Produk alas kaki buatan Tasikmalaya sudah menjadi salah satu produk unggulan. Selain kelom geulis yang sudah melegenda, Tasikmalaya juga dikenal sebagai produsen sandal kulit berkualitas tinggi dengan desain yang khas dan Nyunda.
Salah satunya adalah sandal kulit tarumpah yang masih bertahan sejak zaman pra kemerdekaan hingga kini. Setidaknya ada 3 merk atau produsen sandal tarumpah legendaris yang hingga kini masih bertahan yaitu Toha, Slamet dan Maher.
"Alhamdulillah kami masih bertahan dan terus berproduksi, dengan kualitas yang masih terjaga," kata Tesar pemilik toko sandal Toha, Rabu (19/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tesar adalah cucu dari H. Toha dan Idjah Dasidjah, pioner produsen sandal kulit tarumpah Toha Tasikmalaya.
"Kakek saya merupakan perajin sandal kulit sejak zaman Jepang. Namun mendiang kakek saya baru membangun usahanya dengan stabil di tahun 1946, makanya sekarang saya jadikan merk Iskandar Toha 1946," kata Tesar.
Terkait nama Iskandar, Tesar mengatakan itu adalah nama bapaknya atau generasi kedua dari bisnis ini. "Jadi saya generasi ketiga. Dari 8 anak Aki Toha, hanya bapak saya yang melanjutkan usaha ini," kata Tesar.
Sandal tarumpah bermerk Toha, Slamet dan Maher sendiri selama ini dikenal oleh masyarakat Priangan Timur, karena kualitasnya yang bagus. Sandal ini awet dipakai bertahun-tahun.
"Kualitas produk sangat kami jaga. Ini bahan kulit asli, sementara bawahnya terbuat dari karet mentah," kata Tesar.
![]() |
Proses pembuatannya pun full hand made alias dibuat tanpa mesin. Kulitnya pun kualitas terbaik dengan jahitan yang khas.
"Dijahitnya memang bisa pakai mesin, tapi hasilnya terlalu rapi, jadi hilang kesan originalnya," kata Tesar.
Wara-wiri ke Pasar Nasional
Perjalanan panjang produksi sandal tarumpah ini telah melalui masa-masa kejayaan. Dari Tasikmalaya produk ini wara-wiri ke pasar nasional. Baru pada dekade 90-an, sandal tarumpah ini digempur oleh produk sandal pabrikan dari bahan lain.
"Dibanding masa-masa kejayaan dulu, sekarang memang sudah berubah. Jika dulu sepekan bisa 10 kodi, sekarang 10 kodi itu sebulan," kata Tesar.
Dia mengakui tak mudah memasarkan produk jadul walau pun memiliki kualitas dan nama besar. "Misalnya kami sulit untuk menembus segmen anak muda, karena mungkin modelnya jadul. Makanya kami pun memproduksi sandal atau sepatu yang mengikuti perkembangan zaman," kata Tesar.
Hal lain yang jadi kendala adalah sulitnya mendapatkan bahan baku, karena kulit yang jadi bahan memiliki spesifikasi tertentu. "Bahan ada, tapi memang sekarang agak sulit mendapatkan," kata Tesar. Hal itu pula yang menyebabkan harga jual tarumpah khas Tasikmalaya ini relatif tinggi. Harga jualnya berada di kisaran Rp 300 ribu per pasang.
Meski pun demikian Tesar tetap optimistis sandal khas ini tetap memiliki pangsa pasar potensial. "Ini menjadi tantangan bagi kami bagaimana kreativitas produksi dan pemasaran agar sandal khas Tasik ini tetap bertahan," kata Tesar.
Dia juga berharap kebijakan mengenakan pakaian khas Sunda di instansi pemerintahan diperluas, karena kebijakan itu memberi efek positif bagi penjualan sandal tarumpah.
"Sandal tarumpah sangat cocok dipadukan dengan pakaian adat Sunda, jadi semakin banyak yang pakai baju adat, semakin banyak yang butuh sandal tarumpah," kata Tesar.
Langganan Ridwan Kamil
Tesar mengatakan salah seorang pelanggan yang jadi kebanggaannya adalah Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. "Pak Emil langganan kami, setiap bulan pasti belanja kepada kami," kata Tesar.
Saat menghadiri rapat paripurna hari jadi Kota Tasikmalaya, Senin lalu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengakui bahwa dirinya pelanggan setia produk sandal tarumpah Tasikmalaya.
"Sejak kecil saya sering diajak kakek saya beli sandal ke toko Toha, itu produk khas yang berkualitas," kata Ridwan Kamil seraya menjelaskan bahwa kakeknya merupakan warga asli Tasikmalaya.
Dia yang menyukai desain sandal tarumpah Tasik, hingga kini terus menggunakannya. Pada kesempatan itu dia juga terlihat mengenakannya dipadukan dengan pakaian adat Sunda.
(yum/yum)