Beragam hasil tanam komunitas lokal di Jawa Barat berhasil menembus pasar ekspor ke berbagai negara. Mulai dari jengkol dari ditanam pesantren hingga kopi dari Garut yang menjelajah negeri Belanda.
Pada 13 Desember 2021, Gubernur Jabar Ridwan Kamil melepaskan pengiriman komoditas ekspor berupa jengkol, buah-buahan dan produk fesyen Muslim ke Uni Emirat Arab (UEA).
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat (Diskuk Jabar) Kusmana Hartadji mengatakan, melalui program One Pesantren One Product (OPOP) pesantren menjadi lebih berdaya. Pengiriman ekspor produk pesantren binaan OPOP ini pun merupakan yang pertama kalinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam ekspor kali ini, Kopontren Al Ittifaq mengirim manggis sebanyak 600 kg, rambutan 300 kg, salah 200 kg, jengkol 50 kg. Kemudian Kopontren Daarut Tauhid yang mengirimkan produk berupa sarung, mukena, peci, kopiah dan baju anak.
Perihal ekspor ini, ucap Kusmana, dimulai sejak tahun 2019 lalu. Ketika itu produk dari lima pesantren yang menjadi model percontohan OPOP diikutkan dalam Halal Expo 2019 di Istanbul Turki. Kehadiran pesantren di ajang internasional tersebut menjadi pusat perhatian karena produk dan model bisnis di pesantren.
Selain komoditas tersebut, Kopi dari Garut juga bisa go international, Kali ini komunitas petani di Cikajang berhasil mengembangkan produk kopi yang diminati oleh pasar Belanda.
Pelepasan dua kontainer kopi tersebut dilepas Ridwan Kamil pada 2 Maret 2022 kemarin. Dua kontainer kopi jenis arabica dan robusta senilai Rp 4 miliar diberangkatkan siang tadi ke Belanda.
Pria yang akrab disapa Kang Emil itu mengaku bangga. Sebab, ini merupakan kesekian kalinya kopi dari Jawa Barat diekspor ke luar negeri.
"Kopi Jawa Barat sudah ke Rusia, Singapura, Taiwan, Arab Saudi, Jerman, Inggris, Australia," kata Ridwan Kamil.
Pria yang akrab disapa Kang Emil itu mengapresiasi kolaborasi yang dilakukan oleh para petani, akademisi dan kalangan usaha yang dilakukan hingga berbuah ekspor ini. Industri pangan dianggap bisa bertahan meskipun di bawah gempuran pandemi COVID-19.
"Sekarang ini semuanya harus dikolaborasikan, akademisi, kalangan pengusaha, pemerintah, dan media," ujarnya.
Provinsi Jawa Barat sudah mengekspor produk kopi mentah ke beberapa negara. Berdasarkan data Pusat Data dan Sistem Informasi (PDSI) Kementerian Perdagangan Tahun 2020 dan 2021, total nilai ekspor kopi Jawa Barat mencapai 16 juta dolar AS atau sekitar Rp 200 miliar. (mengacu kurs Rp14.300 per Dolar AS).
Adapun contoh beberapa negara yang sudah menikmati kopi asal Jabar seperti Rusia, Singapura, Belanda, Jerman, Inggris, Taiwan, Australia, dan Arab Saudi. Ke depan Jabar akan terus mencari pasar ekspor kopi yang baru ke negara lain.
Selain itu, Jawa Barat juga sedang mempersiapkan membuka kedai kopi yang dinamakan Jabarano Coffee di beberapa negara. Jabarano Coffee sendiri sudah dibuka di Melbourne, Australia, dan akan dilanjutkan di beberapa negara lainnya.
Ia menuturkan, ada beberapa alasan mengapa dirinya optimistis kopi asal Jawa Barat bisa mendunia. Pertama, Jabar merupakan salah satu daerah penghasil kopi pertama di Indonesia.
"Sejarah kopi di Indonesia itu di Jawa Barat. Dibawa oleh Pemerintah Kolonial Belanda, makanya ada Gunung Malabar. Malabar itu sebenarnya nama tempat di India. Namun oleh Pemerintah Kolonial dijadikan nama gunung di Indonesia, maka lahirlah Gunung Malabar," kata Kang Emil.
"Ada pandemi di masa lalu, di mana kopi enggak laku. Kemudian diubahlah semua perkebunan kopi menjadi teh. Jadi semua perkebunan teh itu dulunya adalah kopi. Sekarang kopi lagi naik daun dibandingkan dengan teh," ungkapnya.
(yum/bbn)