Grup seni tradisional Reak Juarta Putra dari Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung mengharumkan Indonesia di kancah dunia. Mereka tampil di panggung Festival Roskilde Denmark, beberapa waktu lalu.
Ketua Reak Juarta Putra Anggi Nugraha mengatakan kelompok seni Reak ini tampil di Festival Roskilde Denmark selama satu pekan.
"Ke sana Tanggal 28 Juni, di sana dua minggu, tampil di Rosekilde Festival, festival ini berlangsung satu minggu dan kita main tiga kali, durasi hampir dua-tiga jam," kata Anggi kepada detikJabar di kediamannya, Kampung Ciguruwik RW 4, Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jumat (5/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reak sendiri adalah kesenian yang didalamnya memadukan antara reog, angklung, kendang penca, barong, kuda lumping, hingga topeng. Dalam penampilannya kerap dibarengi dengan alunan musik dari tetabuhan tradisional Sunda.
Anggi menyebut, kedatangan dia bersama kelompok seninya ke negara yang berada di Eropa Utara ini tak hanya tampil menghibur penonton belaka, sekaligus ingin melakukan syiar budaya.
"Kita kan syiar budaya, kita dapat undangan dari pihak sana, kita tampilkan musik reak dan kita tampilkan aksi bisa dikatakan kesurupan juga," ujarnya.
Menurut Anggi, ada 10 orang yang ikut ke Denmark, di antaranya Anggi sebagai pemain tilingtit, Wawan Setiawan (39) pemain bangplak, Dedy Mulyadi (42) pemain tong, Syarif Maulana (45) pemain brung, Diansyah (36) pemain bedug, Bintang Nur Alamsyah (19) dan Farhan pemain tarompet, Naufal (17) pemain barongan, serta dua orang lainnya sebagai tim pendukung.
Karena kelompok Reak Juarta Putra baru pertama kali tur ke Eropa, Anggi menyebut peralatan musiknya langsung dibawa dari Indonesia ke Denmark.
"Ada dogdog media dari musiknya, berbentuk kendang. Terus barongan karena itu ikonnya dan kuda lumping. Barongan kita bawa satu dan kuda lumping dua," ujarnya.
Anggi mengungkapkan, respons warga Denmark dan penonton Roskilde Festival yang datang dari berbagai negara sangat terhibur dengan penampilannya.
"Wah bentuk respons dan apresiasi luar biasa, kita disambut dengan meriah dari awal tampil sampai pulang. Bahkan kita ditahan pulang sama penonton," ungkapnya.
Berbagai lagu Sunda juga dibawakan Reak Juarta Putra saat tampil dalam Rosekilde Festival. Anggi lagi-lagi menyebut, para penonton sangat terhibur.
![]() |
"Karena kita ingin tunjukkan karya leluhur, lagu-lagu Sunda yang notabene jarang (dibawakan) salah satunya Wangsit Siliwangi, Kembang Bereum, ada juga Kidung, juga Bambung Hideung dibawakan sebagai identitas juga," jelasnya.
"Kapasitas penonton itu besar juga, kita juga kebagian di tiga stage, ada tiga panggung. Pertama di camp area, mini konser dan pangung besarnya," tambahnya.
Turis Venezuela Ikut Kesurupan
Anggi menyebut saat Reak Juarta Putra tampil di Rosekilde Festival, ada personel yang kesurupan saat tampil. Tapi hal itu menurutnya sudah biasa.
Menurutnya, yang tidak biasa ada turis yang bukan warga Indonesia yang berasal dari Suku Sunda ikut kesurupan. Hal itu yang kemudian terjadi di sana.
"Dari pihak penonton ada yang kesurupan, ada turis warga Venezuela, orang Denmark, dan kita juga," ujarnya.
Menurut Anggi, dari penuturan turis Venezuela ini mengatakan jika nada musik seni reak yang ditampilkannya sama dengan ada yang di Venezuela.
"Kata mereka (reak) ada byte dan pola tabuh yang sama dengan kesenian mereka," ucapnya.
Usai tampil di Rosekilde Festival, Reak Juarta Putra juga tampil di panggung lainnya yang berada di Tulan, Denmark.
Sementara untuk membawa reak makin mendunia, langkah Anggi dan kawan-kawan belum berhenti. Pada 2023 mendatang Reak Juarta Putra berencana kembali manggung di Eropa.
"Baru pertama kali ke Eropa, ada (rencana) tahun depan masih di Eropa, nanti ke Belanda," pungkasnya.
(wip/ors)