Titah Berujung Maut, Nyawa Septian Direnggut Sang Majikan

Jabar Sepekan

Titah Berujung Maut, Nyawa Septian Direnggut Sang Majikan

Tim detikJabar - detikJabar
Minggu, 19 Jan 2025 15:00 WIB
Satpam rumah mewah di Bogor ditemukan tewas bersimbah darah.
Foto: Satpam rumah mewah di Bogor ditemukan tewas bersimbah darah. (Muhammad Sholihin/detikcom)
Sukabumi -

Nyawa Septian (37) direnggut sang majikan. Tewasnya Septian bermula dari titah atau tugas sang majikan pemilik rumah mewah di Kota Bogor.

Setidaknya keterangan itu yang di dapat dari kepolisian yang diterima oleh pihak keluarga saat menerima jasad korban lalu membawanya ke rumah duka diKampung Cibarengkok, Desa Citarik, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi.

Tugas itu sebenarnya sederhana. Septian diminta mencatat aktivitas keluar-masuk penghuni rumah di Jl Raya Lawang Gintung, Bogor Selatan, Kota Bogor tersebut. Namun, saat itu korban diduga mencatat soal anak majikannya yang sering keluar malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Korban menjalankan tugasnya sesuai instruksi, mendata siapa saja yang keluar masuk rumah. Anak majikannya sering keluar malam, jadi korban mendata. Tapi korban malah difitnah mengadu ke ibunya oleh anak tersebut," kata Aris Munandar (40) paman korban Septian saat ditemui detikJabar, di rumah duka Jumat (17/1) dinihari.

Fitnah tersebut diduga membuat anak majikan merasa tersinggung, hingga memicu kemarahan yang berujung pada tindak kekerasan.

ADVERTISEMENT

"Dari pesan-pesan yang kami lihat, mereka sempat bertengkar. Polisi juga menyebutkan ada indikasi korban difitnah, sehingga akhirnya konflik ini terjadi," ucap Aris.

Cerita korban itu juga dibenarkan oeh Dewi (47) istri almarhum Septian. Dia mengaku terakhir kali berbicara dengan almarhum suaminya pada Kamis (16/1). Dalam percakapan itu, Septian sempat menanyakan kabar anak-anak mereka.

"Waktu itu nelpon, nanyain kabar anak. Malamnya ngechat katanya ada perselisihan dengan anak majikan, berantem, si ibu mau dicekik (oleh anaknya). Itu saya lerai, dipisahlah sama suami. Dari situ enggak ada kabar lagi sampai paginya, bahkan sampai siangnya," cerita Dewi.

Sementara di Kota Bogor tepatnya di sebuah rumah mewah di Jl Raya Lawang Gintung, Bogor Selatan, Kota Bogor Septian ditemukan tewas bersimbah darah. Saat itu sudah ada kecurigaan, jika ayah empat anak itu tewas karena pembunuhan.

"Jadi tadi ada kejadian tindak pidana diduga pembunuhan yang terjadi di Bogor Selatan, kurang lebih pada pukul 04.30 tadi pagi. Korban pegawai, satpam di situ," kata Kaporesta Bogor Kota Kombes Eko Prasetyo, Jumat (17/1/2024) seperti dlansir dari detikNews.

Eko menyebutkan, korban mengalami luka di bagian kepala dan sekitar dada. Korban saat ini dibawa ke rumah sakit untuk diautopsi.

"Saat ini masih dalam proses penyelidikan, mudah-mudahan nanti ada titik terang siapa pelakunya," katanya.

Korban Septian dilaporkan tewas sekitar pukul 04.30 WIB. Korban ditemukan bersimbah darah di dalam pos satpam tempatnya bertugas.

"Sekitar pukul 04.30 WIB kemudian piket fungsi datang ke TKP dan melihat ada sekuriti yang tergeletak di pos satpam dengan keadaan bersimbah darah," kata Kapolsek Bogor Selatan Kompol Maman Firmansyah dihubungi terpisah.

Pantauan detikcom, lokasi pembunuhan terjadi di sebuah rumah mewah dua lantai di pinggir Jl Lawang Gintung, Bogor Selatan Kota Bogor. Pos sekuriti tempat jasad korban ditemukan berada persis di balik gerbang rumah.

Saat ini, rumah tersebut sudah dipasangi garis polisi. Sementara di dalamnya, tampak sejumlah anggota kepolisian sedang mengamankan TKP.

Dipicu Perselisihan

Kapolresta Bogor juga menyebut peristiwa pembunuhan itu diduga dipicu perselisihan antara korban dan pelaku.

"Awalnya ada perselisihan dari kemarin, kemudian tadi ada kejadian. Nanti kita perdalam lagi. Kalau sudah jelas, kita sampaikan kembali," kata Kapolresta Bogor Kota Kombes Eko Prasetyo.

Kombes Eko juga mengungkap identitas pelaku pembunuh Septian sudah ia kantongi. "(Identitas) pelaku sudah kita kantongin. Hubungan korban dan pelaku, hubungannya antara majikan dengan bawahan. Korban pegawai, satpam di situ," ujar Eko.

Eko menyebutkan saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait kejadian tersebut. Lima orang saksi saat ini masih dimintai keterangan.

"Saat ini yang ada di rumah itu sudah kita amankan, semua sedang diproses dimintai keterangan, nanti kita update kembali. Saksi tadi ada lima orang yang kita amankan," kata Eko.

Tidak lama kemudian polisi mengupdate perkembangan kasus tersebut, seorang pria inisial AMM diamankan, ia adalah anak dari majikan tempat korban Septian bekerja. Polisi melakukan tes urine terhadap AMM, dan hasilnya, AMM dinyatakan positif narkoba.

"Yang jelas, tadi pagi yang diduga pelaku itu kita tes urine, (hasilnya) positif sinte," kata Kombes Eko Prasetyo.

Selang sehari kemudian, polisi menetapkan AAM (26), majikan diduga membunuh Septian, satpam di rumahnya di kawasan Jalan Lawang Gintung, Kota Bogor, Jawa Barat, sebagai tersangka. Penetapan tersangka dilakukan setelah pemeriksaan dilakukan.

"Sudah naik (menjadi) tersangka tadi pagi," kata Kapolresta Bogor Kota Kombes Eko Prasetyo kepada wartawan, Sabtu (18/1/2025).

Duka Keluarga

Jasad Septian (37), tiba di rumah duka di Kampung Cibarengkok, Desa Citarik, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (18/1) sekitar pukul 00.00 WIB.

Duka mendalam menyelimuti keluarga, yang berharap keadilan ditegakkan atas kasus ini. Istri korban terlihat tak kuasa menahan tangis, sementara putri bungsu korban yang masih kecil, terlihat menatap kosong jasad sang ayah yang terbaring di ruang tengah rumah. Aris Munandar (40), adik ipar korban mengungkap jika kakak iparnya itu adalah tulang punggung keluarga.

"Minta pertanggungjawaban dari pihak pelaku, dikarenakan korban kerja di rumah tersebut. Kita melihat si anak korban ini masih pada kecil soalnya tulang punggung keluarga," kata Aris kepada detikJabar, Sabtu (18/1/2025) dinihari.

"Anak dari korban satu, cuma anak sambungannya tiga, jadi totalnya empat orang anak. Semuanya bergantung ke almarhum, ke korban," sambung Aris.

Aris kemudian mengungkap kronologi pihak keluarga mengetahui Septian tewas dibunuh. "Saya dihubungi pihak kepolisian sekitar pukul 12.00 WIB Jumat (17/1/2025) . Mereka mengabarkan korban meninggal dunia dan meminta keluarga segera ke RS Ciawi, Bogor, untuk menandatangani surat autopsi," ujar Aris.

Menurut Aris, Septian ditemukan dengan luka parah, terutama di leher dan pinggang, yang diduga akibat benda tajam. "Saat di rumah sakit, saya lihat banyak luka, fokusnya di leher dan pinggang," jelasnya.

Keluarga berharap kasus ini segera diusut tuntas, dan pelaku dihukum sesuai hukum yang berlaku. "Kami ingin hukum berlaku adil, jangan tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Korban adalah tulang punggung keluarga, meninggalkan empat anak yang bergantung padanya," tegas Aris.

Kematian tragis Septian menyisakan duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkannya. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari pihak keluarga, dugaan motif pembunuhan ini diduga terkait perselisihan antara korban dan anak majikannya.

Amarah membuncah dirasakan oleh Suhendi (50), paman Septian. Ia sengaja datang dari Tangerang, Banten, menuju rumah duka di Kampung Cibarengkok, Desa Citarik, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, untuk mendampingi keluarga korban.

Jasad Septian, Satpam yang tewas diduga dibunuh majikan di Bogor tiba di rumah dukaJasad Septian, Satpam yang tewas diduga dibunuh majikan di Bogor tiba di rumah duka Foto: Istimewa

Suhendi, yang ditemani keluarga besar dari Tangerang, mengecam keras tindakan pelaku berinisial AAM (26), yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka oleh kepolisian. Ia berharap hukum dapat memberikan keadilan setimpal atas kematian keponakannya.

"Kasihan anak dan istrinya, hukum seberatnya. Kalau saya pribadi sih maunya nyawa dibalas nyawa, kalau saya pribadi maunya saya sih begitu. Cuma kan kita ada hukum ya, minimal setimpal dengan keadaan seperti ini," kata Suhendi dengan nada penuh emosi, Sabtu (18/1/2025).

Suhendi mengaku, kabar duka itu mengguncang keluarganya di Tangerang. "Ya kalau meninggalnya saya tahu dari kakak (ibu korban), almarhum katanya dibunuh. Saya juga kaget, sempat nangis. Namanya saudara, kaget juga. Intinya saya nyesal juga, masalahnya keponakan saya itu jarang pulang, ketemu paling setahun sekali saat Lebaran," tuturnya.

Ia mengenang, Septian sebagai sosok yang baik, sederhana, dan bertanggung jawab. "Sebagai paman, karakter almarhum orangnya baik, terus sama orang tua kadang-kadang ngasih kalau ada rezeki. Kalau menurut pandangan saya, sih memang baik, enggak neko-neko orangnya," tambah Suhendi.

Senada dengan Suhendi, Aisyah (52), ibunda Septian, mengungkapkan kesedihan mendalam atas kepergian putra sulungnya. Septian adalah anak pertama dari empat bersaudara, yang dikenal pekerja keras dan selalu menghormati orang tua.

"Anak pertama dari 4 bersaudara, anak sulung. Sebagai ibu setelah mendengar kabar seperti ini, syok juga. Informasi yang pertama diterima itu dari sini ke adiknya almarhum, baru ke saya. Kaget juga, saya langsung ke sini," kata Aisyah sembari mengusap air matanya.

Aisyah mengenang momen komunikasi terakhir dengan almarhum yang terjadi sebulan lalu. "Komunikasi jarang, kalau paling dari sini nelpon ke rumah, baru saya tanggapin. Orangnya baik, enggak macem-macem, pekerja keras. Makanya dengar ini kaget saya," lirihnya.

Ia bahkan sempat tak sadarkan diri begitu mendapat kabar duka itu. "Sempat enggak sadar diri pas dengar di rumah. Sayang ke orang tua. Ketemu terakhir itu satu bulan lalu, pas ke rumah. Habis Lebaran dua minggu datang ke rumah. Setahun sekali datang ke rumah," pungkasnya.



Simak Video "Video: Istri Satpam yang Dibunuh Majikan Cerita Komunikasi Terakhir dengan Almarhum"
[Gambas:Video 20detik]


Hide Ads