Kwo Mei Ing atau biasa dipanggil Mei Mei, meninggal dalam usia 41 tahun pada 30 Agustus 1998 silam. 24 tahun berlalu, penyebab kematiannya masih menjadi misteri. Hasil penyidikan kepolisian menetapkan Mei Mei meninggal karena overdosis obat-obatan terlarang.
Namun, bukti-bukti yang dikumpulkan sang kakak Yusup Sukandar berkata lain. Melihat ke belakang pada 29 Agustus 1998, satu hari sebelum Mei Mei ditemukan meninggal, ia masih berpergian bersama anak perempuannya.
Malam itu sekitar pukul 21.15 WIB, Mei Mei bersama anak perempuannya yang berumur delapan tahun dan pembantunya Yanti, mendatangi hotel milik suaminya, RH.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hotel bintang tiga itu terletak di Jalan dr Rum, Cicendo, Bandung. Mei Mei masuk ke kamar 217 yang terletak di lantai dua. Sang suami dan beberapa orang sudah berada di kamar itu.
30 Agustus 1998 pukul 00.30 WIB, seorang room boy menemukan Mei Mei dalam kondisi mengenaskan berada di dalam bak kamar mandi. Saat itu suami korban, pembantu, dan anaknya ada di kamar.
![]() |
Dari kliping koran Pos Kota, pada pukul 00.45 WIB, Kapolresta Bandung Barat dan Kapolsekta Sumur Bandung hadir di hotel yang menjadi tempat kejadian.
Pukul 02.00 WIB, dari arah Jalan Suniaraja (Stasiun PT KA), datang iring-iringan tiga mobil kijang dengan satu sepeda motor di depannya.
Dari mobil kijang yang tengah, turun dua orang dan mengeluarkan barang yang dibungkus yang panjangnya sekitar 175 cm. Barang tersebut diangkut ke rumah sekaligus toko mebel (ruko) milik Mei Mei yang terletak di Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista) nomor 35, Bandung.
Dari saksi mata, terlihat polisi berseragam. Sementara mobil kijang yang membawa bungkusan itu bertuliskan URC (unit reaksi cepat). Setelah itu, dari dalam ruko itu keluar air dengan jumlah banyak sampai membasahi trotoar.
Masih di hari yang sama, sekitar pukul 05.00 WIB, Sersan AN datang ke rumah itu karena menerima pesan dari pager (alat pengirim pesan) Mei Mei. AN merupakan anggota TNI yang disewa Mei Mei menjaga asetnya.
Saat datang, lantai rumah sudah basah dan banyak jejak kaki. AN ditemui Yanti, pembantu Mei Mei. Yanti mengaku Mei Mei merasa kepanasan dan berendam di bak.
Dikatakan oleh Yanti, Mei Mei juga minum air banyak. Saat diperiksa, Mei Mei sudah tidak bernapas. Di kamarnya berserakan obat-obatan. Sersan itu langsung menghubungi keluarga pukul 05.35 WIB melalui telepon. Di telepon, ia mengatakan Mei Mei keracunan obat dan tak sadarkan diri.
Saat keluarga datang, badan Mei Mei sudah dingin dan pucat pasi. Denyut nadinya pun sudah tidak ada.
"Posisinya ada di bak penampungan air. Kepalanya terkulai. Mulutnya terbuka, lidahnya menjulur keluar," ujar Yusup yang datang ke kantor detikcom, pada tahun 2014.
Masih segar di ingatan Yusup, saat menemukan adiknya berada di bak penampungan air. Kulitnya sudah pucat pasi dan dingin. Lidahnya selalu terjulur keluar. Terlihat memar di kakinya. Bagian kepala depannya atau jidatnya lembek.
Melihat kondisi ini, keluarga langsung menelepon paramedis dari RS Borromeus. Menurut keterangan paramedis, Mei Mei diduga sudah meninggal lama.
"Ini berbeda dengan keterangan Yanti yang bilang jam 5-an masih hidup," kata Yusup.
Sekitar pukul 08.00 WIB, suami Mei Mei datang bersama saudara dan teman-temannya.
"Saya melihat mereka mengelap dan menggosok lemari pakaian, daun pintu, tempat tidur Mei Mei. Botol, alumunium foil, alat sedotan sabu juga disimpan di sana," ungkap Yusup.
Keterangan Saksi Mata dan Visum Menguatkan Dugaan
Yusup memang tidak bersama Mei Mei di tanggal 29 Agustus '98 malam, namun karena merasa ada kejanggalan dari kematian sang adik, membuatnya menyelidiki seorang diri.
Dari sini, ia bisa merunut bagaimana kronologi kematian Mei Mei dan apa saja yang terjadi di malam sebelum kematiannya.
Ia mengumpulkan seluruh bukti yang menyimpulkan bahwa kematian Mei Mei tidak ada kaitannya dengan obat-obatan di kamar. Yusup menceritakan lantai kamar rumah basah oleh air sesaat setelah Mei Mei ditemukan tewas. Ia menduga hal itu terkait bercak darah.
Guna memperoleh keterangan lengkap, ia mewawancarai para saksi mata dan pernyataannya ditulis dalam surat bermaterai.
Salah satu saksi mata berhasil diwawancarai oleh tim detikcom. Ialah Karna, seorang Hansip. Tanggal 29 Agustus 1998, ia dan rekannya Tatang, mulai berkeliling sejak pukul 22.00 WIB. Sekitar pukul 02.00 WIB, ia bersama rekannya nongkrong di dekat perempatan Jalan Otista-Suniaraja. Sekitar 50 meter dari ruko Otista nomor 35.
![]() |
Ia melihat iring-iringan tiga mobil Kijang dan sebuah sepeda motor. "Nyak ninggali aya polisi. Ah teu nyakeutan, bisi aya naon (Lihat ada polisi, tidak mendekat takut ada apa-apa)," tuturnya.
Karna mengingat ada dua orang yang menurunkan barang dari dalam mobil.
"Dibopong ku duaan, siga karpet digulung. Dileubeutkeun ka toko (Dibopong oleh dua orang, seperti karpet yang digulung. Dimasukkan ke dalam toko," ujar Karna.
Karna mengaku tak berani mendekat. Ia dan temannya kembali melanjutkan berkeliling. Ia mengaku baru tahu sekitar pukul 10.00 WIB, di ruko itu ada yang meninggal.
Selain keterangan para saksi mata, Yusup juga menyimpan rapi berkas hasil penyelidikan dari polisi, penyelidikan Denpom III Siliwangi, serta surat visum dari dua RS yaitu RS Hasan Sadikin dan RS Cipto Mangunkusumo.
"Sampai saat ini barang bukti berupa botol, alat sedotan sabu, alumunium foil, dijadikan barang bukti," katanya. Yusup menduga barang haram tersebut disimpan secara sengaja oleh suami korban.
Kejanggalan lainnya adalah adanya bercak darah di daun pintu. "Kalau memang over dosis di kamar mandi, bagaimana bisa itu ada darah berceceran di daun pintu," ujar Yusup.
Soal darah ini, menurut Yusup, polisi memang mengeriknya (bercak darah) dan dikatakan akan diperiksa.
"Hingga sampai saat ini (tahun 2014), tidak ada hasil penyelidikan soal darah itu," ujarnya.
Sementara, melihat hasil visum dari RSHS dan RSCM, Mei Mei mengalami patah di tulang tenggorokan, biasanya diakibatkan oleh cekikan.
Bahkan, hasil visum juga menyatakan bahwa tidak ditemukan zat psikotropika dalam darah Mei Mei. Temuan Yusup berbeda dengan putusan polisi yang menyatakan Mei Mei meninggal karena overdosis di kamar dalam ruko miliknya.
Banyaknya kejanggalan yang ia temukan, membuat Yusup dan keluarga meyakini kematian adiknya direkayasa. Pembunuhan menjadi overdosis.
Ia menyebut ada pihak yang 'melenyapkan' TKP pertama, tempat Mei Mei dibunuh yaitu di hotel bintang tiga di Jalan Dr Rum, Bandung.
"Sampai sekarang dalam berkas pemeriksaan mana pun, tidak pernah disebutkan TKP di hotel," kata Yusup.
Perjuangan Yusup Hasilnya Masih Nihil
Kasus ini sempat diselidiki Detasemen polisi militer III Siliwangi pada 2003, karena dugaan pertama menyeret salahsatu anggota TNI inisial AN, yang pertama kali memberitahu keluarga soal Mei Mei yang telah tewas.
"Hasil penyelidikan dari Denpom menyatakan bahwa kematian Mei Mei tidak wajar, dan mengarah keterlibatan orang dekat, suaminya. Hasil penyelidikan ini dilimpahkan ke polisi untuk ditindaklanjuti, namun tidak direspon cepat," katanya.
Dari hasil penyelidikan polisi militer Denpom III Siliwangi, suami Mei Mei diduga terlibat. Namun bertahun-tahun ditungggu, tidak ada perkembangan apa-apa dari polisi.
Yusup akhirnya menyurati Mabes Polri pada 2005 dan direspon. Mabes mengirimkan surat buat Kapolda Jabar agar kasus ini segera ditangani.
Dua tahun kemudian pada 2007, surat Mabes Polri itu direspon dengan No Pol R/1501/VII/2007/itwasda.
"Hasilnya sama dengan penyelidikan pertama dulu tahun 2000 yang katanya adik saya overdosis. Tidak ada perkembangan baru, itu seolah hanya diganti tahunnya saja," sesal Yusup.
Berbagai cara telah Yusup lakukan, mulai mendatangi Polda Jabar terus menerus, menyurati SBY yang kala itu menjadi Presiden, hingga melapor ke Kompolnas.
Sementara, saat gelar perkara 2014 lalu di Polda, suami Mei Mei RH tak pernah dipanggil.
Kala itu Kompol Indra Gunawan, Wakasatreskrim Polrestabes Bandung, menjelaskan bahwa gelar perkara sifatnya baru mendengarkan dari pelapor saja.
"Belum dipanggil. Karena (gelar perkara) ini sifatnya baru mendengarkan dari pelapor saja. Kita akan analisa dulu seperti apa kasusnya," ujar Indra, ditemui usai gelar perkara di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Rabu (5/3/2014).
Kala itu ia mengatakan, tim penyidik yang akan kembali mengusut kasus ini merupakan gabungan tim yang dulu menangani kasus ini di tahun 1998 ditambah penyidik baru.
Hingga kini, hasilnya masih sama. Tak ada yang tau penyebab pasti nyawa Mei Mei melayang.
Dalam pantauan detikJabar, hotel yang diduga menjadi TKP pertama bahkan sudah tak beroperasi. Ruko milik Mei Mei juga sudah berganti pemilik. Janji-janji untuk menguak lagi tabir misteri kematian Mei Mei pun, tak jadi terealisasi.
Baca Artikel Menarik Jabar X-Files lainnya di Sini
Baca Artikel Jabar
(aau/yum)