menjadi jembatan bagi startup-startup untuk bisa lebih berkembang bukan hanya berdampak pada msyarakat di Kota Bandung namun juga di luar negeri.
"Saat ini founder startup ada yang bulak balik US, Singapura, pemerintah seharusnya bisa bridging (menjembatani), kerja sama dengan media juga untuk akselerasi," katanya.
Director Komunitas Startup Bandung Grahadea Kusuf menambahkan jika startup di Bandung juga punya banyak genre. Ada yang fokus pada UMKM, lingkungan, perdagangan, pertanian, perikanan dan masih banyak lainnya.
"Kalau ada kesempatan untuk startup-startup ini bisa memberikan dampak pasti bagus, misalnya dipetakan kebutuhan atau masalah yang ada apa, nanti dicari solusinya," tutur Dea.
Menanggapi itu, Ganjar mengatakan bahwa perlu ada perubahan mindset yang win-win. Yakni membuat inovasi yang dibuat oleh startup-startup tetap bisa dimanfaatkan untuk kepentingan yang lebih luas, tanpa perlu mengambilnya sebagai produk milik pemerintah.
"Kadang kan selama ini kalau lihat ada inovasi itu inginnya kemudian dimiliki oleh pemerintah. Ke depannya bagaimana kita membangun komunikasi supaya inovasi ini tetap milik startup, karena yang dapat impact dan manfaatnya itu masyarakat," ujar Ganjar.
(tya/tey)